Hari ini, Esok dan Seterusnya

22 19 6
                                    

Jangan lupa follow picishy luangkan waktu sedetik untuk vote dan comment ya, mohon maaf jika ada kesamaan nama, lokasi, watak dan alur, semata mata tidak bermaksud menyinggung pihak manapun

HAPPY READING

"Bener lo nggak mau bareng Na?"

"Gapapa duluan aja Rin, taksi gue juga udah mau sampai kok" Athena tidak berbohong, dia memang sudah memesan taksi online. Ditunjukkannya lokasi itu pada Arin yang berdiri disebelahnya seolah tidak percaya.

"Nah itu kayaknya taksi gue" Arin ikut melihat kearah taksi yang memang bergerak kearah mereka posisi mereka berdiri.

"Mbak Athena? " Tanya sopir taksi online, diangguki Athena

"Yaudah kalo gitu, ati-ati lo" Athena memberikan tanda jempol dan berkata tanpa suara setelah menutup pintu mobil taksi.

Keduanya meninggalkan pelataran kantor dengan kendaraan masing masing.

Lagi pula Athena tidak enak hati jika harus pulang bersama Arin, yang tidak lain adalah teman satu devisi dengannya. Memang rumah mereka satu arah, masalahnya Arin dijemput sang pacar, Athena tidak siap menjadi hantu diantara Arin dan pacarnya, melihat ke uwu an orang lain didepan mata bukanlah hal yang sehat untuk hati nya.

Beberapa orang mengenal Athena sebagai gadis pendiam, untuk beberapa lainnya Athena dikenal cerewet. Segelintir yang lain mengenal Athena sebagai si cuek, segelintir lainnya melabeli Athena si ambisius. Sebagian kecil orang merasa nyaman dengan perhatian kecil yang gadis itu beri, sebagian lainnya merasa senang berteman dengan gadis periang sepertinya. Beberapa orang berkata Athena adalah gadis ramah dan lembut, sehingga sedikit dari mereka merasa senang menyapanya, beberapa lainnya tidak begitu peduli akan kehadirannya sekarang. Keterpurukan keluarganya menjadi bahan pertimbangan untuk sekedar berdiri disampingnya seolah enggan bagi mereka yang merasa lebih diatas segalanya dibanding dirinya.

Athena bersyukur masih ada Arin yang mau berteman tulus dengannya tanpa memandang status sosial, mengingat sekarang Athena bukanlah keluarga kaya bergelimang harta.

Terhitung baru satu minggu Athena bekerja di perusahaan KV Coorporation, perusahaan yang bergerak dibidang properti. Athena sendiri menjabat sebagai Receptionist bersama Arin. Selama itu juga banyak rekan kerja yang hobi membicarakan keruntuhan Calanthe Grub, menyindir dirinya secara terbuka, maupun diam-diam di belakangnya.

Pada awalnya bisik-bisik itu sedikit mempengaruhi kepercayaan dirinya, dia yang dulu dari keluarga kaya, semua orang segan dan menunduk hormat kepadanya, bersikap baik dan ramah justru sekarang semua itu berubah menjadi tatapan sinis, remeh dan benci.

Beberapa orang memilih tinggal dengan penafsirannya sendiri, beberapa lainnya memilih pergi mendengar perkataan orang lain yang tidak tahu pasti. Mereka yang membenci tidak akan mau mendengar, dicintai ataupun dibenci bukanlah masalah. Memang penilaian manusia itu menjdi tolok ukur bergaul, namun penilaian manusia bukan segalanya, cukup Tuhan yang menjadi penilai dalam setiap kisah yang terjadi.

Athena meyakini dalam hati jika, sejatinya penulis skenario terbaik dalam hidup adalah Tuhan. Sebaik-baiknya sutradara disetiap scene adalah Tuhan, Athena hanya bisa menikmati segala pasang surut gelombang hidupnya untuk sekarang.

Ada rasa syukur disudut keterpurukan nya, disaat ini lah dia menjadi tahu orang yang benar tulus dan yang hanya ingin terlihat baik didepannya.

Memang harta dan kekayaan sering menjadi tolak ukur kehidupan bersosisalisasi. Yang ber uang dipuja, yang berpangkat dijilat, yang miskin dicela.

Hakikatnya harta itu semu, tidak ada yang abadi didunia ini. Roda kehidupan itu terus berputar, sama halnya seperti bianglala ada kalanya kita akan berhenti dititik paling atas kemudian akan juga merasakan dititik paling bawah dan begitu terus akan selalu sama.

Apa yang dimiliki didunia tidak sepantasnya di sombongkan. Semua hanya titipan, nyawa pun hanya titipan, jika sudah berhenti bernafas apa yang bisa disombongkan?

Meskipun kehidupan mewah sudah tidak dimiliki Athena, setidaknya dia bersyukur masih diberi kesempatan menghirup udara, keluarga yang utuh dan ketabahan hati.

"Makasih pak" Kata Athena, tangannya menjulur kearah sopir membayar ongkos taksinya.

Membuka gerbang mansion kemudian menutup kembali dan menguncinya. Mansion Calanthe sangat sepi, tidak ada lagi jajaran mobil mewah di garasi Mansion. Satu-satunya harta yang Calanthe miliki saat ini hanyalah Mansion dan sepeda motor matic milik Reza. Sempat berpikir untuk menjualnya, namun rasanya sayang, mengingat banyak kenangan di Mansion ini.

Gadis itu berjalan masuk kedalam Mansion, dibawah tangga dia bertemu sang Mama yaitu Aulli yang tersenyum menyambut kepulangannya.

"Mama habis dari dapur?" Tanya nya sembari mencium tangan Aulli.

"Iya, ini ambilin Papa air buat minum" Jawabnya, langkah kakinya berjalan menaiki tangga satu demi persatu diikuti Athena disampingnya.

"Langsung bersihin badan habis itu makan ya, Mama sama Papa udah makan tadi, tinggal kamu sama Reza aja yang belum"

"Iya Ma, Reza belum pulang?" Athena ikut berhenti didepan pintu kamar orangtuanya

"Udah, sengaja nunggu kamu tadi" Athena menganguk paham "Yaudah, Mama masuk dulu ya"

"Iya Ma" Athena pun ikut berlalu menuju kamar, segera membersihkan diri.

Sekitar lima belas menit Athena baru selesai membersihkan diri. Didepan pintu kamar Athena bertemu Reza yang sepertinya ingin mengetuk pintu kamarnya.

"Baru aja reza mau panggil kakak"

Athena tertawa pelan memeluk lengan Reza berjalan menuruni tangga menuju meja makan, disana sudah ada Bik Dami meletakkan mangkok sup.

"Udah makan bik? " Tanya Reza pada wanita paruh baya itu, Reza duduk bersebelahan dengan Athena yang sudah mengambil piring dan menuangkan nasi di piringnya sendiri.

"Sudah den" Jawab bik Dami tersenyum lembut. "Bibi istirahat aja kalo gitu, nanti biar  kita aja yang beresin"

Bik Dami mengangguk tanpa membantah, mengingat tabiat anak majikannya yang tidak suka dibantah dan pengertian itu. Wanita paruh baya itu begitu sayang pada keluarga Calanthe, seperti halnya sang tuan murah yang menganggap Bik Dami adalah orang tua mereka, begitupun Bik Dami yang merasa bahwa seluruh keluarga Calanthe di Mansion ini adalah keluarganya.

Bik Dami memutuskan untuk tetap mengabdi dengan keluarga Calanthe, dia sudah tidak memiliki keluarga dikampung, karna memang sedari kecil dirinya sudah yatim piatu ditambah sang suami meninggal beberapa bulan lalu. Bik Dami tidak memiliki anak, maka dari itu wanita paruh baya itu menganggap Athena dan Reza adalah anaknya.

Dia tidak apa tidak digaji, asalkan masih bisa tinggal bersama dan menemani keluarga Calanthe yang sudah begitu baik padanya selama ini.

Bik Dami percaya yang terjadi kemarin, hari ini, esok dan seterusnya adalah rahasia Tuhan, hanya bisa berdoa semoga keluarga ini selalu diberi ketabahan dan hati yang lapang.

#####
Jangan lupa vote dan comment ya, setelah hiatus kurang lebih 2 tahun, aku sedang mencoba untuk berani menulis kembali,
Banyak hal yang terjadi selama itu, yang pada akhirnya membuat aku ragu dan memilih beristirahat sejenak untuk menata hati.
Kisah ini sebagian besar alur diambil dari pengalaman pribadi, tidak sepenuhnya real. Hanya alur dan beberapa karakter yang diambil nyata, selebihnya hanya fiktif belaka.

Terimaksih yang uda sudi memberikan dukungan, join juga di karyakarsa ya namnya
@picishy

ATHENA Where stories live. Discover now