L&B ─ XVI

1.1K 59 18
                                    

Dengan sedikit jarak, aku duduk berdua dengan Ravael

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan sedikit jarak, aku duduk berdua dengan Ravael.

“Ada apa, Rav?” tanyaku, menengok ke arahnya.

Tanpa melihat lawan bicaranya, Ravael menjawab dengan serius, “Gue kangen aja.”

Semenjak Ravael tahu tentang perjanjian kontrak, yang terjadi di antara diriku dan kakaknya, dia semakin berani berbicara terus terang. Terlebih lagi... dia sudah mengungkapkan perasaannya padaku, dan mengetahui tentang perasaanku sejak awal.

Jadi... dia tidak perlu lagi, menyembunyikan tentang apa yang dia rasakan selama ini.

Tentu saja jawabannya, membuat mataku mendelik perangah, “Rav, serius ih~”

“Iya-iya~” diapun lantas merubah topiknya, “Lu jadi, kan? Hari ini pergi ke alamat kedai yang udah gue kasih?”

“Oh, itu~ sebelum gue jawab, lu harus jawab pertanyaan gue dulu.”

Melihatku yang berucap serius, sedikit membuat Ravael mengambil napas tegang, dan mengakuri ucapanku.

“Oke! Jadi di antara lu sama Bita, ada hubungan apa?”

Setelah mendengar pertanyaanku, dia langsung melepaskan ekspresinya, dan menjawab singkat, “Enggak ada, tuh.”

“Kalian kan, pernah sekelas pas di angkatan pertama.”

“Iya, terus? Kalau pernah sekelas, harus ada hubungan gitu?”

Aku yang tak puas dengan jawabannya, kembali berucap, “Nggak mungkin nggak ada, jelas Bita kalau lihat lu dia selalu ngindar, dan bersikap dingin kaya tadi.”

“Hahaa~” Ravaelpun tergelak sontok, “Ya~ mana gue tahu bawel! Dia kan sahabat lu. Yang jelas gue nggak ada hubungan, atau masalah sama tuh cewek.”

Aku yang masih syak, mulai menatapnya curiga. Mungkinkah mereka pernah pacaran? Atau hanya menyembunyikan sesuatu, yang hanya mereka rahasiakan berdua.

Sial! Aku lagi-lagi penasaran...

“Kalian pernah pacaran?” tanyaku, terang-terangan.

Ravael spontan membentangkan alis, dan gopoh menggeleng, tak membenarkan ucapanku barusan yang terus menerus, menaruh rasa curiga padanya. “Kalaupun pernah, lu cemburu?” umpannya, membual.

Aku yang mendengar perkataannya itu, refleks bereaksi, “Dih~ ngapain juga cemburu.”

“Hahaha~” kekehnya, “Hayo~ cemburu, kan~” dia mulai menggodaku.

Nampak Carleon yang habis dari ruang rapat, tak sengaja melihat keakraban, antar diriku dan Ravael. Selia yang juga berjalan bersama Carleon, ikut menatap ke arah kami.

“Pak Carl, kenapa ngeliat mereka seperti itu?” tanya Selia, melihat Carleon yang menatap sentimen pada kami.

Hahh~ Carleon menghembuskan napas, lalu menjawab pertanyaan Selia, “Anak-anak itu terlihat santai, padahal ujian kenaikan kelas beberapa bulan lagi.”

THE LITTLE SWEET BIG LOVEWhere stories live. Discover now