Bab 23

1 0 0
                                    


Hari ini, akademi sihir Glatina kedatangan beberapa pimpinan Dragon Slayer yang telah resmi bekerja untuk kekaisaran. Tujuan mereka hari ini adalah memberikan pelajaran mengenai meramu strategi yang baik dan benar dalam pertempuran melawan bangsa naga maupun monster-monster lainnya.

Dragon Slayer yang datang ke akademi terdiri dari lima orang. Tiga laki-laki dan dua perempuan. Masing-masing dari mereka diberikan amanat untuk mengajar di kelas yang berbeda. Tentu saja yang mereka ajar adalah murid-murid yang baru bergabung dengan akademi ini.

Dikarenakan murid-murid Zen Takizawa hanya berjumlah empat orang saja, mereka pun diminta untuk bergabung dengan kelas sebelah, yang terdiri dari murid-murid pilihan Nakamura Kaori.

Kebetulan yang mendapatkan kesempatan mengejar di kelas itu adalah Kazuki Kitamura. Pria itu sangat bersemangat kala mengetahui yang akan ia ajar hari ini adalah murid-murid pilihan dari kedua pahlawan yang telah menyelamatkan Glatina. Pria itu bahkan secara pribadi menyapa Saito yang juga menghadiri kelasnya.

Kelas pun berlangsung dengan khidmat. Banyak hal yang diajarkan Kazuki kepada murid-murid baru. Tentu saja ia mengajarkan hal-hal mengenai strategi peperangan dengan monster, berdasarkan pengalamannya selama di lapangan. Beberapa murid bahkan mencatat beberapa poin penting yang Kazuki jelaskan.

Kelas berlangsung selama setengah hari. Setelah kelas peramu strategi selesai, murid-murid diperkenankan membentuk tim yang terdiri dari empat individu untuk melakukan uji praktik di arena tertutup. Praktik tersebut tentu saja untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari hari ini.

Semua kelas yang terdiri dari murid baru pun, sibuk membentuk kelompok masing-masing. Karena jumlah mereka sudah memenuhi untuk membentuk sebuah kelompok, maka anak-anak didik Zen pun setuju untuk membentuk satu kelompok saja daripada berpisah dan bergabung dengan murid asuhan guru lainnya.

"Baik. Jika semuanya sudah membentuk kelompok, silakan beristirahat sampai matahari terbenam. Setelah itu, kalian bisa langsung mengambil nomor urutan peserta dan memasuki arena latihan. Uji praktik ini merupakan ujian pertama yang harus kalian lalui, untuk mengukur kemampuan kalian berpikir dalam menghadapi situasi yang sangat sulit."

Kazuki menutup kelas hari itu. Semua murid-murid di kelasnya mengucapkan terima kasih secara kompak. Setalah itu, Kazuki pun pamit undur diri dan meninggalkan kelas.

"Apa kita perlu mencari Zen Sensei dan meminta pendapatnya mengenai rencana kita nanti?" tanya Sayaka kepada Saito yang duduk di sampingnya.

"Meminta pendapat Sensei adalah hal yang bagus. Namun, kita harus menunjukan kualitas diri kepada Sensei, bahwa kita juga bisa berpikir mandiri untuk memutuskan starteginya." Saito menjawab dengan tenang.

"Kita minta pendapat Sensei saja, Kak. Aku tidakk mau mati lagi seperti latih tanding tempo hari. Mengerikan sekali!" Raiki bergidik ngeri kala membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan.

"Tempo hari kau bertanding sendiri, kali ini kita bertanding dalam kelompok. Tak ada hal yang perlu kau takuti. Kami akan melindungimu." Endo menyahut dari belakang dan menepuk pelan kepala Raiki.

"Raiki, jika kau takut, lebih baik mundur saja. Kazuki Sensei mengatakan, uji praktik bisa dilakukan dengan tiga orang saja," ujar Sayaka sembari menatap ke arah bocah itu.

Raiki merengut. Bibirnya manyun dan dia menatap jengkel ke arah Sayaka. "Aku tidak takut! Aku tidak akan mundur! Mari kita cetak nila tertinggi pada ujian ini!"

Ketiga lainnya terkekeh kala mendengar hal ini. "Ya. Mari kita berjuang," sahut Endo dengan senyum tipis di wajah tenangnya.

Keempat murid Zen itu pun bergegas keluar kelas dan menuju ruang makan untuk mengisi tenaga. Setelah makan, mereka pun kembali mengelilingi bangunan akademi dan memasuki satu per satu ruangan yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Usai melakukan perjalanan singkat, mereka memilih istirahat di halaman belakang akademi sembari membicarakan mengenai strategi yang akan mereka gunakan untuk uji praktik nanti.

***

Zen dan Kaori tiba di akademi tepat saat matahari terbenam. Beberapa murid dan guru berbondong-bondong, menuju arena latihan tertutup yang terletak di lantai dasar bangunan akademi. Kaori bahkan menyapa murid-murid asuhannya yang juga menuju ke sana. Zen melempar pandang ke arah murid-murid yang sedang berlalu-lalang. Namun, matanya sama sekali tidak menangkap kehadiran keempat muridnya.

"Hari ini mereka uji praktik meramu strategi. Aku akan pergi ke sana mendampingi murid-muridku." Kaori berkata sembari menatap pria di sampingnya.

Zen mengangguk sebelum menanggapi. "Ya. Pergilah terlebih dahulu. Aku akan menyusul setelah menemukan muridku."

Kaori mengangguk sembari tersenyum tipis sebelum berlalu dari hadapan Zen. Mereka berpisah di jalan masuk bangunan akademi. Zen pun lantas memutar langkahnya ke arah taman belakang. Dari kejauhan, ia melihat keempat muridnya sedang berlari menuju arena latihan tanpa menoleh ke arahnya.

"Sepertinya mereka tidak perlu masukan dariku," gumam Zen sembari menghela napas singkat.

Pria itu pun melanjutkan langkah ke ruang guru untuk menyapa kepala akademi dan rekan-rekannya yang lain. Usai menyapa, ia segera bergegas menuju arena latihan tertutup di lantai pertama.

Setibanya di sana, tempat duduk para peserta dan penonton di lantai ke dua sudah penuh dan tampak sesak. Zen pun beralih ke lantai tiga yang juga terhubung dengan arena latihan untuk mencari tempat yang kosong. Saat berada di balkon lantai tiga, Kaori segera melambaikan tangan padanya. Zen dengan cepat melangkah mendekati Kaori.

"Apakah sudah dimulai?" tanyanya setelah berada di samping wanita itu.

"Sebentar lagi," jawab Kaori sembari menepuk kursi kosong di sampingnya.

Zen lantas mendudukan diri di kursi kosong tersebut. Di kursi bagian kiri dan kanan mereka juga sudah banyak diisi oleh para guru dan murid-murid tahun kedua dan ketiga.

"Apa kau menemukan mereka?" tanya Kaori dengan suara pelannya.

"Mereka tidak membutuhkanku." Zen menjawab tenang, sembari melempar pandang ke arah keempat muridnya yang berada di balkon lantai dua.

Uji praktik pun segera dimulai. Kazuki, selaku Dragon Slayer yang diundang mengajar hari ini, memimpin jalannya ujian. Pria tampan dengan mata kebiruan itu sudah berada di tengah-tengah arena pertandingan. Dia menjelaskan beberapa aturan yang harus diperhatikan selama ujian praktik berlangsung. 

"Peraturan pertama, setiap kelompok wajib memiliki empat anggota. Kedua, tiap kelompok harus dapat bekerjasama dengan baik dalam menentukan strategi yang akan digunakan. Ketiga, diharapkan tidak ada yang bersikap impulsif selama ujian berlangsung. Keempat, jangan menggunakan sihir yang dapat melukai diri sendiri. Kemudian peraturan yang terakhir adalah, tidak boleh menyerah atau mengundurkan diri saat sudah memasuki arena latihan." Kazuki menjelaskan panjang lebar.

Semua yang ada di kursi lantai dua dan ketiga tampak sunyi. Wajah para murid baru tampak tegang. Bahkan beberapa ada yang berkeringat dingin karena merasa takut dan gugup.

"Ada pun ujiannya adalah, menghancurkan kristal di dalam tubuh monster kelas SS jenis Goblin dan Ogre. Dua kelompok akan diturunkan secara langsung untuk bersaing dalam menghancurkan kristal sebanyak mungkin, dalam kurun waktu setengah jam."

Para peserta pun semakin tegang. Arena  latihan seluas setengah hektar tiba-tiba ditumbuhi oleh banyak pepohonan dan berubah menjadi hutan. Kazuki berdiri di udara dengan santai. Meski hutan yang tercipta di arena latihan hanya sebatas sihir ilusi semata. Namun, pohon dan segala yang ada di sana asli dan nyata.

"Seperti yang kalian lihat. Model arena latihan pada uji praktik kali ini adalah hutan belantara. Ukuran tubuh kalian akan menyesuaikan ketika memasuki arena. Namun, energi sihir kalian tidak akan berubah.

"Monster yang akan kalian hadapi juga merupakan monster asli yang sudah dikonversi ke ukuran manusia normal pada umumnya. Jadi, kerahkan semua kemampuan yang kalian miliki. Kemudian yang lebih penting, terapkan apa yang telah kalian pelajari hari ini." Kazuki kembali mengingatkan sebelum ujian dimulai.

CROWN FOR MY ANGELWhere stories live. Discover now