[CHAPTER 45] Kawan atau Lawan

69 62 6
                                    

"Kawan bisa menjadi lawan. Pun sebaliknya. Lawan bisa menjadi kawan. Suatu hari nanti."

*****

"Gue cuma tahu dia sempat keluar UKS," papar si gadis enggan berbasa-basi. Cukup sudah orang suruhan lelaki di hadapannya itu membuntutinya ke mana-mana, menerorinya dengan pertanyaan yang sama. Diana malas berurusan lebih dalam dengan si Raja Es SMA Nusa itu.

"Ke mana?"

Diana mengedikkan bahu, tak tahu. "Dia bilang ke toilet. Tapi jelas, dia bohong, karena dia balik dari arah berlawanan."

Adam mengangkat pandangan. "Dari arah berlawanan? Maksud lo, dia ke kelas?"

"Mungkin?" tanya Diana ragu. "Yang jelas, gue udah ngaku jadi jangan ganggu gue lagi, apalagi nyuruh teman lo," tegas Diana.

Adam mengangguk sekali. Berarti benar Lily yang melakukannya. Jika tidak, apa yang dilakukan Lily di kelas di saat harusnya dia berada di UKS? Sekarang Adam tinggal memastikan siapa pelaku pengurungan Ayana di toilet tempo hari. Lily ataukah sosok lain bernama Tiara?

*****

"Ra," panggil seorang lelaki.

Tiara menoleh. Mengerutkan alis menemukan Wildan di sebelahnya. "Kenapa? Ada maunya kan lo? Nggak, males! Sana pergi!" usir Tiara cepat seraya mengibaskan tangan membuat gerakan mengusir.

Wildan mengerucutkan bibir. "Yaelah, Ra. Gue ke sini punya niat baik."

"Gaya lo niat baik, biasanya juga niat buruk! Apaan?"

"Jeng ... jeng ... jeng!" seru Wildan. Kedua tangannya menengadah memamerkan gelang berliontinkan mutiara kecil.

Mata Tiara berbinar. Dengan sigap, tangannya meraupnya. "Dari mana lo nemuin gelang ini?" serobot Tiara.

Wildan terkekeh kecil melihat keantusiasan Tiara. "Ada, lah pokoknya. Gue pikir itu punya lo, ya gue ambil. Emang punya lo hilang?"

Anggukkan kepala Tiara tergerak cepat. "Iya, sorry ya bukannya gue nggak menghargai pemberian lo, tapi gelang ini tuh pernah hilang."

"Hilang?" ulang Wildan. Benar, gelang itu memang dia berikan untuk Tiara ketika ulang tahun si gadis tahun lalu.

Lagi Tiara mengangguk. "Sebenarnya, gelang ini gue gantung di tas, karena kalau dipakai suka lepas mulu. Tapi beberapa hari lalu gelangnya hilang. Gue udah cari di rumah, sekolah sampai cafe. Tapi nggak ketemu. Eh, tahu-tahu hari ini, lo balikin gelangnya," cetus Tiara panjang lebar. "Anyway, lo nemu ini dimana?"

"Kalau lo pengen tahu dia bersalah atau nggak, jangan kasih tahu dia."

"Hello, Wildan?"

Tersadar. Wildan mengalihkan perhatiannya. Senyum kecilnya ia ukir. "Iya?"

Tiara berdecak pelan. "Lo nemu gelang ini dimana? Nggak mungkin gak sengaja, kan?"

"Gue nemu itu di Cafe Ayah lo pas tadi malam."

"Cafe?"

Wildan manggut-manggut. "Sebenarnya gue emang gak sengaja nemu gelangnya. Malah gue pikir lo buang gelang itu karena lo benci ke gue."

"Asal lo tahu, sebenci-bencinya gue sama lo, gue gak tega buang gelang ini. Tahu kenapa?"

Kening Wildan bertumpuk heran. Entahlah dia juga tidak tahu kenapa.

"Karena lumayan, kan lucu bisa di jadiin hiasan gitu. Dan kapan lagi lo baik ke gue? Biasanya juga pas urgent doang," jelas Tiara paham gelagat Wildan yang bersikap baik di saat nyawanya terancam, misalnya dikejar Andri lantaran berani mengerjai Andri. Dan jadilah Tiara tameng pelindung mendadak Wildan, seperti dulu.

FLASHBACK [COMPLETED]Where stories live. Discover now