CHAPTER 48 - IDENTITAS SEBENARNYA

3.5K 436 230
                                    

Hayooo, vote komen gak! Komen! Gak komen aku ngambek lagi 😝

Komenin tiap line paragraf. Inget ya paragrafnya di komen! Ga boleh siders. Kalo gak mau komen minimal vote ya, cantik.

Follow wp : sapidolls
Follow ig : @flowdisee @wattpadidol
Follow tiktok : @flowdise @bigbabyian

150 vote dan 200 komen!

No spam next!

Dilarang komen OOT!

Attention!
Kalo udah tau identitas Abang baju item jangan spoiler ke orang lain ya. Biar mereka tahu sendiri. Kalo dispoiler, nanti ga asyik.

Selamat membaca. Enjoyyy!

"Ian! Ian!" Panggilan itu membuat Ian menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ian! Ian!" Panggilan itu membuat Ian menoleh. Ia memegang tali tasnya erat-erat ketika melihat Aika berlari mendekatinya.

"Ian. Serius, ini Ian bukan?" tanya Aika dengan napas memburu. Ia memegangi ke dua bahu Ian dan memeriksanya dari ujung kaki sampai kepala.

Ian yang ditanya mengangguk bingung. Aika terlihat aneh.

Mata bulat jernih, tatapan mata yang polos, dan bibir semerah cherry itu sudah mampu menggambarkan diri Ian yang Aika kenal. Aika menghela napas lega.

"Iya, udah pasti ini Ian. Coba lo manggil gue."

"Aika," kata Ian sesuai perintah.

Setelah mendengar itu Aika langsung menarik tubuh Ian dan membawa ke dalam pelukannya. Tubuh itu ia peluk begitu erat. Ian bingung, tetapi Ian juga rindu. Ia ingin dipeluk seperti ini. Karena itu, Ian membalas pelukan Aika dan menepuk-nepuk pelan punggung gadis di pelukannya ini.

"An, please. Gue kangen banget sama lo!" ungkap Aika jujur.

Pelukan mereka diurai dan ke dua tangan Aika membingkai wajah Ian yang terasa sedikit tirus. Ah, pipinya tidak setembem bulan lalu. Mungkin efek kerja keras belajar untuk olimpiade.

"Lo udah nggak papa, kan? Udah sembuh? Masih ada yang sakit nggak?"

Senyuman di bibir Ian tidak bisa ia tahan. Sudah lama Ian tidak diperhatikan seperti ini. Aika sama sekali tidak berubah. Ian malah merasa Aika semakin perhatian padanya.

"Ian udah baik-baik aja, Ai," jawab Ian.

"Ah, syukurlah. Jangan sakit-sakit dong, An. Gue jadi khawatir sampe nggak bisa tidur."

"Beneran?"

"Iyalah, tiap hari gue mikirin lo."

Kalau begini, pipi Ian bisa sakit karena terlalu banyak tersenyum. Bagaimana caranya agar tidak salah tingkah jika situasinya sudah seperti ini? Siapa pun, tolong ajari Ian.

CHRISTIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang