[CHAPTER 22] Larut Dalam Masa Lalu

132 122 12
                                    

"Ia tak sadar jikalau dirinya telah larut dalam masa lalu. Masa ketika mereka masih tersenyum serta berbagi cerita dan tawa."

*****

    "Ayana," sahut Tiara memanggil nama temannya.

    "Apa?" tanya Ayana malas. Pasalnya sejak kejadian di kelas tadi, Tiara tak berniat menghentikan mulutnya untuk bertanya demi memenuhi rasa penasarannya.

    "Siapa?"

    "Siapa apanya, Ra?" tanya balik Ayana.

    "Cowok gitar itu," jawab Tiara.

    "Siapa?"

    "Ish! Ayana!" gerutu Tiara cemberut. "Lo mau gue keliling sekolah buat nyari itu cowok, huh?!"

    "Coba aja. Itu pun kalau lo bisa," tantang Ayana memanasi Tiara.

    "Oke! Gue terima tantangan lo!" Keputusannya sudah bulat. Dia tak ingin kesempatannya untuk melihat rupa si cowok gitar, lelaki yang membuat temannya terikat masa lalu, hilang begitu mudahnya.

    Mata Ayana mengikuti arah langkah Tiara yang berjalan menjauhinya, bertekad mencari si cowok gitar, nama yang diberikan Tiara untuk teman masa kecilnya dulu. Ya, Ayana sesekali menceritakan masa lalunya. Tetapi, tentu tidak mengenai kecelakaan itu.

    Sorry, Ra. Gue belum siap kalau lo harus pergi, batin Ayana.

    "Tiara ke mana?" tanya seseorang. Matanya bergerak ke sana kemari mencari sosok perempuan bersuara toa.

    "Dia baru aja pergi."

    "Pergi? Ke mana?"

    Bahu Ayana terangkat, tak tahu. Jelas saja, memangnya Tiara memiliki tujuan kemana harus mencari laki-laki itu? Nama si cowok gitar saja, ia tak tahu, apalagi wajahnya. Ya, Tiara sudah kalah telak bahkan sebelum memulainya.

    "Btw, tumben lo tanya soal Tiara."

    Untuk beberapa detik dia terdiam. "Cuma nanya doang," elaknya tak acuh, kemudian berlalu.

    "Eh, Gas!" seru Ayana sedikit berteriak.

    Disebut namanya, Bagas membalikkan badannya.

    Ayana berjalan mendekat, agar tak perlu berteriak-teriak, mengganggu orang lain. "Lihat Andri, nggak? Tadi gue kirim pesan, tapi nggak dia balas. Di telepon juga nggak diangkat. Lo tahu dia ke mana?" tanya Ayana bercerita singkat.

    "Toilet, mungkin," jawab Bagas tak yakin.

    Ayana menatap punggung Bagas yang mulai berjalan, meneruskan langkahnya yang sempat tertunda. Tak lama benda canggih tipis milik Ayana bergetar. Ia merogoh ponsel di saku rok sekolahnya.

From: Andri Antonio Dewantara
Mau latihan, kan?
Gue tunggu di taman belakang.

    Mendapat pesan dari Andri, Ayana menugaskan kakinya ke lokasi yang telah Andri beritahukan. Taman belakang sekolah. Ya, tempatnya sepi. Cocok untuk di jadikan sebagai tempat latihan mereka, sebelum tampil di acara Festival Club Nusa.

*****

    Dia mengembus napas panjang, lagi. Entah kali ke berapa ia begitu. Kakinya bergerak ke sana kemari gelisah.

    Temannya yang sadar akan kelakuan dia itu berucap menegur. "Ay, sini, duduk!" Matanya perih melihat Ayana mondar-mandir, seperti menunggu kabar dari dokter yang mengobati pasien, yang merupakan kerabatnya.

FLASHBACK [COMPLETED]Where stories live. Discover now