43. A BIG TRAITOR

388 20 0
                                    

••••••••••

"Tunggu Elang, lepas! Saya mohon sebentar saja, Elang."

Elang memutar tubuhnya menghadap Daprian yang kini menatap nya dengan memelas. Cengkraman polisi tadi rupanya dapat dilepas oleh pria paruh baya itu. Elang menaikkan alisnya pertanda ia tak ingin basa-basi.

"Berikan saya kesempatan lagi saya mohon. Saya berjanji pada Xelyn akan kembali, saya masih memiliki anak yang perlu saya rawat. Nico sedang sekarat, saya mohon Elang."

Penjelasan Daprian itu membuat Elang terkejut. Jadi itu lah sebabnya Nico tidak ada bersama dengan para temannya dan tak bergeming saat kabar ayah nya mancuak ke jejaring massa. Daprian yang melihat Elang bergeming menjatuhkan tubuh nya ia berlutut.

"Saya tidak akan lari.. Berikan saya kesempatan merawat Nico, hanya itu. Anakku sedang butuh biaya Elang." Lirih Daprian ia menangis. Tak memperdulikan sorot kamera yang merekamnya ia tak peduli. Tak apa ia ingkar pada Xelyn, asal Nico putra semata wayang nya bisa ia jaga hingga tersadar. Ia ingin menebus rasa bersalah nya.

"Baiklah.. Aku yang akan melunasi biaya rumah sakit anak mu, dengan catatan tebus dosa-dosa dalam penjara sana. Memohon ampun lah pada Tuhan, percaya bahwa ia ada. Negara ini tidak menerima seorang ateis."

Daprian tertegun, apa benar Elang akan membantunya. "Terima kasih.. Terima kasih, aku akan menebus kesalahan ku. Terima kasih Elang."

"Segitu sayang nya kamu pada Nico?"

Daprian mendongak dan berdiri, ia menatap sendu pada Elang, matanya sembab akibat menangis. "Sangat.. Hingga aku merasa bersalah padanya."

Setelah mengatakan itu, Polisi kembali membawa Daprian yang kini tak lagi memberontak. Kini Daprian pasrah, benar ia harus menebus segala kesalahan nya. Ia egois, kejam dan begitu tidak memikirkan kemanusiaan dari orang-orang yang ia pekerjakan. Yang ia sakiti dan siksa hanya demi keuntungan nya.

"Ternyata Om Daprian sangat menyanyangi anaknya ya, Nico lo denger kan?" Ujar Zeno pelan agar tidak didengar oleh Elang.

Nicomendengar segalanya lewat monitor yang tersambung di telinga nya bersama Zeno. Ia mendengar kan kemarahan ayahnya disana. Ia mendengar permohonan sang Papa dan ia mendengar kan ungkapan kasih sayang yang terlambat itu. Ia menangis.

"Why you say that, after you hurt me and i make you broke. Why, Dad? I love you too."

Nico menghapus air matanya, kini ia akan pergi menuju tempat Reinald berada. Markas sii pengkhianat besar itu tak jauh dari Hyperion. Anthonio bahkan baru menyadari bahwa di sekitar sana terdapat gedung lama yang dipakai sebagai perjudian dan zina.

Pikiran seperti ini terus terlintas di kepalanya, bagaimana perasaan keluarga Arkanza yang melihat Reinald liar dibelakang mereka, mengkhianati dan berusaha menyakiti keturunan mereka. Apa akan ada maaf untuk Reinald? Nico harap tidak, karna Reinald bukan manusia yang mudah diketuk hati nya. Bukan.

"Gue udah sampai disini, sekarang gue serahin semuanya sama lo Ren. Tolong jelasin pelan-pelan sama orang tua Rayyan."

Setelah mendapat jawaban ya dari monitor itu, Rayyan memasuki perlahan gedung lama itu. Area sekitar nya tidak lah terlalu menjijikkan karna hanya diisi rumput liar yang sedikit panjang. Saat memasuki dan meneliti sudut nya pun semua tampak telah dibersihkan.

"Siapa lo!?"

Rayyan menoleh melihat gerombolan yang kini mengelilingi nya. Ia berdecih.
"Ternyata bos kalian udah tau gue disini ternyata."

"Serang dia."

Rayyan dengan cekatan menghindar, meski beberapa kali mendapatkan pukulan karna ketangkasan yang dimiliki tubuh ini sangat kurang. Namun untung nya pengalaman Nico mampu membuat pertahanan tersendiri bagi tubuh Rayyan.

DIFFERENT RAYYAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang