Nathaniel

13 14 6
                                    

Setelah puas bermain Athena dan Lita memutuskan untuk menyambangi salah satu restoran, perut mereka sudah keroncongan sedari lima belas menit yang lalu.

Melelahkan namun menyenangkan, terlalu asik bermain, Athena dan Lita seolah lupa usia, tertawa lepas tanpa beban seperti menjadi anak-anak lagi bahkan mereka tidak sadar tadi sempat menjadi pusat perhatian orang-orang disana.

"Gue heran sama lo, lulusan cumlaude tapi milih jadi receiptionis" Lita mengawali pembicaraan dengan mengusap bibirnya menggunakan tisu, makanannya sudah habis.

"Bukan milih, tapi posisi yang kosong cuma itu" Jawab Athena melayangkan suapan terakahir pada mulutnya.

"Bukannya kemaren lo bilang keterima jadi dosen praktisi di Jogja, kenapa nyasar jadi kerja kantoran coba"

Athena menghela nafas, tersenyum tipis. Menjadi dosen adalah impiannya sejak dulu, tidak pernah sehari pun Athena lewati tanpa belajar. Sifat dasarnya yang selalu ingin tahu dan menambah wawasan itulah yang memicu dirinya untuk memilih profesi impiannya.

Mimpi yang sudah didepan mata terpaksa harus Athena tunda. Kehidupannya tidak semulus dulu, dia harus pandai untuk lebih menghemat keuangannya. Mengingat lokasi tempat dia harus mengajar berada diluar kota, Athena merasa sedikit mustahil untuk sekarang.

Reza masih kuliah, Athena tidak ingin kuliah Reza terganggu, gadis itu yakin jika dia pergi ke Jogja Reza akan mengambil langkah bekerja part time yang akan mengganggu kuliahnya.

Athena menyeruput jus mangga miliknya sebentar sebelum menjawab "Mungkin kalo keadaan gue masih seperti dulu bakal gue ambil"

Lita tersenyum hangat, tangannya terulur menepuk pelan puncak kelapa Athena.

"Bestiku yang cantik dan menggemaskan, semangat ya, kamu pasti bisa. I love you sekebon"

Athena tertawa kemudian sedikit meringis saat pipi berisinya dicubit gemas oleh Lita yang tertawa puas.

"Sakit ih" Protes Athena memukul tangan Lita agar melepas cubitan pada pipinya.

Sementara Lita mendesis perih, punggung tangannya sakit. Matanya melotot protes yang dibalas pelototan kesal oleh Athena lalu keduanya saling membuang muka. Mirip anak kecil ketika berkelahi.

Keduanya saling diam selama beberapa menit.

Tepat saat Lita menatap kearah pintu masuk restoran dan tidak sengaja netra nya menangkap sosok laki-laki baru saja masuk dan duduk didekat jendela bersama seorang gadis.

Secara reflek Lita menarik-narik jari Athena yang sudah sibuk bermain ponsel sembari memakan kentang goreng. Athena kesal pada Lita, hampir saja ponselnya itu jatuh telungkup menimpa saos cocolan kentang gorengnya.

"Apaan sih Lit, HP gue hampir jatoh gila"

"Liat noh, itu mantan lo kan?Nathaniel" Kontan saja Athena menolehkan kepalanya pada seseorang yang Lita sebutkan sebagai mantan.

Benar. Itu Bosnya. Itu Karl, ah maksudnya Nathaniel Karl Vicente. Mantannya.

"Siapa tuh cewek" Gumam Lita sembari bertopang dagu, melirik Athena melalui sudut mata.

Terlihat dimeja seberang Nathaniel memegang tangan gadis yang tidak diketahui identitasnya itu sedang tertawa bersama.

Athena mengendikkan bahu acuh, terlihat tidak peduli walau sejujurnya didalam lubuk hati terdalam dia pun bertanya-tanya. Sebelumnya Athena dan Nathaniel adalah sahabat sebelum memutuskan untuk menjalin kasih. Kisah asmara mereka terjalin cukup singkat hanya sekitar satu tahun. Athena yang saat itu disibukkan dengan kuliah sedangkan Nathaniel yang sibuk dengan kantor membuat lelah dan mempengaruhi emosi mereka tidak stabil. Putusnya hubungan mereka pun karena ego masing-masing yang tinggi.

Sejatinya ego manusia itu musuh terbesar diri sendiri. Tidak akan pernah merasa tenang jika ego masih menguasai diri. Karena mengendalikan ego adalah hal tersulit baginya yang keras kepala.

Setelah putus, selama satu tahun keduanya masih suka bertukar kabar walau tidak seintens sewaktu pacaran, mengingat dulunya mereka adalah sahabat baik, jadi meskipun sudah putus  hubungan mereka masih baik-baik aja. Tetapi sejak dua tahun terakhir Nathaniel seolah menghilang ditelan bumi, tidak ada kabar sama sekali. Hal itu yang membuat Athena merasa kecewa.

Athena mengerjapkan mata terkejut saat dahinya ditepuk sedikit keras oleh Lita. "Bengong mulu. Cemburu ya"

Athena mengusap dahinya dan tak menghiraukan perkataan Lita yang lebih menjurus pada kalimat godaan. Mengambil tas kerja disebelahnya lalu memilih bangkit meninggalkan tempat duduknya dan mendatangi waiters untuk meminta bill berkata jika Lita lah yang akan mebayar makanan mereka dan meninggalkan Lita seorang diri menuju mobil menulikan telinga saat Lita berteriak memanggil namanya.

"Woy Na, kemana lo" Lita hendak mengejar Athena, sedikit terhambat saat tiba-tiba waiters mencegat dirinya dan menyerahkan bil. Lita menyerahkan lima lembar uang berwarna merah dan langsung pergi. "Ambil aja kembaliannya"

"ATHENA TUNGGU WOY BOCIIILL" Teriaknya sambil berlari membuat beberapa pengunjung restoran yang berada didekatnya spontan menatap dirinya aneh.

Nathaniel terkejut melihat Lita berlari sembari memanggil nama Athena. Awalnya Nathaniel pikir dia hanya salah lihat ada Athena disini. Namun sepertinya itu bukanlah halusinasi.

Ingatannya masih berfungsi normal dan tentu saja Nathaniel tahu dan mengingat siapa Lita, gadis yang menjadi satu-satunya sahabat perempuan Athena dengan kelakuan tidak jauh berbeda dengan Athena sendiri.

Sekarang Nathaniel berpikir apa Athena tadi melihat dirinya bersama Ilona? jika iya, dia ingin tahu apa yang gadis itu pikirkan tentangnya dan Ilona.

Tepukan di punggung tangan Nathaniel membuatnya kembali pada kesadarannya. Dia tersenyum pada Ilona yang menunjukkan ekspresi seperti sedang bertanya.

"Kenapa Karl? Kamu sakit?" Tanya Ilona perhatian, tangannya menyentuh dahi Nathaniel memastikan   suhu tubuh laki-laki itu.

Tangan besar Nathaniel menyingkirkan tangan Ilona lalu menggenggamnya sebentar "Nggak apa-apa"

Diluar tampak mulai turun gerimis disertai angin, membuat suhu terasa lebih dingin hingga terasa menusuk kulit. Suara gemuruh petir seakan memberi tahu seluruh penduduk bumi untuk bersiap siaga akan kedatangan hujan deras.

Helaian surai hitam kecoklatan milik Athena seakan hanyut terbuai desiran angin, netra nya terpejam menikmati sapuan lembut air hujan yang ikut bergerak abstrak mengikuti angin yang mendayu-dayu.

Rasanya tenang, meskipun hawa dingin tidak bisa dipungkiri. Ingatannya kembali berkelana pada apa yang dilihatnya di restoran tadi. Nathaniel dengan seorang perempuan.

Sebelumnya Athena yakin jika dia sudah move on dari Nathaniel, insiden cegukan yang tidak sengaja saat dikantor tadi pun dia pikir itu hanya efek keterkejutannya setelah lama tidak bertegur sapa dengan Nathaniel.

Namun, semua itu kembali goyah saat melihat bagaimana tangan yang dulu sering menggenggam tangan mungilnya dengan hangat tadi memberikan kehangatan itu pada perempuan lain dan senyum yang dulu senantiasa dia nikmati kini dinikmati oleh perempuan lain juga.

Rasanya seperti sedikit tidak rela? Atau hanya sekedar terkejut? Lagi pula apa yang membuat Athena harus tidak rela, Nathaniel bukanlah kekasihnya lagi, jadi untuk apa dia merasa demikian. Iya, mungkin opsi kedua lebih tepat, dia terkejut.

"Sayang masuk, nanti kamu sakit"

Athena membuka mata dan menoleh pada Lita dipintu balkon kamarnya "Iya sayang" Kemudian bangkit menghampiri Lita, meninggalkan balkon.

Keduanya tertawa, lebih tepatnya menertawai diri mereka sendiri yang terkadang tidak jelas, seperti tadi misalnya.






ATHENA Where stories live. Discover now