IF DEATH MUST STOP MEANS YOUR TASK DONE

2 1 0
                                    

2

"Rek, misi kita sudah selesai untuk hari ini."

"Reff ... kita pulang, atau kamu akan tetap tinggal di istana langit?" Gadis dengan bandana merah di rambutnya berjalan dua langkah ke depan. Ia menatap mantap sebuah peristiwa demi peristiwa terjadi sangatlah menguras air mata.

Pemuda dengan makhota sedikit kebiruan itu berjalan tepat di samping kanan Reka. Lalu, Reff pun menggenggam erat tangan wanita yang ada di sebelahnya.

"Rek, kita pulang saja. Saya akan tetap memperjuangkan cinta saya."

Mendengar ucapan itu, Reka mendongak, 'kan kepalanya menuju wajah pemuda bermahkota kebiruan yang sudah membentang sayap lebarnya untuk segera pergi ke dunia manusia.

"Reff ... saya ingin bertanya sejujur-jujurnya sama kamu."

"Apa itu? Katakanlah."

"Apakah kamu akan seutuhnya mencintai saya sebagai makhluk bumi yang berbeda alam denganmu."

"Ya, apa pun yang terjadi, saya akan memperjuangkanmu."

Mendengar ucapan itu, Reka pun memeluk erat tubuh pemuda yang menjadi lawan bicaranya di depan mata. Persiteruan dari mereka malam ini, membuat para bintang di atas angkasa menari riang. Mereka pun seakan merestui akan hubungan itu terjalin sebagaimana mestinya.

4

Sampailah Verry di depan istana langit. Ketiga pemuda kerajaan sebagai alat yang selalu memimpin peperangan terluka parah dengan darah yang mengalir deras di belakang tubuh. Tangisan histeris para sahabat-sahabat di istana langit menyertai kedatangan mereka bertiga.

Sepertinya Verry telah kehabisan banyak darah, akibat peperangan yang mengharuskan luka di hatinya bertambah lebar. Ya, siapa yang tidak kecewa. Ketika dahulu ia pernah menaruh hati pada Alice—mantan kekasihnya. Sekarang tubuh wanita itu lenyap bersama para iblis yang telah di hanguskan oleh Reff dan Reka, malam itu.

Dari samping kiri, Selena menahan Verry dengan menyentuh pundaknya yang masih mengeluarkan darah segar. "Ver ... kamu kenapa? Apa yang terjadi?"

Sementara dari samping kanan, Karina juga angkat bicara. "Ver ... apakah kamu dilukai oleh Reff? Coba bicara, Ver!" hardik Karina dengan nada suara sangat ngegas.

"Bukan!" Verry menoleh kanan dan kiri. "Reff bukan pelaku ini semua," lanjutnya.

"Lantas?" tanya kedua penjaga istana itu secara bersamaan.

"Ini adalah akibat ratu iblis." Dari belakang tubuh Verry, pengawal istana berucap.

Seketika semua perajurit terdiam dan membungkam. Dari ujung koridor, raja langit berjalan dengan sangat kencang. Sekitar dua detik, ia sampai di depan Verry membawa ekspresi cemas.

Raja langit menyentuh pundak Verry. "Lalu, kalian bisa mengalahkan ratu iblis dan kembali dengan selamat?" katanya seraya membuang pertanyaan.

"Tidak! Kami hampir saja musnah karena pasukan iblis yang memiliki jumlah sepuluh kali lebih banyak dari kami."

"Lantas? Siapa yang membantu kalian di sana?" katanya bertubi-tubi.

Verry menatap dengan penuh hati-hati ke wajah sang raja langit, kemudian. "Reff yang membantu saya hingga akhirnya ia berhasil membunuh ratu iblis. Alice lenyap karena tubuhnya telah dibakar oleh Reka—kekasih dari Reff."

Mendengar ucapan itu, raja langit pun terdiam seribu bahasa. Tampak dari wajahnya tengah membuang sebuah penyesalah pada pemuda yang paling ia sayangi tetapi kini telah pergi meninggalkan istana. Lalu, sang raja kembali masuk istana dan duduk di singgah sana.

Verry pun mengikuti raja dan memasuki ruangan tempat biasa mereka menyembuhkan luka karena peperangan.

***
Tengah malam telah tiba. Kehidupan di istana langit terasa sangat damai dan hening. Tak seperti biasanya, ketika ratu iblis masih ada. Setelah kematian Alice, para iblis yang mendekam dalam deruji besi lenyap dengan sendirinya.

Verry masih tertidur di atas kasur berwarna serba putih, seraya memulihkan keadaannya yang sempat kehilangan jiwa titisan dari raja matahari. Dengan ketukan tiga kali, suara terdengar dari luar kamar tidur.

Lalu, Verry berucap. "Masuk ...."

Rupanya, ketukan pintu itu adalah kedatangan raja langit yang sengaja datang untuk melihat kondisi Verry saat ini. Pemuda dengan mahkota keemasan itu menggeser tubuhnya, karena raja langit duduk di samping kiri.

Dengan wajah penuh kekecewaan, raja langit menatap greget kedua bola mata Verry.

"Bagaimana keadaan kamu, Ver?" katanya, kemudian. "Apa yang kamu rasakan saat ini?" lanjutnya.

Verry menelan ludah beberapa kali, ia tak pernah melihat raja langit seperti malam ini dalam bersikap.

"Raja tenang saja. Saya tidak apa-apa. Sesungguhnya engkau yang memberikan saya hidup, dan mati saya juga mengabdikan ke jalan kebenaran."

Seketika sang raja meneteskan air mata, ia membuang tatapan menuju arloji di dinding kamar. Di sana, sudah terpampang foto Reff yang sangat gagah membawa pedang kesatria langit.

Verry pun merasa sangat bedosa telah tidur di kamar rajanya yang telah pergi meninggalkan istana selama satu musim. Lalu, Verry berucap lirih. "Raja, apakah engkau merindukannya." Verry juga membuang tatapan itu ke sebuah foto yang ada di dinding kamar.

Sang raja mengantung ucapannya. "Saya ... saya ...."

"Jangan malu mengakuinya, raja," sambar Verry dengan tatapan penuh hati-hati.

Verry secara perlahan bangkit dan turun dari kasurnya. Ia meninggalkan raja yang masih di dalam kamar Reff. Keluar dengan cepat, Verry pun bergegas keluar istana.

Berjalan dengan langkah yang tak beraturan, Verry sampai di sebuah gerbang istana. Lalu, kedua pengawal istana berteriak.

"Ver!"

Pemilik nama menoleh ke belakang tubuhnya, kemudian. "Ada apa, Kar?" tanya Verry lirih.

"Kamu mau ke mana?" respons Selena dari samping kiri.

"Saya akan kembali ke istana matahari sekarang."

"Tetapi kamu masih terluka."

"Tidak! Tempat saya bukan di sini, saya dan Reff sudah memusnahkan ratu iblis dari semesta. Berarti tugas kami sudah selesai."

Seraya membentang kedua sayap. Verry tetap bersikeras pergi meninggalkan istana langit dengan sayatan luka yang belum pulih sama sekali.

CROWN FOR MY ANGELWhere stories live. Discover now