[CHAPTER 27] Kenyataan

98 95 7
                                    

"Menyangkal kenyataan tak selamanya membuat semua terlihat baik-baik saja."

*****

"Andri," sebut seseorang.

Suaranya terdengar familier di telinga Andri. Meski belakangan ini tidak saling bertegur sapa untuk jangka waktu yang tidak singkat. Tubuhnya berbalik. Menemukan seorang gadis berseragam SMA. "Ayana? Ngapain lo di sini?"

"Oh, itu ... gue ... ada urusan," jawab Ayana gugup. "Lo sendiri?"

"Ketemu seseorang," balas Andri. Entah kenapa Andri merasa canggung kini. Tidak seperti biasanya, yang tak pernah absen mengganggu Ayana. "Pulang sama siapa?"

"Sendiri."

"Mau gue antar?"

"Emm ... nggak ngerepotin emangnya?"

Andri tersenyum. "Nggak, kok. Yuk, udah sore kayaknya mau hujan juga," ajak Andri berjalan memimpin.

Ayana terdiam sesaat memandang punggung Andri. Dia mendesah pelan. Rasanya aneh melihat perlakuan Andri hari ini. Karena sejak hari dimana Ayana mengetahui kebenaran siapa pengirim sebenarnya sticky notes kuning Tiara, keduanya mulai memiliki jarak tak kasat mata.

Ayana yang jarang menunjukkan emosi apapun. Dan Andri yang lebih memilih diam sepanjang hari. Pun Tiara yang berkali-kali mencoba berbagai cara untuk mendekatkan mereka kembali. Dan hasilnya selalu sama. Ayana yang beralibi dengan tumpukan tugasnya. Sedangkan Andri beralasan ada urusan penting.

*****

Ayana melangkah menjauhi tempat peristirahatan terakhir sang Kakak. Namun langkahnya terhenti ketika matanya melihat sosok tak asing berdiri di depan salah satu batu nisan di pemakaman tersebut. Apa yang dilakukan lelaki itu di sini? pikir Ayana dalam hati.

Senyumnya terukir. Bunga mawar ia letakkan di dekat batu yang tertulis nama seseorang yang lama tak ia lihat. "Ma, aku baik-baik aja di sini," ujarnya.

Mama? batin Ayana. Walau samar Ayana masih bisa mendengarnya.

"Mama nggak perlu khawatir, aku udah gak kayak dulu lagi. Aku udah banyak berubah karena dia," lanjutnya. Senyumnya makin mengembang. "Tapi kayaknya nggak mudah buat aku bikin dia jadi milik aku."

Helaan napas keluar. "Kalau Mama di sini, mungkin lebih mudah buat aku dekatin dia. Mama tahu sendiri kan sejak kecil nggak ada yang berani dekatin aku? Oh ya, Ma, nama cewek itu, Ayana Reveira Iskandar. Cantik, kan? Namanya aja cantik apalagi orangnya, ya kan?"

Gue? Ayana membeku. Kenapa juga namanya disebut-sebut lagi? Tapi ... tunggu! Kenapa tidak ada yang berani mendekati Andri? Pertanyaan itu muncul di benaknya.

"Aku yakin Mama bakalan suka sama dia. Dia itu aneh."

Apa? Gue aneh?! seru Ayana tak terima di anggap aneh. Andri! Dia benar-benar minta dihajar apa?

"Kadang cuek, kadang lucu, kadang ceroboh, kadang misterius juga. Intinya dia itu nggak bisa ditebak." Lagi. Dia menghela napas.

Kali ini Ayana bergeming. Ia tahu itu. Begitulah sikapnya sekarang. Sangat unpredictable. Berbanding terbalik dengannya di masa lalu. Yang ceroboh, terbuka, dan lugu.

"Aneh, kan, Ma? Yang lebih aneh lagi, masa iya dia nggak ngerasa apa-apa sama aku, padahal ya, Ma aku itu sering banget kasih dia kode keras. Apa mungkin ada yang kurang di aku? Tapi kurang apa?"

FLASHBACK [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora