LIMA SATU

15.1K 883 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.

.

.

🌷HAPPY READING🌷

Perlahan Khaira membuka matanya menyesuaikan dengan cahaya lampu. Khaira menoleh mendapati suaminya yang tertidur di sebelahnya dengan posisi duduk. Tidak ada siapapun di ruangan ini, kecuali dirinya dan gus Rafa.

Khaira berusaha bangkit dari tidurnya, bertepatan dengan itu gus Rafa terbangun dari tidurnya, "Khai? Kamu udah sadar?"

Khaira tidak mempedulikan suaminya, ia segera memposisikan tubuhnya agar bisa duduk, "Sini aku bantu," Gus Rafa bangkit membantu Khaira untuk duduk.

"Haus," Ujar Khaira tanpa menoleh ke arah gus Rafa.

Dengan sigap, gus Rafa langsung mengambil gelas yang berisi air putih di nakas. Lalu ia memberikannya kepada Khaira, lantas Khaira langsung meminumnya sampai habis tak tersisa.

Kemudian gus Rafa menyimpan kembali gelas yang sudah Khaira minum, "Kamu udah enakan?" Tanya gus Rafa menatap Khaira.

"Udah," Jawab Khaira dengan pandangan lurus ke depan.

"Kalau ada yang sakit, bilang ya."

"Hm,"

"Permisi pak," Gus Rafa dan Khaira langsung menoleh ke arah pintu. Disana terdapat suster yang membawakan Khaira makan serta obat-obatan.

"Sekarang jadwal pasien minum obat, sebelum minum obat diharuskan untuk makan terlebih dahulu," Suster tersebut memberi piring kepada gus Rafa.

"Terima kasih sus," Ujar gus Rafa menerima piring, botol mineral, serta beberapa obat untuk Khaira.

"Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi." Suster tersebut langsung keluar dari ruangan rawat Khaira.

Gus Rafa mengalihkan pada Khaira yang masih tetap diam dengan pandangan ke depan, "Makan dulu Khai, aku suapin ya?"

"Nggak usah, aku nggak lapar."

"Mau lapar atau nggak lapar kamu harus makan, wajib minum obat. Biar cepat sembuh.."

"Hambar,"

"Nggak apa-apa, sedikit aja cuma tiga sendok, mau ya?" Mohon gus Rafa menatap Khaira.

Hening.

"Khai? Kenapa diam?" Tanya gus Rafa.

Gus Rafa menghela nafas pelan, ia menyimpan piring di nakas, lalu perlahan gus Rafa menggenggam erat tangan milik Khaira.

"Kamu kalau mau marah, nggak apa-apa Khai. Marah aja, pukul mas kalau kamu mau Khai, sakiti aja mas semau kamu, sakiti mas Khai sampai kamu benar-benar lega,"

"Tapi mas mohon sama kamu Khai, jangan pernah sakiti diri kamu sendiri. Mas nggak mau kamu sakit, setiap ngelihat kamu lemah gini, hati mas juga sakit, Khaira.." Lirih gus Rafa menatap wajah Khaira.

Mata Khaira mulai berkaca-kaca menahan air matanya, lalu ia menatap wajah gus Rafa dengan dalam, "Aku sakit mas, aku sakit ketika tahu anak aku udah nggak ada. Aku jahat, aku nggak bisa jaga Rakha dengan baik, mas.."

Gus Rafa menggelengkan kepalanya, "Nggak sayang, kamu adalah uma yang baik buat Rakha, kamu hebat Khai, kamu hebat udah mengandung Rakha,"

Tangis Khaira langsung pecah ketika mendengar penuturan dari gus Rafa, dengan sigap gus Rafa langsung mengusap pipi mulus Khaira, "Stt, udah ya jangan nangis, Rakha pasti sedih lihat umanya nangis."

Love Till Jannah [END]Where stories live. Discover now