bab 6

118 13 0
                                    


Hari ini aku akan melihat lahan ku yang kata Imtinan sudah kutanami kacang.

"Mas, sarapan dulu!" Istriku berucap dari arah dapur.

Kulangkahkan kaki menuju dapur, perut ini memang sudah sedari tadi minta di isi.

"Dek," panggilku

"Hm.. nopo mas?" jawabnya menoleh

"Sudah berapa hari kita pindah ke desa ini?"

Gerakan istriku yang hendak menyuap nasi ke mulut terhenti ketika mendengar pertanyaan ku.

"Kamu ndak sakit kan mas, kok kita pindahan kamu ndak ingat sih,? ucapnya

"Ndak dek. Mungkin efek pingsan dua hari. Makanya mas lupa gitu." ucapku menenangkan.

"Mosok seh mas?" istriku mengernyitkan dahi.

"setahuku kalau cuman pingsan itu, Yo ndak ada kejadian yang bakalan terlupa. Kecuali mas pingsan akibat kebentur bat..." Laras membesarkan bola matanya, seakan menyadari sesuatu.

"Jangan jangan kamu lupa ingatan mas. Jangan jangan kamu pingsan kemarin lantaran terbentur batu." asumsinya.

"Ndak dek. Adek kan denger apa kata dokter. Mas baik baik saja!" ucapku

"Mosok seh lantaran pingsan, kamu jadi lupa ingatan,"

"Jadi, sudah berapa hari kita pindah ke desa ini?" ujarku kembali ke topik awal.

"Hmm.. dengan hari ini sih sudah 12 hari. Nopo toh mas?" tanya Laras.

"Hah," aku terkejut.

"Loh iya, kita udah seminggu tinggal di desa ini, hari kedelapan dan  sembilan mas pingsan." Laras mulai menghitung menggunakan jari.

"Terus bangunannya di hari ke-10. Nah, hari kesebelas kemarin kan anaknya Bu Zulaikha meninggal. Terus hari ini ya hari ke-12." Laras menurunkan kembali tangannya.

"Memangnya kenapa mas?" lanjutnya bertanya.

"Dalam mimpi mas. Kita pindahnya baru sehari dek," jawabku,

"Dan hanya ingatan yang dalam mimpi yang mas ingat." lanjutku lagi.

"Kok iso mas?"

"Selama seminggu sebelum mas pingsan, ada yang aneh ndak dari mas?" tanyaku lagi

"Ku ingat-ingat dulu." istriku mencoba mengingat,

"Oh, ada mas. Mas ingat ndak, hari kedua kita pindah disini mas pergi sore sore, mas bilang mau lihat lahan." Laras mulai bercerita.

"Mas perginya jam 5 sore. Tapi pulangnya jam 2 malam. Laras tanya tapi mas malah ndak jawab,"

"Baju mas ada noda darahnya, aku kaget mas waktu itu. Ku pikir mas bunuh orang." ucapan Laras membuat ku terkejut.

"Tapi kata mas itu darah ayam liar yang masuk ke lahan kita. Mas juga nunjukin ayamnya." lanjutnya lagi.

"Baju yang mas pakai malam itu mana dek?" tanyaku.

"Mas bakar. Mas ndak kasih aku buat nyuci baju itu. Kata mas, kalau udah kena darah ndak boleh di pakai lagi. Padahal kan sayang, bajunya masih bagus." jawab istriku panjang lebar.

"Terus, bagaimana ceritanya mas yang pertama ketemu sama mayat anak pa Ranto?"

"Kata mas sih, mas seperti denger orang minta tolong gitu dari dalam kebun sawit. Terus mas masuk, eh tau tau nya bener ada anak pak Ranto disitu. Tapi kata mas, mas ketemu sama anak pa Ranto dalam keadaan udah gak ada nyawa." jelas Laras.

Dibalik Kematian Mereka[Selesai]Where stories live. Discover now