bab 20

91 13 1
                                    

Part 20

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling area kebun sawit tempatku berdiri saat ini. Namun nihil, aku tak mengenali tempat ini. Tapi tempat ini terasa familiar.

Atau sebenarnya aku mengenali tempat ini, namun tak dapat mengingat nya?

"Jadi, kita tadi berada dalam sumur?" tanya pak Ranto

Kualihkan pandangan ku pada tempat kami keluar tadi.
Yah, benar itu adalah sebuah sumur yang terdapat di tengah kebun kelapa sawit.

"Sedang apa kalian di dalam sana?" tanya pak Mujito menuntut penjelasan.

"Kami dari ruang rahasia di bawah sana." Pak Ranto membersihkan bajunya yang terdapat lumut di beberapa bagian.

Mendengar ucapan pak Ranto, wajah pak Mujito berubah terkejut dengan mata melotot.

"Apa kau menemukan sesuatu di bawah sana?" tanya pak Mujito dengan suara rendah namun sarat akan ancaman.

"Ada apa dengan mu Mujito? Kau nampak marah!" Pak Ranto mengernyitkan kening. Heran dengan tingkah pak Mujito.

"JAWAB SAJA PERTANYAAN KU!" pak Mujito berteriak sambil menarik kerah baju pak Ranto

"Jika iya mengapa? Dan jika tidak, mengapa?" Pak Ranto melepas kasar tangan pak Mujito dari kerah bajunya.

"Apa kau ada hubungannya dengan sesuatu yang ada dibawah sana?" lanjut pak Ranto bertanya.

"Kau..." ucap pak Mujito tertahan karena kedatangan seseorang.

"Mujito. Saya nyariin kamu di rumahmu. Ternyata kamu ada disini." ujar orang tersebut melangkah mendekat ke arah kami

Pak Hasan?
Sedang apa dia disini?

"Loh, ada kalian juga. Sedang apa disini?" tanyanya ketika sudah berada di samping pak Mujito

Aku teringat kembali pada ucapan Imtinan yang mengatakan bahwa mereka bertiga dan juga bapak Imtinan adalah sahabat.

Ah, ini nampak seperti sebuah reuni mendadak.

Namun, ada yang aneh pada pak Ranto. Ketika kedatangan pak Hasan wajahnya berubah tegang dan seperti orang ketakutan.

Ada apa dengannya?

"Saya mau pulang." ujar pak Ranto tiba-tiba, lalu melangkah pergi.

Tunggu?
Lantas Aku bagaimana?
Gegas ku kecar langkah pak Ranto. Jika ia bersikap seperti ini, berarti ia tau berada dimana aku sekarang.

"Saya pamit dulu pak Mujito, pak Hasan. Mari!" pamitku pada mereka berdua.

"Ngapain kamu ngikutin saya?" tanya pak Ranto ketika aku berhasil menyamai langkahnya.

"Mau balas dendam pak. Bapak ndak lupa kan?" ucapku berbohong.

"Ck.. jauh-jauh sana." ia nampak tak suka dengan keberadaan ku.

"Kalau boleh tau, berada dimana kita sekarang?" tanyaku

"Kebun sawit pak Gede."

Setahuku pak Gede itu tinggal di desa sebelah. Desa Maranu. Apa kebun sawit nya ini juga berada di desa yang sama?

"Apa kita sekarang sedang berada di desa Maranu pak?" tanyaku

"Iya." jawabnya

"Itu berarti lorong tadi tembus sampai ke desa ini. Sejauh itu?" tanyaku

Aku sama sekali tak mendapat respon apapun dari pak Ranto. Kualihkan pandangan ku ke arah pak Ranto tadi berjalan, rupanya ia telah menjauh dariku. Ia sedang menelepon seseorang.

Dibalik Kematian Mereka[Selesai]Where stories live. Discover now