CHAPTER 47 - STOP CALL ME IAN

3K 399 1K
                                    

ANJAY KALIAN KEREN. GILA BAT CUY BISA TEMBUSIN 500 KOMEN LEBIH.

OMG, RAKYAT SAPI EMANG KECE-KECE😎

Komenin tiap line paragraf. Inget ya paragrafnya di komen! Ga boleh siders. Kalo gak mau komen minimal vote ya, cantik.

Follow wp : sapidolls
Follow ig : @flowdisee @wattpadidol
Follow tiktok : @flowdise @bigbabyian

Chapter ini lebih gila dari kemarin loh vren. Jadi, aku mau komen yang lebih gila juga.

150 vote dan 1k komen. Moon maap, tapi aku emang edan. Untuk kali ini aja. Besok udah gak kok. KOMEN YANG KENCENG. KALO SIDERS AKU GAK MAO LANJUT!

NO SPAM NEXT! UDAH AKU SEDIAIN UNTUK SPAM APA

Selamat membaca. Enjoyyy!

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sedari tadi senyumnya tak luntur. Dua bulan bukanlah waktu yang cepat bagi Aika. Mereka selalu bersama, tetapi seperti tengah LDR. Benar-benar menyedihkan.

Terkhusus untuk hari ini. Aika berkorban banyak. Contohnya tangan kirinya yang terkena luka bakar karena membuat cookie cokelat manis untuk Ian.

Benar, Aika ingin menghadiahkan itu untuknya.

Aika sudah membayangkan seperti apa wajah bahagia Ian ketika menerima cookies pemberiannya.

"Christian Marchelino," panggil sang guru ketika jam pelajaran sudah mulai. Ia tengah mengabsen siswa di kelas.

"Tidak berangkat, Bu. Sakit anaknya," jawab ketua kelas. Ia bangkit dan memberikan surat izin Ian yang diberi Mutiara tadi pagi.

Sejak tadi Aika sudah tidak tenang karena Ian tak kunjung berangkat sekolah. Sekarang hatinya semakin tidak tenang dan uring-uringan ketika mengetahui jika Ian jatuh sakit.

Pacarnya sakit. Apa ia kelelahan?

"Cookies gue gimana, ya?" gumamnya sedih sambil melihat cookies buatannya di laci meja. "Gue datengin aja deh rumahnya ntar sore. Sayang banget kalo dibiarin gitu aja. Gue udah berkorban banyak juga," putus Aika.

Atensi semua siswa teralihkan ketika mendengar pengumuman di speaker yang dipasang di kelasnya.

Pengumuman! Untuk semua guru yang tengah mengajar diharap segera ke ruang guru. Ada hal mendesak yang harus dibicarakan. Sekian.

Bu Naya yang mendengar itu terlihat bingung. Ia lantas menutup bukunya kembali di atas meja dan meminta izin kepada anak didiknya untuk pergi.

"Sebentar, ya, anak-anak. Kalian kerjakan dulu halaman tujuh puluh. Jangan ribut, ya! Ketua kelas, awasi teman-teman kamu, ya!" pesan sang guru.

CHRISTIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang