Epilog - Beautiful Disaster.

416 29 7
                                    

Hai guyss, akhirnya hitung mundur untuk epilog berakhir. Semua jawaban akan ada di sini. Diharapkan untuk membaca saat waktu luang karena chapter ini sangat-sangat penting apalagi buat yang bacanya bolong-bolong/lompat-lompat. Inget, votenya yaa di sini ada 4k+ kata yang terdapat. Makanya, harus dibaca pas waktu luang. Trims.

(n.) ·-&-· = ditempat lain.
♤♧♤♧ = keesokan harinya.

Playlist;
Cry For Me // Camilla Cabelo
Illusion // æspa
River // Bishop Briggs
Tomboy // (G)I-dle
CHERRY // Itzy
Weapon // Itzy





Happy reading



Justin, ia sedang menatapi layar laptop didepannya. Menunggu proses pemindahan data ke perangkatnya.

Namun, tiba-tiba saja listrik dirumahnya padam disusul oleh laptopnya yang tiba-tiba mati total.

Tentu saja pria itu segera keluar dari kamarnya. Setelah pintu kamar tertutup rapat, seseorang mengawasi Justin sedari tadi keluar dari persembunyiannya.

Mendekati laptop itu kemudian menyalakannya, mengatur laptop membuat semua datanya terhapus.

Kembalinya Justin ke ruangan kamarnya, ia melihat layar laptopnya yang gelap. Menghampiri benda tersebut kemudian menyalakannya. Betapa terkejutnya ia mendapati data-datanya terhapus bersih, seperti dikembalikan ke setelan pabrik.


·-&-·

"Berhasil." Ujarnya, seorang yang bernama Rachella Lavigne yang langsung mendapat tanggapan dari Dela.

"Oke, gua mau nengok Chloe dulu."

Rachel menganggukkan pernyataan itu, segera ia mematikan seluruh gagdet nya dan menyisakan ponsel miliknya.

Selepas perginya Dela, ia bersama Agnes keluar dari ruangan.

"Yang lain kemana?" Tanya Rachel pada Agnes yang berjalan di sampingnya. Dengan pandangan yang lurus ke depan membuat struktur wajah Agnes terlihat lebih dewasa dan tegas.

Agnes menengok lalu menjawab pertanyaan itu. "Mereka lagi bagi tugas, buat jagain pintu." Katanya.

I want you to cry for me, cry for me~♪

Say you'd d-d-die for me, die for me~♪

Suara dering ponsel membuat atensi mereka teralihkan oleh ponsel Agnes yang menimbulkan nada dering itu.

Rachel langsung pergi dari sana, mengisyaratkan Agnes untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Woy sini."

"Iya."

Hanya itu, benar-benar percakapannya hanya sekadar mengajak Agnes ketempat sang penelepon berada. Tempat yang Agnes sangat tahu di mana letaknya, tempat yang biasanya dijadikan oleh tongkrongan.

Segera, Agnes menuju ke sana. Menghampiri teman-temannya yang mungkin sedang berkumpul.

Sesampainya di tempat itu, hanya sofa panjang yang besar dan luas diantaranya diduduki oleh Dela, Donovan, Persephone, Dolores, Christopher, Kaliya, Griffin, Bram, dan Tristan.

Orang sebanyak itu pun masih belum bisa memenuhi sofa tersebut, yang ditengahnya terdapat meja berukuran sedikit besar menjadi tempat ditaruhnya barang-barang bawaan.

One Kiss Away from Killing[✓]Место, где живут истории. Откройте их для себя