L&B ─ V

1.1K 34 0
                                    

Tangan Ravael yang mencengkau tekuk leherku, lambat laun terlepas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Ravael yang mencengkau tekuk leherku, lambat laun terlepas. Kehangatan pergelangan tangannya yang tengah kuelus, perlahan memudar. Kelembapan yang melekat dibibirku juga tak terasa lagi, hingga membuat bulu mataku yang saling menempel, langsung mencangah.

Matakupun melingar, sosok Ravael menghilang dari pandangan mataku, dan lenyap secara bersilir.

Apa-apaan ini...

Aku sadar, suasana di sana berubah tersaput kabut.

“Rava!” aku berseru, mencari sosok Ravael yang sekonyong hilang entah ke mana, “Rava! Ini nggak lucu ya, lu di mana?!”

“Pak Carl? Pak...” aku berjalan dalam kabut, menuju ke ranjang Carleon yang aku ingat berposisi di arah sampingku.

Seperti menembus dunia lain, aku tak mendapati apa-apa di balik setiap kabut yang kulalui. Aku mempercepat jalanku sampai berlari, mencari kakak beradik itu.

“Ravael! Pak Carl! Kalian di mana?!”

Sial! Aku ada di mana? Ke mana semua orang? Apakah aku bermimpi? Tapi tidak mungkin! Jelas tadi aku bersama Ravael. Akan tetapi, kenapa aku mendadak berada di tempat yang tak berujung seperti ini.

TIN!
TIN!

Aku menyungsangkan badan, menyelia pirau ke arah lampu mobil yang menyorotiku. Spontan aku mengangkat tangan, menghalau cahaya yang menyilaukan pandanganku.

Wush~

Angin bertiup, membuat kabut berhamburan, hingga aku dapat melihat sebuah Bus menjeru, melaju ke arahku. Akupun tersentak syok, dengan mata mencelang.

TIN!
TIN!

Sial! Aku tidak bisa bergerak sama sekali. Aku semakin tergemap kimput, dan pada akhirnya terperenyak syok, sebelum Bus itu merenggut nyawaku.

BRUK!

Aku mendadak tergegau dengan napas sarat.

“Sudah bangun?” sapa Carleon, seraya menaruh cincin pernikahan kami di laci meja, khusus koleksi arlojinya.

Mendengar suara Carleon, jelas aku spontan bangkit dari tidurku di sofa, dan mendelik ke arahnya yang berdiri di dekat meja kaca, yang berada di tengah-tengah jejeran rak kaca kemejanya, yang mengikuti sudut ruang fitting room.

Kenapa gue ada di sini sekarang?” aku membatin, panik.

Mimpi? Sepertinya aku bermimpi buruk.

THE LITTLE SWEET BIG LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang