L&B ─ XI

1.2K 72 7
                                    

Lagi-lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lagi-lagi... Carleon berada di dalam gelapnya hutan berantara yang menghantui penjuru gunung. Dia mendengar suara-suara aneh yang menggeliat dari dalam tanah. Langkah kakinya yang tak beralas, mulai berlari dalam kegelapan, menghindari makhluk kasat mata yang terus mengejarnya dalam mimpi.

Aku yang kembali ke kamar Carleon, dikejutkan akan pria itu yang bergerak gelisah, dalam tidurnya.

Akupun tergamak... tak berani mendekatinya.

Dengan langkah pelan, aku mengabaikannya dan menuju ke fitting room. Namun langkahku terhenti, lantaran Carleon mengeluarkan napas tertekan.

Takut terjadi apa-apa padanya, aku memberanikan diri untuk mendekatinya.

Aku lantas panik, tatkala melihat raut wajahnya dari jarak dekat, yang nampak memucat, dan mengeluarkan peluh yang banyak.

“Pak! Pak Carl!” aku meraung, cemas.

Tanganku refleks menjawat pergelangan tangannya, lalu menggoyangnya kuat.

Samar-samar Carleon mendengar suaraku dalam mimpinya, dia seakan mengikuti sumber suaraku yang mengarahkannya ke satu cahaya yang menderang. Saat tangan makhluk itu, hendak meraih pundaknya, aku muncul dari balik cahaya, untuk meraih tangannya.

Mata Carleonpun mencelik dalam selincam, membuatku terkejut bukan main, dan langsung menyingkirkan diri dari ranjangnya.

“P─Pak? Bapak nggak apa-apa?” tanyaku, dari kejauhan.

Perlahan dia menolehkan kepala, mata yang lelahpun ikut menatap ke arahku.

“Kenapa kau tiba-tiba ada di dalam mimpi yang mengerikan itu?” tanya Carleon, seraya mengatur napas lelahnya.

“Maksud Bapak, apa?” aku yang tengak, lantas bertanya, “Bapak mimpi buruk, ya?”

“Sekarang jam berapa?” dia malah bertanya balik.

“Jam dua, Pak.”

Carleon lantas mengambil napas panjang, kemudian bangkit dari tidurnya, dan duduk bersandar. “Tolong, ambilkan obat yang ada di laci kedua mejaku.” pintanya, sedikit lemas.

Dengan gerakan yang refleks, aku pergi ke meja kerjanya yang berada tak jauh, dari arah depan ranjangnya.

Saat membuka laci, aku sejenak terdiam, melihat berbagai macam obat yang hampir memenuhi isi laci tersebut.

“O─Obat yang mana, Pak?” tanyaku pelan, sembari menoleh.

“Botol biru.”

Aku kemudian memberikan obat tersebut padanya. Dengan perasaan khawatir, aku terus menatap botol obat tersebut, yang berisikan obat tidur yang berdosis sangat tinggi.

THE LITTLE SWEET BIG LOVEWhere stories live. Discover now