CHAPTER 23 - ZIDAN BERISIK

3.6K 480 52
                                    

Saya butuh sajen berupa vote dan komment dari para pembaca sekalian. Mohon diberikan sajennya wahai para pembaca yang baik dan budiman ☺️🙏

Follow wp : sapidolls
Follow ig : @flowdisee @wattpadidol
Follow tiktok : @flowdise

Selamat membaca. Enjoyyy!

"Aku pikir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pikir. Oh iya, ruang guru di mana, Ai? Anterin aku bisa?" tanya Zidan meminta bantuan.

Zidan Alexandro, siswa baru yang kemarin mereka bicarakan. Aika tidak tahu jika Zidan yang mereka bicarakan adalah Zidan di hadapannya ini. Zidan yang dulu pernah ada di masa lalunya. Sayangnya kisah itu belum usai dan sekarang seseorang yang ada di sampingnya menatap dengan mata berkaca juga wajahnya yang amat terpukul.

Christian, cowok itu seperti ingin menangis.

Bibirnya ingin bergerak untuk mengatakan sesuatu, tetapi Zidan sudah terlebih dahulu menarik tangan Aika untuk meminta ditunjukkan ruang guru ada di mana. Alhasil Ian kembali mengatupkan bibirnya. Dadanya terasa begitu sesak.

"Aiiiii!" panggil Ian.

"Ke kelas sana!" titahnya tanpa belas kasih.

Ian ingin protes. Ian ingin bertanya kenapa Aika bilang seperti itu. Ian ingin tahu kenapa Aika lebih memilih cowok itu dari pada dirinya.

Ai, kenapa?

"Ai, dada Ian sakit." Ian menepuk-nepuk dadanya cukup keras berharap rasa sesak di sana segera hilang. "Ai, sakit ...."

Satu tetes air mata jatuh membasahi pipinya. Ian menangis pelan. Ian pikir paginya disambut dengan baik, tetapi ini begitu menyakitkan. Biasanya Aika akan menenangkannya atau memberinya permen. Sekarang, Aika malah jalan bersama cowok lain.

"Pagi, bocil." Sebuah rangkulan di bahunya Ian dapatkan dari Bara yang baru saja berangkat sekolah. Sebenarnya Bara ingin usil, tetapi ia kaget karena melihat Ian yang menangis.

"Lo kenapa anying? Lo tuh hobi banget nangis, ya?" Ian menggeleng sebagai jawaban.

"Buset lo, King. Masih pagi udah buat anak orang nangis aja," timpal Galang mendekati mereka.

"Ck ck ck, katanya kapok karena kemarin dihukum Aika," ujar Romeo heran.

Bara yang dituduh merasa kesal. Ia menunjuk mereka dan berkata dengan penekanan. "Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan!"

"Terus kalo bukan karena lo karena apa coba? Kan cuma lo doang yang hobi ngerusuhin nih bocil." Galang memang sudah hafal tabiat orang satu ini.

Kalau saja Bara tahu ia juga tidak akan bertanya hal yang sama pada Ian tadi. Cowok itu masih saja menangis seolah ada yang telah melukainya begitu dalam.

"Lo kenapa, Dek?" Suara Romeo diperlembut. Kalau dilihat-lihat Ian kasihan juga. Tidak tahu kenapa, tetapi sepertinya ia sedang sangat bersedih.

"Ta-tadi Aika bilang. Ta-tadi ada cowok lain di sini. Aika bilang. Aika bilang---" Ucapan Ian terpotong karena Ian terus menangis. Air matanya mengucur deras. Membuatnya menekuk kaki, melipat tangannya di atas lutut dan menjatuhkan kepala di sana. Mereka bertiga yang melihat itu kan jadi panik. Takut dituduh yang tidak-tidak.

CHRISTIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang