Bagian Empat Belas: Bolos Sekolah

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Ayo, berangkat." ujarnya. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya.

Atha memakai selempangan tasnya. "Lo kenapa?" tanyanya seraya menghampiri pemuda itu.

Kariza menghela napas dan menarik pergelangan tangannya. Menyuruh perempuan itu bergegas. Sebelum Kariza sempat menutup pintu, Atha mengangkat sebelah tangannya―pamit pergi pada Faust yang memilih untuk menetap di rumah. Dasar makhluk malas, batinnya.

"Kari," Atha berusaha melepas genggaman Kariza. "Lo kenapa sih? tangan lo dingin banget." sambungnya.

"Gue flu dikit. Puas?" balasnya agak membentak. "Dan berapa kali gue harus bilang? yang boleh panggil gue 'Kari' itu cuman Nanda."

Atha memutar kedua matanya kesal kemudian menghentakkan kakinya untuk pergi lebih dulu.

"Pagi, Tante, Om."

Diana dan Erik tersenyum membalas sapaan Atha sesampai keduanya di meja makan.

"Duduk dulu, makan sarapannya."

Atha mengangguk mengiyakan lalu menarik bangku sebelum duduk diatasnya.

"Gimana sekolah baru kamu?" tanya Erik sambil menyesap kopi panasnya dan membuka lembaran koran paginya.

Atha mengulum senyum. Melihat Diana dan Erik mengingatkannya pada orang tuanya, Atha mendadak jadi kangen rumah. "Bagus,Om. Sekolahnya luas―sampai keliling aja pegel."jawabnya yang dibalas tawa pelan dari kedua manusia di depannya.

Sedikit terburu-buru, Kariza yang baru datang ke ruang makan langsung meraih segelas susu diatas meja dan meneguknya hingga habis. "Pa, Ma Riza sama Atha berangkat dulu ya. Tha ayo." ujarnya yang kembali menarik Atha.

"Loh, kamu nggak sarapan dulu Za?" tanya Diana, kedengaran khawatir.

"Riza bawa roti Ma. Ini udah telat soalnya." jawab Kariza yang kemudian ngacir ke garasi. Menyalakan mesin motornya tanpa menghiraukan Erik yang meneriaki namanya dari ruang makan.

Harus Atha akui―Kariza terlihat aneh pagi ini.

Atha mengendikkan bahu lalu duduk di bagian belakang motor setelah mengenakan helmnya dan memegang pundak Kariza erat.

"Kari." panggil Atha ketika motor yang dikendarai keduanya baru melintas keluar rumah.

"Udah gue bilang jangan pang―"

"Habis enak Kari, Kariza kepanjangan." potong Atha setelahnya.

"Jangan Kari."

"Yaudah, Rija."

"Nah."

"Jadi Ja, lo lagi kenapa sih? sentimen banget kayaknya. Datang bulan?" tanya Atha.

Tidak ada jawaban. Hanya suara motor dan kendaraan lain yang memenuhi jalanan―yang bisa Atha dengar. Alhasil, hingga keduanya sampai di parkiran sekolah tidak satu pun yang angkat bicara lagi. Atha hanya melirik Kariza yang sering sekali disapa oleh beberapa siswi serta siswa setiap kali melewati lorong kelas. Namun tidak seperti biasanya, yang sekalian tebar pesona―Kariza hanya membalas sapaan mereka dengan senyum tipis selagi mata hazelnya menatap kearah lain.

"Eh ya," ucap Kariza yang tiba-tiba membalikkan badan begitu mereka berada beberapa meter dari pintu kelas. "Beliin gue roti isi daging dong di toko roti seberang sekolah. Kantin masih tutup soalnya."

"Lah, tadi katanya udah.."

"Bohong. Tadi gue bohong. Udah sana cepetan, nanti gue ganti uangnya." suruh Kariza.

Atha mendengus kesal lalu memutar badannya―berniat melakukan apa yang disuruh. Tapi lagi-lagi Kariza menahannya dengan menarik ujung rambutnya pelan.

Replaying UsNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ