bab 38 END

104 6 0
                                    

Part 38

Flashback

Hari ke-6 didesa

Jam sudah menunjukkan angka sembilan pagi. Dua kendaraan motor tengah melaju di jalanan desa. Motor pertama di kendarai oleh Wira, motor kedua dikendarai oleh Hasan, dan Mujito yang duduk di belakangnya.
Tujuan mereka saat ini adalah rumah Wira.

Wira meminta Mujito dan juga Hasan untuk datang menemui orang tuanya sebagai orang yang mengobati dirinya. Wira mengancam Hasan untuk menurutinya. dan Hasan mengancam Mujito untuk menuruti kemauanku Wira.

"Kau benar-benar licik Hasan. Kau mengancam ku untuk menuruti bocah gendeng iku menggunakan Rohiman!" protes Mujito ketika motor masih melaju di jalanan menuju desa Wira.

Hasan terkekeh mendengar protes Mujito. "Kita tak beda jauh To!" ujarnya

"Aku tau kau telah menargetkan Wira sebagai tumbal kan!" lanjut Hasan lagi.

Yah, Mujito memang telah menargetkan Wira sebagai tumbal. Ia telah memberikan air yang berisi mantra untuk Wira semalam, saat mereka tengah menggali makam Gadis.

"Aku bener-bener kesel sama bocah kui. Dia mempermainkan orang tua!" ujar Mujito menahan geram.

"Heh, kamu mau kemana Hasan?" tanya Mujito menepuk pundak Hasan

"Bocah itu belok di sana tadi!" lanjutnya

Saking asiknya mereka bercerita hingga tak sadar bahwa Wira telah berbelok ke sebuah rumah.

"Lah, iya tah. Waduh!" Hasan menepuk jidatnya

Ia kemudian memutar motornya dan berhenti tepat di tempat Wira membelokan motornya tadi.

Dari arah rumah terdengar teriakan ibu Wira memanggil anaknya.

"Wira!" teriak ibu tersebut berlari ke arah Wira.

"Buk!" ujar Wira sembari memeluk sang ibu.

"Maafkan Wira buk, Wira salah kemarin!" ujar Wira di pelukan sang ibu

"Kamu kemana aja semalam nak? Sehat kamu?"

"Wira sehat buk."

*******

"dua bapak ini yang telah menyelamatkan Wira pak!" ujar Wira membuka pembicaraan ketika mereka telah berkumpul di ruang tamu

"Menyelamatkan seperti apa. Memangnya kamu kenapa sampai perlu di selamatkan?" tanya Gede heran

"Wira tak sadarkan diri di samping makam Gadis pak," jawab Wira pelan sembari menundukkan wajah

Gede memijat pelan pelipisnya usai mendengar ucapan sang anak.

"Kamu kesana lagi Wira?" tanya Gede menahan geram

"Maaf pak!" ujar Wira seakan penuh penyesalan.

Mujito dan Hasan saling pandang. Mereka berpikiran yang sama. Anak ini benar-benar pandai bersandiwara.

"Maafkan Wira pak. Wira sadar, tak seharusnya Wira memaksakan kehendak pada orang yang sudah tiada. Wira sadar setelah bertemu dan mendapat pengobatan dari pak Hasan dan pak Mujito!" ujar Wira lagi

Ibunya yang baru saja keluar dengan nampan berisi tiga cangkir kopi pun segera menghampiri sang anak.

"Akhirnya kami sadar nak!" ujar sang ibu penuh haru sembari meletakkan nampan dan segera memeluk sang buah hati

"Iya buk, maafkan Wira buk!" ujar Wira membalas pelukan sang ibu.

"Terimakasih sebelumnya pak, dan maaf kalau Wira sudah merepotkan bapak," ujar sungkan Gede pada Mujito dan Hasan

Dibalik Kematian Mereka[Selesai]Where stories live. Discover now