38. FATHER MISS U

392 20 1
                                    

••••••

Setelah kejadian malam itu, Rayyan jatuh sakit. Ia tidak masuk sekolah selama tiga hari lamanya. Wajahnya kini terlihat sangat lesu dan tak bergairah. Padahal jika bertugas seminggu berturut-turut dalam organisasi ia mampu, bolehkah Nico menyalahkan tubuh Rayyan yang lemah? Atau harus ia akui ketidakterimaan nya mengenai sang ayah?

Selain karna tubuh yang lemas serta suhu tubuh di atas normal, penyebab ia terlihat tak bergairah juga karna kunjungan teman-teman laknatnya.

"Gue kira Nico gak bisa sakit, ternyata bisa."

Nico tak menghiraukan cibiran dari Gion dan hanya melanjutkan rebahan nya dengan kembali memejamkan mata seraya menarik selimut. Bodo amat sama suara berisik anak Regulus maupun Hyperion.

"Anjir... Kalau dulu tempat Nico game nya cuma itu-itu aja, kebanyakan buku anak ambis. Kalau di kamar Rayyan banyak ya, pantesan anaknya agak kurang." Ungkap Sean, entah ini pujian atau cibiran untuk sang pemilik tubuh yang ditempati Nico.

"Tapi lo beneran gak pernah nyentuh semua mainan disini, bos?" Tanya Reano seraya menekan-nekan remot game dan mata fokus pada layar TV di depannya.

Nico menggeleng. "Gak pernah, gak tertarik juga."

Antonio tergelak merasa lucu dengan kalimat Nico. "Jujur aja paling gak bisa, lo kan noleb."

Nico dengan sisa tenaga nya melempar bantal keras pada ketua Hyperion itu hingga sang empu meringis.
"Anjdog! Lo beneran sakit gak sii! Busett."

Nico tak memperdulikan hal itu, ia kembali bergelung dengan selimut dan memejamkan matanya. Ia akan segera memasuki alam mimpi nya dengan menulikan telinga agar tak menghiraukan keributan para sahabat nya. Dan suasana tiba-tiba menjadi hening.

Nico senang, ia tersenyum dalam pejaman matanya. Mungkin mereka sudah lelah, itu pikiran nya. Namun mendengar suara lembut milik seseorang membuat nya terbelalak dan segera terduduk.

"Dara? Lo ngapain kesini!?"

"Dara? Gue udah nungguin lo buat kesini~kira-kira begitulah maksud tersembunyi dari pertanyaan tidak masuk akal milik Rayyan, Dar." Ujar Farhan membuat Rayyan melotot. Ia kesal sekaligus malu.

"Gue bawain makanan kesuksesan lo pas lagi sakit nih, dimakan ya.." Titah Dara dengan lembut disertai senyuman. Ia sebenarnya malu dengan godaan teman-teman Rayyan, tapi ia berusaha untuk tidak menghiraukan.

"Eumm.. Lo sendiri aja kesini? Btw makasih." Ucap Rayyan jujur. Meski di dalam sana, Nico kurang senang dengan makanan yang dibawa Dara. Sup Kentang. Itu kesukaan Rayyan saat sakit bukan dirinya. Nico.

"Gue bareng Kesy kok, tuh dia masih di bawah ngomong sama Bunda lo."

Rayyan mengangguk mengerti. Reano yang mendengar itu langsung melepas remot game nya, dan melihat Dara dengan antusias.

"Serius, Dar?" Dara menjawab dengan anggukkan. Seketika lelaki dengan mata sipit itu bergerak lincah meninggalkan bilik milik Rayyan dan bergegas menuju crush jutek nya yang berada di bawah.

Zeno menggeleng kan kepala nya melihat itu. "Orang kalau udah jatuh cinta, efek nya emang gak ngotak ya."

Laksamana yang mendengar itu tertawa kecil. "Biar gak ngotak tapi maknyus, bro. Cobain dah, behh mantap. Wadaww!"

Laksamana mengaduh kala kepalanya dipukul oleh sang ketua. "Itu dasarnya emang lo udah buaya darat!" Laksamana berdecak karena itu.

"Gue harap kalau gue suka sama seseorang masih waras. Gak kayak lo pada, stres!" Sentak Zeno sebal kemudian kembali fokus dengan layar game nya.

DIFFERENT RAYYAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang