Carleon nampak terlentang di kursi penumpang belakang, sementara Ravael terlihat mengemudikan mobil.
Aku yang duduk di kursi penumpang depan, mulai membuka bibirku yang sedari tadi terkatub rapat.
“Pak Carl, sepertinya mabuk berat, ya.” ujarku, menoleh sejenak ke arah Carleon.
Ravael yang fokus menyetir, hanya berdeham, “He'm.”
Mobil yang dikemudikan oleh Ravael, akhirnya terparkir di kediaman Geithoffer.
Ravaelpun turun dari mobil yang disusul olehku.
“Rav? Ini Pak Carl, gimana?” akupun bertanya, sewaktu melihat Ravael yang berjalan santai, menuju pintu masuk, mengabaikan Carleon yang masih terbujur semaput di dalam mobil.
Ravael menengok, “Hah? Gimana apanya?”
“Ravael Van Geithoffer!” aku menekan suara, menyebut nama lengkapnya, dengan raut wajahku yang sudah terukir kesal.
Hufh~ napas Ravaelpun melenguh bengal, “Biarin aja, bajing*n itu di situ! Lagian siapa suruh mabuk.” dia lalu pergi dengan acuh, menuju ke pintu masuk.
“Dih~ Ravael... dia kan, kakak lu.” rajukku, melihatnya mulai memasukan sandi di pintu masuk.
Mataku yang melesat lelah, mulai mengerling ke pintu mobil belakang. Aku lantas melepas heels yang membungkus kakiku, lalu pergi membuka pintu mobil.
“Pak Carl! Bangun!” aku yang berusaha menggugah Carleon, tak mendapatkan respon, sehingga aku mencoba membopong tubuhnya, agar keluar dari mobil.
Brruk!
“Aaw~” aku terjatuh, karena tubuhku tak mampu menyokong tubuh Carleon yang tinggi, juga terasa seperti sekarung beras.
Suara ambruk yang terdengar oleh Ravael, bukan berasal dariku yang jatuh, melainkan dari Carleon yang merantuk lantai mobil cukup keras.
Spontan Ravael menolehkan kepalanya, menatapku yang terduduk di tanah, “Lu jatuh?”
“Enggak! Gue terbang...” kelitku, “Ya, jatuhlah~”
Sudah tahu, malah bertanya. Dasar...
“Hahaha~” Ravael lantas tergelak, sesaat. “Cup~ cup, sini...” sahutnya, sedikit membungkuk, mengarihkan tangan kanannya ke hadapanku.
Akupun menyampuk halus tangannya, “Mending lu bawa kakak lu masuk, deh!”
Ravael mulai mengelih ke pintu mobil belakang yang mencangah, mendapati tubuh kakaknya yang terlungkup di atas karpet, antara jok mobil depan dan belakang.
“Cikh! Ogah!” Ravael segera menampik. “Kenapa harus gue?” protesnya, mengalihkan tatapannya padaku yang sudah berjalan menuju ke pintu masuk rumah.
YOU ARE READING
THE LITTLE SWEET BIG LOVE
Short StorySebuah takdir kembali mempertemukan kedua insan yang terpaut usia yang berbeda 13 Tahun, dan menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan. 𝐀𝐰𝐞𝐥𝐤𝐚 𝐕𝐢𝐨𝐫𝐚, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA, terpaksa menikahi seorang pemuda blasteran...