BEFORE REINCARNATION A THOUSAND YEARS AGO

3 1 0
                                    

1

Pagi telah tiba. kala itu, Reka membuka kedua bola mata secara perlahan. Dalam samar, ia sedikit demi sedikit menatap sebuah kasur yang sudah kosong. Tak ada siapa pun di sana, seketika gadis berbandana merah itu menyentuh tubuh sang kakak yang ada di sebelahnya.

"Den ... bangun, Den."

"Hmmm ... ada apa, sih, Rek? Gue masih ngantuk banget tau," jawab Denada sangat melas.

Kasur yang rapi sudah berubah menjadi sangat berantakan. Sementara pintu kamar hotel telah terbuka sangat lebar, seketika gadis berbandana merah itu sangat cemas. Ia pun berlari dan keluar kamar hotel dengan segera.

Sampailah Reka di taman yang jaraknya tak jauh dari hotel tersebut. Gadis berbandana merah itu menatap mantap pemuda yang tampak seperti sembuh dari keadaan semula. Berjalan dua langkah ke depan, Reka dikejutkan dengan sebuah bola api yang datang dari luar angkasa.

Menimpah area lokasi di mana mereka sedang berpijak saat ini.

"Reff ...!" teriak gadis berambut pendek sangat histeris.

Pemuda itu tak mendengar teriakan dari gadis berambut pendek yang memberikan sebuah aba-aba. Tak berapa lama, muncul sosok cahaya putih dari atas langit. Memiliki wujud sama seperti Reff, dengan sayap putih yang membentang.

Berlari dengan sangat kencang tuk menemui pemuda itu, Reka pun tak mampu mencegah kepergian Reff yang telah dibawa oleh pengawal istana.

"Lepasin saya, lepasin!" teriak Reff bertubi-tubi.

Akhirnya, perjuangan gadis berbandana merah itu sia-sia untuk menyelamatkan sang pujaan hati untuk tetap tinggal di bumi. Para pengawal istana sudah membawa pemuda yang paling ia cintai untuk kembali ke alamnya.

2

Kedua tangan sudah terikat rantai berukuran sangat besar. Berwarna merah merona seperti tengah terbakar api. Dari samping kanan dan kiri, para pengawal istana membawa Reff dan mendorong tubuhnya.

Pemuda bermahkota kebiruan itu berhenti setelah sampai di depan gerbang istana.

"Ayo, masuk. Kenapa kamu berhenti, raja sudah menunggu di dalam," ucap Faren dengan nada suara ngegas.

Akan tetapi, Reff masih terdiam dan tak mau merubah posisinya sedikit pun.

Dari dari sebelah kanan Kharta berkata. "Ayo, masuk."

Pemuda itu menatap ke arah kanan dan kiri. Ia membuang tatapan sinis dan seperti ingin menghantam wajah dari dua pengawal istana yang setiap harinya menjaga gerbang istana langit. Mau tak mau, Reff berjalan lagi dan sampai di depan pintu.

Sementara Karina dan Selena menadahkan kepala secara bersama-sama, karena mereka tak mampu untuk menolong Reff untuk kabur lagi dari istana.

Tampak dari wajah dua wanita itu sangat kasihan dan melas, tetapi apa boleh buat. Untuk saat ini mereka juga dalam keadaan serba salah dan tak tahu harus berbuat apa.

Sampailah pemuda itu di depan sang raja yang tengah duduk di singgah sana. Kedua pengawal mendorong pemuda bermahkota kebiruan itu hingga terjatuh di atas lantai, dengan karpet merah yang membentang. Raja langit turun dari kursinya dan berjalan mendekat menuju putra mahkota kerajaan.

Lalu, ia mengelus pipi putranya dengan lembut. "Reff ... kamu kenapa tidak pulang ke istana?" tanyanya sangat serius.

Pemuda bermata kebiruan sebagai lawan bicara hanya terdiam dengan wajah yang kesal. Lalu, ia mendelik greget dan memandang wajah sang pemberi jiwa untuk malaikat baru yang menjadi pilihannya.

"Ayah ... mengapa ayah melakukan ini pada saya?" tanya Reff balik.

Sang raja membuang tatapan menuju tembok istana.

"Reff ... apa kamu sudah tidak menginginkan untuk menjadi bagian di istana ini?"

Ucapan membungkam. Pemuda bermahkota biru itu menadahkan wajah menuju lantai.

"Ayah ... Reff ingin bertanya yang sejujurnya, kenapa ayah tertarik memberikan sebuah jiwa pada saya. Pasti kamu tahu sifat saya seperti ini, lalu?" Reff menggantung ucapannya sejenak.

"Ayah ... memang sengaja memilihmu untuk menitiskan jiwa baru sebagai pewaris takhta kerajaan ini. Karena ayah percaya, kamu bisa untuk melakukan itu."

"Tidak! Saya tidak bisa menuruti itu, saya hanyalah orang yang penuh dosa. Dan saya tak perlu jiwa yang akhirnya memberatkan saya untuk memikul sebuah perintah."

Mendengar ucapan itu, sang raja pun tak mampu berkata lagi. Ia menatap mantap lawan bicara yang sedang menadahkan wajah menuju lantai.

"Reff ... sekarang ayah beri kamu kesempatan untuk memilih. Yang pertama, kamu tetap di sini. Atau ... kamu akan menemani makhluk bumi yang penuh tipu daya dan dosa-dosa."

"Apakah manusia sehina itu? Bukankah, manusia adalah makhluk mulia. Banyak yang mereka bisa lakukan ketimbang kita." Reff kembali menggantung ucapannya.

"Salah satunya?" sambar sang raja.

"Mereka punya bakat, mereka punya masa depan panjang. Padahal, nyawa mereka singkat. Dan satu lagi, mereka punya hati yang mampu merasakan perasaan sangat dalam pada setiap jiwa yang hidup di sekitar mereka."

Berdebat seputar dua sisi yang tengah dimiliki oleh dua makhluk yang berbeda alam.

"Apa yang kamu rasakan di bumi manusia?"

"Saya merasakan cinta, kasih sayang yang tulus," sosor Reff lagi.

Raja pun meneteskan air mata mendengar beberapa pernyataan yang datang dari putranya itu. Tatapan tajam ia lemparkan untuk Reff, putra pewaris takhta kerajaan langit.

"Pengawal, bawa saya ke penjara. Lebih baik saya mati di sana, daripada saya hidup dengan makhluk yang tak punya hati." Seusai berkata, Reff berjalan meninggalkan ruang istana.

Sementara para penghuni istana terdiam dengan ucapan Reff yang telah memahami apa arti kehidupan yang sesungguhnya. Berjalan melangkah ke lokasi pusat tahanan, pemuda bermata kebiruan itu masuk ke dalam deruji besi tanpa ada yang menyuruh.

Pengawal istana mengurung jiwa putra raja dengan rantai yang sangat besar, bersanding dengan para iblis, pemuda yang memiliki hati mulia itu tak gentar dalam menegakkan sistem untuk mengarah kebenaran.

Ia tak perduli akan apa yang ia alami saat ini. Entah sampai kapan Reff harus mendekam.

Malam telah tiba, pemuda yang masih berdiam diri di sebuah tahanan mengeluarkan bola bercahaya—kebiruan sebagai kekuatan special-nya. Membuang bongkahan berbentuk bulat itu ke dinding beberapa kali untuknya membuang kekecewaan.

Dari depan pintu, para pengawal istana menatap perbuatan pemuda dengan julukan 'The Gifted' itu dengan sangat serius, mereka sangat kagum setelah melihat pemuda itu mengeluarkan aksi-aksinya di dalam deruji besi.

Mereka berajalan dua langkah, sepertinya ingin mengajak untuk bercerita, atau sekedar basa-basi saja.

"Raja!" panggil Faren dengan nada suara tinggi.

Reff pun memberhentikan permainannya dan membuat bongkahan api berwarna biru di tangannya redup seketika.

"Ya, Ren. Ada apa?"

"Kenapa kamu menolak untuk tinggal di istana ini? Padahal, kamu adalah jiwa yang terpilih untuk penerus kerajaan langit. Semua makhluk juga menginginkan jabatan itu."

"Saya bukan penggila takhta, apalagi sebuah pengakuan raja. Saya hanya ingin menikmati apa arti kehidupan ini, tujuan saya hanya ingin bahagia."

"Lalu, apa yang membuatmu bahagia?" lanjut Faren.

"Wanita pilihan, dia berasal dari bumi. Sebelum jiwa titisan itu menemui saya, sosok wanita itu sudah ada dalam mimpi panjang saya ketika seribu tahun sebelum reinkarnasi."

Mungkin pernyataan itu adalah #akhir yang tengah menyelubingi jiwa pemuda kerajaan langit bernama—Reff.

CROWN FOR MY ANGELWhere stories live. Discover now