CHAPTER 25 - DIAM SAJA

3.6K 459 115
                                    

Saya butuh sajen berupa vote dan komment dari para pembaca sekalian. Mohon diberikan sajennya wahai para pembaca yang baik dan budiman ☺️🙏

Follow wp : sapidolls
Follow ig : @flowdisee @wattpadidol
Follow tiktok : @flowdise

Minimal 50 komen nanti lanjut.

Selamat membaca.

"Pokoknya Ian marah Ian marah," batin Ian ketika ia berpapasan dengan Aika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pokoknya Ian marah Ian marah," batin Ian ketika ia berpapasan dengan Aika. Sejujurnya Ian ingin meraih tangannya dan memeluk Aika seperti kemarin-kemarin. Tetapi, kenapa Aika juga diam saja seolah mereka tidak saling kenal.

Hati Ian rasanya sakit dan dadanya sesak. Mata Ian berkaca ketika menoleh ke belakang dan Aika sama sekali tidak menoleh padanya apa lagi berhenti.

"Ai, Ian tuh kangen!" lirih Ian.

Ia mengusap matanya yang mulai berair. Ian memilih pergi ke kelas dan duduk di bangkunya. Ian baru saja dari toilet setelah bel istirahat ke dua berbunyi dan Aika kembali ke mana-mana bersama Zidan.

Ian cemburu.

Ian marah tapi Ian tidak bisa benci.

Duduk diam di bangkunya adalah yang Ian lakukan sekarang. Tatapannya lurus memandang sudut mejanya yang runcing. Ian terus memandangnya tanpa berkedip. Di pikirannya entah kenapa Ian membayangkan jika kepalanya di dibenturkan ke ujung meja itu. Ian terus membayangkan itu berulang kali. Kepalanya menggeleng keras. Ian menutupi ke dua telinganya seperti orang ketakutan.

"AAAAAAAA!" Teriakan itu membuat beberapa siswa yang ada di kelas menatap Ian aneh.

"NGGAK! NGGAK! SAKIT!" teriak Ian yang sudah turun dari kursinya. Ia terus menutupi ke dua telinganya dan memojokan diri.

"JANGAN DIPUKUL! SAKIT! SAKIIIIIIT!"

Siswa yang ada di kelas bingung harus melakukan apa. Ian terlihat seperti orang gila padahal tidak ada yang memukulinya, tetapi ia terus berteriak kesakitan. Beberapa dari mereka bahkan ada yang tertawa dan berkomentar jika Ian tidak waras.

"Udah dibilang gila, masih aja sekolah," kata salah satu siswa.

"Tuh kan, kumat gilanya. Mending dimasukin ke rumah sakit jiwa aja," tambah siswa lain.

"Tapi kasian juga nggak sih? Kita harus ngapain, ya? Tolongin nggak?" Beberapa dari mereka juga ada yang punya belas kasih, hanya saja tidak tahu harus berbuat apa.

Ketika seorang siswa ingin mendekat, seseorang mencegah itu. Cewek berambut sebahu dengan wajah manis dan pipi chubby, Ainsley orangnya. Niatnya ia ingin mencari Bara, tetapi ia malah melihat Ian yang seperti itu.

"Lo di sini aja. Biarin dia tenang sendiri dan jangan perhatiin dia. Nanti dia makin nggak tenang," perintahnya.

Mereka pun hanya mengangguk dan menurut, sementara Ainsley melihat Ian dari kejauhan. Cowok itu masih saja berteriak dan menggelengkan kepala. Namun, perlahan semuanya memudar.

CHRISTIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang