37. MY HERO BUT NOT HERO

344 22 0
                                    

•••••

Sekitar pukul setengah empat pagi, Rayyan telah sampai di rumah nya. Dengan lesu ia memasuki rumah yang sudah terlihat cahaya benderang nya. Wajahnya tampak sekali tak bergairah, kusam dan benar-benar butuh istirahat.

"Rayyan." Suara dingin ayahnya kini menyapa. Rayyan mendongak, menatap sayu mata ayah nya. Rayyan dapat melihat kilatan amarah disana. Tentu saja karna ia baru pulang dini hari.

Dengan langkah pelan ia mendekati ayah nya, Reno pun akan mengutarakan amarah nya, namun ia merasakan kepala Rayyan jatuh di pundaknya. Reno ingin melepas itu karna ia masih marah. Namun, isakan kecil dari anak tengah nya itu mengurung kan niatnya.

"Hiks... Rayyan capek kayak gini.. Capek."

Reno menepuk-nepuk punggung anak nya, sekaligus memberinya ketenangan. Menarik Rayyan untuk menatap nya. Tampak Rayyan berderai air mata disana, Reno tertegun. Sebenarnya ada apa dengan Rayyan?

"Kamu kenapa, nak? Ada yang sakit? Atau kamu sedang ada masalah?" Rayyan mengangguk kan kepala nya.

Lelaki itu ingin mengungkapkan segalanya, menumpahkan segala permasalahan yang sedang ia hadapi. Ia ingin berteriak marah, ia juga ingin menangis. Seperti sekarang dan di tenangkan oleh seseorang. Itu ia dapat kan sekarang.

"Jika kamu tidak keberatan, cerita kan semuanya pada Ayah. Jangan terus memendam nya nak." Nasihat Reno dengan tegas namun lembut.

"Kenapa Ray harus lupa ingatan, Yah? Rayyan benci merasa asing di dunia Rayyan sendiri! Capek buat ngingat semuanya Yah. Capek?! Rayyan mau istirahat, gue mau ikut dia. Kenapa Rayyan gak mati juga, Yah!" Ujar Rayyan dengan frustasi. Ia bahkan sampai terduduk dan menangis.

Lelah.. Nico sudah lelah, semuanya terasa melelahkan sekarang. Apa yang ia ketahui hari ini, membuat hati nya patah berkeping-keping. Tidak pula karna Regulus, tidak pula karna Dara. Melainkan dia yang adalah keluarga.

Ia mengutarakan segala kemarahan nya dengan membawa amnesia palsu yang di diagnosis dokter itu. Memuakkan. Nico kesal.

Reno tertegun mendengar itu semua. Rayyan ternyata juga merasakan perih karna melupakan segalanya. Bahkan saat pertama kali bangun ia melupakan keluarga nya, juga Tuhan nya.

"Nak... Hidup adalah anugrah indah yang berikan. Cobaan di dalam nya, itu adalah untuk membuktikan bahwa hidup harus disayangi. Karna Tuhan memberikan kita hidup agar menjalani jalan kehidupan yang berliku." Tutur Reno dengan begitu lembut nya.

Nico heran, bagaimana ada keluarga seperti Arkanza ini? Bagaiamana bisa ada? Kenapa keluarga nya bahkan tidak pernah menegur, menasihati dan memarahi. Kenapa Rayyan yang memiliki keluarga sempurna ini memilih pergi! Kalau begitu kenapa... Bukan Nico saja yang berada di Arkanza.

Semuanya itu hanya imajinasi semata, pemikiran semata dan hanya penyesalan. Ini semua tentang Rayyan yang meskipun memiliki keluarga sempurna, namun menyerah dan pergi. Bukan tentang Nico dengan segala kehancuran nya.

Rayyan meremas kuat kepala nya yang terasa berdenyut. Ia tidak peduli. Reno yang melihat itu menghentikan kegiatan Rayyan dengan perlahan. Sontak saja lelaki itu menatap nya sendu.

"Saat bayi, kamu mengatakan sanggup pada Tuhan untuk menjalani kehidupan. Maka saat ia sudah memberikan, ada baiknya kita bersyukur. Dan terus melafazkan doa untuk itu. Manusia yang tidak mensyukuri hidup adalah manusia kurang bersyukur. Munafik." Tambah Reno kemudian.

Rayyan diam, dan menghamburkan pelukan nya untuk sang ayah. Erat sangat erat sembari menyalurkan rasa sesak di dada.

Beberapa saat sebelum nya, di markas Regulus.

"Lo emang gak bisa nyari tau, maka nya gue dan Zeno udah nyari tau duluan." Perkataan Reano itu membuat Nico tertegun. Ia hanya diam.

"Lo ketua nya, tapi belum bisa berperilaku profesional sebagai ketua. Bodoh!" Maki Reano, namun Nico hanya diam. Bukan ia tak mencari tau, ia mencari nya namun saat menemukan sedikit bukti ia berhenti karna khawatir akan firasatnya.

"Adebayor grup, pemilik nya adalah Ayah Nico. Daprian Reggie Adebayor. Dan orang yang nyerang gue itu bekerja di sana. Awalnya gue kira, Om Daprian gak mungkin terlibat masalah remaja. Tapi-"Ujar Reano, menggantung kalimat nya.

"Ternyata Om Daprian juga terlibat. Orang yang nyerang gue pasti disuruh sama Daprian."

"Jadi maksud lo dia yang nyelakain Rayyan? Jangan bodoh Ren, Papa bahkan gak kenal sama Rayyan!" Ucap Nico dingin.

Ia menatap tak suka pada Reano. Dan sang empu kini terkekeh. "Lo yang jangan bodoh!"

"Bokap lo emang gak kenal Rayyan, itu fakta. Yang dia tau Arkanza memiliki anak penyakitan. Tapi ayah Rayyan? Bokap lo tau siapa itu Reno Arkanza Zelion. Orang kepercayaan dari Elang Alexander Yadiyan. Pemilik Yadiyan Grup tempat bokap Rayyan bekerja." Pungkas Reano membuat mereka semua mengerjap tak percaya.

"Jadi... Maksud lo Yadiyan sama Adebayor itu saingan?" Tanya Sean.

"Justru mereka bekerja sama." Sahut Zeno dengan santai.

"Wait, logika gue nih ya.. Reno bokapnya Rayyan kan cuma orang kepercayaan, pemilik nya Om Elang. Harus nya yang diserang kan Om Elang. Kenapa..." Kalimat Anthonio menggantung saat ia menyadari sesuatu.

"Bokap Nico itu jalani bisnis terlarang." Potong Laksamana. Mereka semua tentu saja terperangah. Dan melirik Nico yang kini membatu.

"Adebayor grup.. Perusahaan berpengaruh ke sepuluh di dunia, gila." Gumam Farhan pelan.

"Orang yang lo benci, sekaligus dia yang lo sayang. Adalah bokap lo sendiri. Daprian Reggie Adebayor." Tekan Reano setelah nya.

******

Saat ini Rayyan tengah berada di kamarnya. Ralat itu adalah Nico yang sedang menangisi takdir nya. Takdir memiliki orang tua yang tak memperdulikan nya dan takdir karna masih menyayangi sosok yang menjadi pahlawan bagi seorang anak lelaki itu.

Daprian bukanlah sosok ayah yang mampu mengayomi keluarga. Ia merupakan lelaki dengan ego tinggi dan keras kepala. Tak pernah melirik Nico meskipun lelaki itu berhasil mencapai puncak nya dan sangat membanggakan bagi orang tua.

Daprian hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Begitu pula dengan sang Mama. Mereka hanya melempar segepok uang sebagai bentuk kasih sayang. Atau imbalan karna telah lahir untuk menjadi pewaris? Entahlah.

Kenapa Nico menyebut Daprian sebagai pahlawan? Kenapa? Karna pernah sekali dan Nico rasa itu terjadi sekali seumur hidup nya. Dimana saat itu, Daprian memasuki kamarnya mengecup kening nya dan mengutarakan rasa sayang.

Itulah yang membuat Nico masih mempertahankan prestasi nya, bangga pada dirinya dan selalu berpikir diam-diam sang Papa mencium nya di malam hari saat ia terlelap.

Nico juga menerawang bahwa Daprian pernah menatap nya dingin saat ia mengalami kesulitan. Rasa lelah karna terlalu banyak belajar. Nico saat itu berharap sang Papa tengah khawatir padanya.

"Kenapa harus Papa? Dan kenapa Nico harus jadi anak Papa? Padahal Papa gak pernah sayang sama Nico. Semua cuma imajinasi Nico yang terlalu banyak berharap!!"

Arghhhhh!

Nico menggerang frustasi dialasi oleh bantal nya. Daprian dan Xelyn hanya sesekali memperlihatkan tatapan lembut mereka. Sisanya adalah tatapan intimidasi dan penuh tekanan. Tekanan untuk menjadi yang terbaik.

"Meskipun gue sayang sama kalian, perilaku kalian juga salah!"

Sekarang yang perlu ia lakukan adalah menyiapkan rencana. Rasa kecewa akibat mengetahui sang ayah terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap Rayyan tak boleh menjadi penghalang untuk nya. Seperti kata Reano ia harus menjadi ketua yang tegas dan profesional.

Sekarang ia tau bahwa dia yang Nico benci tapi Nico menyayangi nya adalah sang Papa. Pelaku pertama nya sudah di dapat kan.

"Sekarang.. Siapa orang yang lo benci Rayyan? Akh!" Nico menggerang saat merasakan sakit di kepala nya.

"Belakangan kepala gue kenapa sssh."

~~~~~~

~~~~~~~

DIFFERENT RAYYAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang