CHAPTER 29 - PUTUSIN AJA LAH

3.7K 463 257
                                    

Hai, aku balik :)

Urusannya udah kelar dan aku kangen sama Ian muehehe

Berikan sajen berupa vote dan komment yang kenceng. Jangan lupa follow wattpad aku.

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, oke!

Ian nurut kok.

Ian tidak banyak nuntut.

Ian terima semuanya, tapi kenapa harus sesakit ini?

Aika beneran meminta waktu atau ingin menyakiti Ian lebih lama lagi?

Ian muak! Ian muak sekali.

Ian cape.

Ian ingin udahan saja.

Bagaimana tidak? Katanya Aika ingin meminta waktu untuk mengetahui perasaannya bagaimana, tetapi yang Aika lakukan adalah selalu bersama Zidan. Lalu Ian? Ia dilupakan, sungguh. Seperti kemarin-kemarin.

Ini tidak ada bedanya. Malah lebih sakit dari sebelumnya.

Tangan Ian mengepal. Ia ingin menghampiri Aika yang tengah makan berdua di kantin dengan gembira, tetapi langkahnya terhenti.

Ian ingin mengatakan putus, tetapi di sisi lain Ian ingin Aika kembali padanya. Pada akhirnya Ian memilih pergi dari area kantin dan menyendiri di taman.

"Hallo, Dek," sapa seorang cowok bermata sipit. Siapa lagi kalau bukan Romeo yang sayangnya bukan jodohnya Juliet.

"Mau nggak?" Galang yang ikut bergabung pun menyodorkan sebungkus permen anggur susu.

"Aelah, tenang aja. Nggak gue kasih racun. Gue nggak sejahat itu kali, Cil," sambung Galang karena Ian terus menatap permen itu tanpa berniat mengambilnya.

Merasa tergoda dengan permen itu, Ian mengambilnya. Hal itu membuat Galang tersenyum senang. Ia mengacak puncak kepala Ian bersahabat ketika cowok itu memakan permen yang diberikan.

"Besok Bara masuk sekolah lagi. Lo nggak papa, kan?" Tubuh Ian menegang, terlihat raut ketakutan di wajahnya.

"Ian takut," cicitnya.

"Lo takut digebukin lagi? Atau dicaci dan hina gitu?" Ian segera mengangguk. Ia lantas mendapat tepukan di bahunya. "Tenang aja mah. Mulai besok sikap Bara bakal berubah, ya paling nggak empat puluh lima derajat. Dia emang udah dikasih hukuman sama ortunya di rumah. Lo tau nggak dihukum apaan?" tanya Galang. Ian kembali menggeleng.

"Dia dihukum buat beresin halaman rumah yang seluas lapangan bola itu, nyapu, buang sampah pada tempatnya gitu euy. Dia juga disuruh cuci mobil ortunya yang lebih dari tiga. Nggak sampai situ doang. Maminya tuh buka spanduk berisikan cuci mobil gratis depan rumah. Lo tau siapa yang nyuci mobilnya?" Ian terus menggeleng karena ia benar-benar tidak tahu.

CHRISTIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang