bab 30

87 11 0
                                    

"mas. Mas!"

"Mas, bangun mas!"

Mataku terbuka ketika telingaku menangkap suara sama Laras, istriku.

"Mas ngapain tidur disini?" tanya Laras.

Ku pandangi sekeliling ku, dan mendapati diriku ternyata pingsan di ubin dapur sampai sepagi ini.

"Mas ndak tau dek." jawabku berbohong.

Tak mungkin aku mengatakan pada Laras bahwa semalam aku di ganggu oleh makhluk halus.

"Hah, kok mas ndak ingat. Mas tidurnya sambil jalan kali." ujar Laras.

"Ya sudah, cuci muka dulu. Mandi sekalian." titah Laras

"Dingin dek."

Kali ini aku tak berbohong, badanku serasa menggigil seluruhnya, mungkin karena semalaman terbaring di atas ubin tanpa alas apapun.

"Jam berapa sekarang dek?" tanyaku

"Jam 5 subuh mas." jawabnya kemudian berlalu masuk ke kamar mandi.

Ku putuskan untuk berselimut sebentar di dalam kamar, agar rasa dingin di tubuh menghilang.

Ddrrtt...

Handphone siapa yang bergetar. Kuperiksa handphone Laras namun tidak ada panggilan masuk, begitupun handphone ku.

Ddrrtt...

Kembali terdengar getaran handphone. Dan berasal dari dalam bantal?

Kuperiksa seluruh bantal, ku lepas seluruh sarung bantal namun tak juga menemukan yang ku cari.

Ddrrtt...

Getarannya berasal dari bantal yang ku pegang. Tapi bantal ini sudah tak bersarung lagi. Tunggu dulu, apa jangan-jangan getarannya berasal dari dalam bantal.
Tapi, bagaimana mungkin.

Lekas ku ambil gunting yang berada di laci meja. Dan membongkar bantal yang sedang ku pegang.
Dingin di tubuh tak kurasakan lagi, terkalahkan oleh rasa penasaran pada apa yang ada di dalam bantal.

Bantal ini tela rusak.
Seluruh kapuk yang menjadi isi bantal ini telah berhamburan keluar. Dan mataku menangkap benda persegi kecil berwarna putih.

Tunggu, bukankah itu handphone Gadis. Tapi, mengapa bisa ada di dalam bantal ini. Bagaimana caranya masuk.

Aku bangkit dan segera memeriksa lemari, tempatku sebelumnya menyimak handphone ini.
Nihil, handphone ini memang telah berpindah ke dalam bantal.
Tapi, bagaimana mungkin?

Ddrrtt..

Gawai Gadis yang di tanganku ini kembali bergetar, pertanda ada panggilan masuk, dan nama yang tertera di sana adalah mas Rohiman?

Apa-apaan ini?

Kulihat handphone ku yang tergeletak di atas meja masih dalam keadaan mati. Lalu siapa yang memanggil di handphone ini?

Ku beranikan diri mengangkat panggilan yang mengatas namakan diriku

"Ha.. halo!"

Hanya terdengar suara krasak krusuk tak jelas di sebrang telfon. Ku perhatikan layar telfon untuk memastikan diriku masih tersambung dengan si pemanggil. Dan yah, masih tersambung.

Aku kembali menempelkan handphone Gadis ke telinga dan masih suara krasak krusuk tak jelas yang sama. Hingga aku menangkap suara langkah kaki yang semakin lama semakin jelas.
Lalu..

Prranggg..

Aku segera menjauhkan handphone dari telinga karena suara benda terjatuh dari sebrang telfon benar-benar memekakkan telinga.

(Aaaaaaa. Astaghfirullah!)

Terdengar teriakan dari sebrang telfon. Tapi tunggu dulu. Bukankah itu suara ku berteriak semalam?

Kembali ku dekat kan handphone ke telinga, untuk mendengar lebih jelas suara teriakan tadi.

"Jangan lupakan aku!" terdengar teriakan seorang wanita dari sebrang telfon.

Seketika handphone tersebut terjatuh dari genggaman mu dan mendarat di lantai ketika aku mendengar suara wanita dari sebrang sana.

Itu suara hantu wanita semalam.
Mengapa terekam jelas di panggilan tersebut?

Handphone yang telah tergeletak di lantai tersebut menyala kembali dan menampilkannya room chat.

Apa handphone itu eror. Tapi, mana mungkin handphone jadul seperti itu bisa eror.

Room chat tersebut menampilkan chat Gadis bersama kontak nomor dengan nam Mas Rohiman.
Aku?

Kuperhatikan chat tersebut yang hanya berisi dua baris percakapan.
Satu percakapan gadis yang memulai obrolan. dan satu nya lagi balasan dari seseorang dengan nama Mas Rohiman.

(Mas, kapan datang. Aku udah di sini) bunyi pesan Gadis yang terkirim.

(Iya. Ini mas lagi di jalan, kamu sabar yah) balasan chat untuk Gadis

Ini, tak mungkin aku kan. Ku lihat waktu chatnya adalah jam 5 sore. Untuk apa aku menemui Gadis di waktu maghrib seperti itu.

Gegas kuperiksa nomor atas nama diriku tersebut. Dan hasilnya adalah sama.
Tapi mengapa aku sama sekali tak mengingat apapun mengenai isi pesan ini.

Ah, aku kembali teringat pada ucapan pak Hasan sebelum ia meninggal.
Ia mengatakan bahwa ia membuat ku lupa pada semua hal di seminggu awal kepindahan ku di desa ini.

Dan juga mengatakan bahwa ia membuat ku lupa pada semua kenangan ku mengenai Gadis.

Apa itu artinya aku mempunyai hubungan khusus bersama Gadis?

Hanya satu jalan keluar untuk mengetahui dan mengingat semuanya. Benda yang di berikan pak Hasan. Aku harus mencari satu lagi pasangan nya.

Aku menuju ruang tamu dan mencari ke segala sudut. Sofa ruang tamu ku geser sembarang arah, bisa jadi ia menyelipkan di bawah sofa. Namun nihil.

"Mas, mas ngapain. Kenapa ruang tamu berantakan begini mas?" ujar Laras

"Nyari opo toh mas?" tambahnya.

"Mas nyari benda yang sama seperti yang kita temukan tempo hari di balik cermin dalam kamar mandi dek." ujarku masih terus mencari. Kali ini di dalam bunga hias di sudut ruangan.

"Ini maksud mu mas?" Laras menunjukkan benda yang sama seperti yang kami temukan di balik cermin. Tapi warnanya hanya satu saja, hitam. Tak seperti benda sebelum nya yang memiliki dua sisi warna berbeda, hitam dan putih.

"Dapat dimana dek?" benda tersebut telah berpindah tangan padaku.

"Di bawah meja makan." jawab Laras.

"Benda ini tertempel di bawah meja makan mas. Pak Hasan benar-benar lihai dalam menyembunyikan barang." lanjut Laras.

Aku beranjak menuju kamar untuk mengumpulkan semua benda pemberian pak Hasan.

"Mau di apakan mas semua benda itu?" tanya Laras mengikuti langkah ku

"Mas mau bakar semua."

"Apa ndak sebaiknya hubungi Imtinan dulu. Kan dia yang punya saran untuk membakar semua ini," Laras memberi usul "lagipula, Imtinan mengatakan harus menghubungi nya jika kita menemukan semua benda ini." ujarnya lagi.

Benar. Harusnya aku memberitahu Imtinan. Dan harusnya aku meminta maaf padanya karena sudah berburuk sangka.

"Kamu benar dek. Mas panggil Imtinan dulu." Aku berlalu menuju rumah Imtinan menggunakan sepeda motor.

Motor ku melaju dengan kecepatan cukup cepat. Padahal rumah Imtinan tidak terlalu jauh, rasa penasaran perihal ingatanku yang hilang membuat ku terburu-buru seperti ini. Hingga tiba-tiba dari sebrang jalan ada seorang gadis berbaju putih yang hendak menyebrang secara terburu-buru. Dan tidak melihat motorku yang melaju cepat.

Motorku tiba-tiba hilang keseimbangan bersamaan dengan rem yang tak berfungsi.

Ku putar kemudi motor ke arah kanan agar tak menabrak gadis berbaju putih tersebut. Anehnya dia sama sekali tak bergeming dan terus melangkah walau motorku semakin dekat dengannya.

Brrakkk...

Dibalik Kematian Mereka[Selesai]Where stories live. Discover now