bab 29

120 9 0
                                    

Part 29

"Tunggu dulu pak. Ayo duduk dulu." ucapku mengajak duduk bapak tersebut.

"Ada apa sebenarnya pak? Mengapa bapak menuduh saya sebagai pembunuh anak bapak?" tanyaku pelan ketika bapak tersebut telah duduk.

"Anak saya kecelakaan tepat ketika kamu ada disana. Di tempat kejadian." ucapnya

"Iya pak. Saya memang ada disana. Lantas, apa hubungannya saya dengan kecelakaan yang anak bapak alami?"

"Kamu nanya?" ucapnya.

Aku mengangkat alis sebelah, mengapa ucapan orang tua ini seperti sedang mempermainkan aku.
Kamu nanya?

"Sudah jelas kamu yang menabrak anak saya. Dan kamu masih bertanya!" Ia berdiri dari duduknya

"Maksud bapak apa?" tanyaku

"Tidak mungkin sepeda motor saya bisa menabrak orang sampai kepalanya pecah pak." ucapku lagi.

Bapak tersebut terdiam. Nampaknya ia sedang berpikir.

"Dan tidak mungkin setelah saya menabrak seseorang sampai meninggal, saya masih hidup dan baik-baik saja." tambahku agar kepala bapak tersebut terbuka.

"Tap... Tapi.. orang itu bilang kamu yang menabrak anakku." ucapnya terbata.

"Saya memang hampir menabraknya. Hampir pak. Hampir." ucapku menekan dan mengulang kata hampir.

"Tapi saya membanting arah motor ke kiri dan menabrak pohon, lihat kaca depan motor saya sampai hancur begitu." Aku menunjuk ke arah motorku terparkir. Untunglah aku belum memperbaiki nya.

"Yang saya dengar yah seperti itu. Kamu yang menabrak anak saya sampai meninggal." ucapnya tak mau tahu.

"Bapak bisa saya bawa ke tempat kejadian, dan bertanya pada orang orang disana. Dan siapa orang yang bapak maksud?" tanyaku.

"Itu, pak Mu..."

Ucapannya terhenti kala pengeras suara mesjid berbunyi.

"Innalilahi wa'inna ilaihi Roji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah bapak Hasan siang tadi. In Sya Allah akan di kubur besok pagi jam 10."

Bapak tersebut menengok ke arahku.

"Kau pagi tadi pergi ke kantor polisi kan?" tanya nya.

"Iya. Bapak mau menuduh saya lagi atas kem*atian pak Hasan? tanyaku.

"Ah, sudahlah. Saya mau ke rumah duka." Ia melangkah keluar

"Eh, tunggu pak. Siapa orang yang bapak maksud tadi. Bapak belum menjawab saya." tahan ku.

"Pak Mujito. Orang yang memberitahu padaku adalah pak Mujito." ucapnya kemudian melangkah lagi.

Pak Mujito?
Ada apa sebenarnya dengan orang tersebut. Mengapa sangat suka mengaduk-aduk kehidupan ku. Sebelumnya dia memberitahu perihal  Gadis pada pak Ranto. Kali ini ia memberitahu pada bapak anak tersebut. Lebih tepatnya memfitnah ku.

°°°°°°°

Ketika aku akan masuk dan mengunci pintu. Tiba-tiba pintu di tahan oleh seseorang dari luar.

"Rohiman!" ucap suara di balik pintu.

Ku buka kembali pintu dan menemukan pak Ranto berdiri di ambang pintu dengan mimik wajah menahan kesal.

Apalagi salah ku kali ini?
Ah, tentu saja mengenai kematian pak Hasan, tak ada yang lain.

"Saya tidak memb*unuhnya?" ucapku langsung pada topik utama.

"Kau sudah tau maksud kedatanganku rupanya." ujarnya tersenyum licik

"Lantas, untuk apa kau menemuinya siang tadi?" lanjutnya lagi bertanya.

Dibalik Kematian Mereka[Selesai]Where stories live. Discover now