15. FAILED

597 25 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Saat tiba di sekolah, Rayyan langsung berlari dengan semangat empat lima, meninggalkan Reano yang berteriak memanggil nya di belakang.

"Sumpah gue bakal ngakak kenceng kalau tadi itu Nico yang bener. Untung ada muka manis itu."

Reano sedikit bergidik kala ia justru memuji wajah Rayyan, demi apapun semua itu benar hanya saja naluri kelakiannya mengatakan jijik saat memuji Rayyan. Entah karna ada jiwa Nico di dalam nya?

Kini Rayyan telah sampai di kelas nya, dengan segera ia masuk dan mengedarkan pandangan nya mencari seseorang. Tidak ada, Rayyan menghela napasnya. Ia melirik jam di tangan nya. Sudah menunjukkan pukul tujuh, tapi kenapa Dara belum terlihat.

Benar sedari tadi Rayyan mencari gadis itu, dengan tujuan menyampaikan kabar bahagia. Bahwa Rayyan berhasil tidak mengumpat selama seharian. Dan kita semua tau ini adalah kebohongan. Lalu Rayyan pun tau bahwa Dara tidak akan mengetahui kebohongan nya. Hoho, nantikan saja.

Tak berselang lama ia melihat sosok gadis berhijab tengah berjalan santai menuju ke kelasnya. Mata mereka bertubrukan lalu Rayyan pun tersenyum lebar karna Dara telah datang. Sedangkan Dara ia heran dengan senyum Rayyan, terlalu manis ia deg-degan.

"Daraa..." Sambut Rayyan dengan berdiri di samping Dara tanpa melunturkan senyum nya. Dara mengerutkan dahi nya karna Rayyan tersenyum terlampau lebar. Dara harus hentikan.

"Ngapain senyum-senyum gitu? Kesambet roh mana lagi lo?" Rayyan yang mendengar tuduhan Dara itu berdecak. Gadis itu tidak bisa melihat nya senang sedikit saja.

Rayyan berhenti melangkah dan berdiri di hadapan Dara, menghalangi gadis itu untuk masuk ke dalam kelas.

"Lo gak tau ya, gue berhasil jalanin tantangan pertama dari lo." Dara yang mendengar perkataan bangga itu sedikit tidak percaya. Ia berdecih.

"Gue gak percaya, minggir sana." Dara mendorong Rayyan ke samping hingga ia memiliki akses untuk masuk. Rayyan tak tinggal diam, ia mengikuti langkah Dara. Kenapa gadis ini malah tidak percaya sii?

"Beneran deh, gak ada gue ngumpat satu hari full, kayaknya. Terus tuh ini kan kabar gembira, lo harusnya ngucapin selamat." Ujar Rayyan setelah sedikit ragu mengatakan kalimat pertama nya.

"Apaan, boong banget. Kemarin aja lo ngumpat ya marahin kita-kita." Seru Farhan yang duduk di pojok kiri kelas dengan para anak Regulus lain. Rayyan melotot mendengar itu.

Sedangkan Dara ia menaruh atensi pada para Reguluz yang kini berada di kelas nya. Tampak Sean dan Zeno mengangguk membenarkan. Dara terkekeh kemudian melirik Rayyan.

"Lo percaya mereka, Dar? Jangan Dar, sesat. Yang harus lo percaya itu Tuhan dan hati lo." Ucap Rayyan cepat saat melihat tatapan Dara yang menelisik.

"Dan menurut hati gue lo bohong. Jadi, lo bohong. Astaga Rayyan, tantangan segampang itu aja susah buat lo." Dara menghela napas frustasi. Kenapa Rayyan tidak bisa menghilang kan nya? Bukankah ia dan Regulus baru sebentar.

Rayyan seolah-olah terbiasa dan sulit untuk menghilangkan nya. "Susah, Dar. Lo gak tau aja kalau udah kebiasaan jadi susah buat di rubah." Jawab Rayyan membela diri.

"Kebiasaan? Gue yang tau lo dari lama, dulu aja lo paling sopan tau gak kalau bertutur kata. Sekarang, banyak kosakata lo yang berubah." Ucap Dara menambahkan, ia menatap kesal karna Rayyan berusaha membela diri.

Sedangkan lelaki itu mengalihkan pandangan nya pada para inti Regulus itu, dimana mereka tidak melirik sedikit pun pada Rayyan. Alias menghindar. Dalam hati Rayyan akan membalas mereka.

DIFFERENT RAYYAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang