23. REINALD MY BROTHER

423 21 0
                                    

•••••

Hari untuk mengistirahatkan diri telah tiba, dimana kini semua orang menghabiskan waktu untuk berlibur dan hanya berada di rumah bersama dengan kasurnya. Namun pasti juga ada yang tidak berlibur dikarenakan sibuk bekerja. Dan keluarga Arkanza adalah keluarga yang menghabiskan waktu bersama di hari libur.

Rayyan setelah melaksanakan sholat shubuh bersama, bukannya membersihkan diri dan melakukan aktivitas, ia malah melanjutkan aktivitas tidur nya. Sangat elit untuk anak orang kaya, dan tidak elit untuk kita para budak sang bunda.

Matahari semakin meninggi, dan tentu cahaya nya semakin berusaha memberontak memasuki celah para rumah. Tak terkecuali kamar milik Rayyan. Sang empu yang masih bergelung selimut merasa terganggu dengan cahaya menusuk itu.

"Eungh...matiin lampu nya, Bang."

Rayyan melenguh karna merasa terganggu, ia menyalahkan sang Abang atas perbuatan sang surya. Karna merasa sangat terganggu, Rayyan pun terpaksa bangkit dan mengibas selimut nya.

"Arghh! Siapa sii?" Geramnya, namun matanya mengerjap karna tak ada siapapun dan hanya cahaya yang menerangi.

Rayyan mengusap wajahnya kasar. Ia sangat lelah karna semalam habis begadang dengan sang adik. Tasya. Rayyan dan Tasya menonton drama kesukaan Tasya yaitu Connect. Rayyan menyukai nya hingga mengajak Tasya untuk terus menonton hingga tamat.

Makanya sehabis sholat shubuh Rayyan memutuskan untuk kembali tidur dibanding melakukan aktivitas bersama ayah dan abang nya. Saat ia akan kembali berbaring, tiba-tiba saja sesuatu terjadi.

BRAKK!!

"HEH! APAAN ITU DIATAS!?" Teriak Bunda Rissa karna terkejut mendengar bunyi hantaman kuat. Sang pelaku meringis.

"Maaf Bunda.." Jawab Reinald, bisa dibayangkan sekuat apa bunyi dobrakan pintu yang dilakukan Reinald. Bahkan nyawa Rayyan yang belum sepenuhnya terkumpul seketika kembali melayang.

Reinald heran, dimana adik lelaki nya itu. Ia pun mendekati tempat tidur Rayyan dan mendapati sang adik tengah meringis kesakitan di lantai.

"Lo ngapain heh?" Tanya nya gamblang. Rayyan seketika menoleh tajam, membuat Reinald bingung.

"Ngepet gue bang. Sebelum masuk kamar gue ucap salam yang bener, sekali lagi lo dobrak gue bacok lo sumpah." Kesal Rayyan.

Pasalnya karna terkejut, Rayyan langsung terjangkang ke belakang. Ditambah dengan suara menggelegar sang Bunda membuat nya benar-benar dilanda keterkejutan. Reinald tertawa mendengar itu.

"Ya salah lo sii, bangun meninggi hari. Sekarang cepat siap-siap temenin gue cari janda." Titah sang abang membuat Rayyan berdiri dengan ogah-ogahan.

"Males gue, lagian lo tumben mau cari janda. Gak yang perawan aja, kan masih suci." Jawab Rayyan kembali duduk ke atas kasurnya.

Reinald berdecak. "Ya kali janda astaga. Gue mau ngajak lo jalan pagi, mumpung panas. Keringat cepet keluar."

Dengan terpaksa ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, sial. Reinald benar-benar menyebalkan, kebiasaan Reinald saat sedang di rumah dan tidak ada pekerjaan adalah mengganggu ketenangan orang lain.

"Cepetan jangan kayak cewek."

*******

Sekitar pukul delapan malam, Reinald menghabiskan waktu nya dengan Rayyan. Dimana ia membawa adiknya itu ke sebuah tempat bermain biliard. Disana Rayyan berdecak kagum, serta tidak sabar untuk bermain.

Reinald tertawa remeh melihat Rayyan yang antusias. "Kayak bisa main aja lo bocah, gue kalahin juga lo ngerengek." Ejek sang abang, membuat Rayyan mendelik.

DIFFERENT RAYYAN (END) Where stories live. Discover now