bab 18

99 13 0
                                    

Part 18

Aku terus menyusuri tiap inci dari ruangan ini. Yang menjadi pertanyaan ku. Sedang ada dimana aku dan pak Ranto saat ini. Kami berjalan cukup jauh untuk sampai di ruangan ini.

"Ini. Aku tak akan terima. Dasar baji*ngan anak itu." Pak Ranto memukul meja besar tersebut.

"Ada apa pak?" Ku hampiri pak Ranto yang saat ini sedang diliputi amarah.

"Mana anak itu? Harus kumusnahkan dia." Pak Ranto mengedarkan pandangannya mencari sosok anak tadi.

"Tenang pak. Ada apa sebenarnya?"

"Lihat ini. Lihat. Foto ini benar-benar tak etis untuk menjadi bahan koleksi.  Terlebih lagi foto tersebut foto anakku." Ia menyodorkan selembar foto padaku.

Difoto tersebut menampakkan Gadis yang sedang terbaring menutup mata. Namun, yang menjadi penyebab kemarahan pak Ranto adalah di foto tersebut Gadis sama sekali tak memakai pakaian sehelai pun.

"Sudah. Tak usah lama memandang nya." Pak Ranto merebut foto ditangan ku

Foto Gadis yang tanpa busana lumayan banyak tercecer di atas meja besar ini.
Ku lihat pak Ranto mulai mengambil semua foto tersebut.

"Tunggu pak. Coba saya lihat dulu fotonya." ujarku menahan tangan pak Ranto

"Untuk apa?" tanya pak Ranto

"untuk memuaskan imajinasi mu yang tak puas pada istrimu itu!"

Pak Ranto nampak tak rela jika aku melihat kembali foto tersebut. Namun, tujuanku bukan untuk imajinasi ku, untuk apa membayangkan mayat.

"Bukan. Coba berikan dulu padaku salah satu foto itu pak." ujarku tak sabar.

Setelah sepersekian detik dengan pikirannya. Akhirnya pak Ranto mengalah dan menyerahkan satu foto tersebut padaku.

"Lihat ini pak. Apa wajah Gadis di foto ini tidak terlalu pucat untuk ukuran seseorang yang sedang tertidur?" tanyaku menunjukkan foto tersebut pada pak Ranto

"Apa maksudnya. Pakai bahasa manusia."

"Foto ini adalah. Foto Gadis ketika sudah meninggal pak. Ini adalah foto jasadnya." ujarku

Pak Ranto nampak terkejut dan dipenuhi aura kemarahan. Tangannya mengepal. Ia lalu merampas foto tersebut dan melihatnya dengan seksama.

Apa aku salah ucap?

"Kurang ajar. Dimana anak itu? Kabur kemana dia?"

"Aakhhhh!" teriakan pak Ranto menggema memenuhi seluruh ruangan ini.

Pertanyaan pak Ranto ada bentulnya.
Diaman anak itu?
Di ruangan ini tak ada sama sekali jalan keluar selain lorong yang kami lalui tadi. Bisa dibilang ruangan ini adalah pemberhentian terakhir.

"Akan kucin*cang anak itu jika kutemukan." ucap pak Ranto melangkah maju mundur di ruangan ini.

"Aaakhhh.."

lagi, pak Ranto kembali berteriak dengan tangan memukul dinding di samping pintu masuk ruangan ini.

Tiba-tiba tangan yang ia gunakan memukul dinding terdorong ke masuk kedalam.

Sebuah tombol?

Pak Ranto masih tak menyadari bahwa ia sedang menekan sebuah tombol.
Sementara aku mencari pintu atau sesuatu yang berhubungan dengan tombol tersebut.

Hingga atensiku teralih pada dinding di belakangku yang tiba-tiba bergeser ke kiri, dan terlihat sebuah lorong lagi. Lorong yang terbuka ini tepat berada di arah berlawanan dari lorong tempat kami masuk.

Dibalik Kematian Mereka[Selesai]Where stories live. Discover now