DISAPPOINTMENT

6 1 0
                                    

1
Sepulang dari tempat praktikum, ketiga wanita yang saat itu melintasi jalan raya dengan berjalan kaki menatap lurus dengan masing-masing dari mereka menenteng berkas berwarna hijau muda. Reka berada tepat di tengah dari dua sahabatnya yang telah ia anggap lebih dari saudara kandung.

Malam telah tiba, arloji menunjukkan pukul 23:00 melintas di menit kedua. Duduk di depan balkon lantai dua menatap mantap langit yang sangat cerah, dipenuhi dengan bintang-bintang membawa—cahaya terang dan sebuah embusan angin menerpa rambut gadis bermata sedikit kebiruan itu.

Bayangan seperti sosok bersayap putih tengah hadir di sudut balkon tersebut. Ia adalah Reff, datang secara tiba-tiba seraya menyimpan kedua sayapnya di dalam tubuh. Ia mulai bisa beradaptasi dengan dunia manusia, sehingga ia tak perlu takut lagi ketika memijakkan kakinya di bumi manusia.

Kepergiannya yang tak pernah pamit, membuat sahabat dekat dari pemuda tampan itu mengikuti dari belakang tubuhnya. Ia tak sadar bahwa Pharsa bersama dengan gagak hitamnya menjelma dan hadir di atas rumah gadis dari dunia manusia.

Ia pun merubah wujudnya seketika menjadi wanita berparas cantik yang membawa tongkat berwarna hitam dilengkapi dengan lentera merah di tengahnya.

Sedikit demi sedikit, wanita jelmaan gagak hitam itu menatau dari jarak sepuluh meter. Karena indra penciuman pemuda bersayap putih itu dapat mendeteksi kehadiran sosok apa pun dari jarak yang lumayan jauh.

Ia hadir dan datang menemani wanita yang sedang diruntuk sedih, meneteskan air mata seraya membuang sedikit demi sedikit benda berukuran kecil dari atas balkon.

Pemuda itu berjalan dua langkah. "Hai, selamat malam," katanya lembut seraya mengelus wanita yang sedang membungkam akan kehadiran sosok tak menakutkan untuknya lagi.

Mungkin karena ia sudah terbiasa dengan pemuda itu. Lalu, gadis berambut pendek yang malam itu mengikat rambutnya dengan bandana merah manatap tajam.

"Reff ... kamu ngapain ada di sini?" tanyanya dengan sedikit kesal.

Pemuda tampan yang ada di samping kiri menadahkan tatapan datar menuju lantai. "Saya merindukanmu, sudah hampir satu minggu kamu tak ada di istana bersama saya."

"Bukankah kamu sudah dijodohkan oleh gadis sebangsamu di istana langit? Lantas, apa yang Kamu kejar lagi dari saya?" jawab ringan gadis itu seraya membuang tatapan menuju awan gelap.

Ia jeda sejenak, menarik napas panjang dari mulut. "Reff, mulai saat ini kamu jangan ada di kehidupan saya lagi," lanjutnya.

"Tapi, Rek—"

"Reff ...," tukas Reka seraya menatap tajam lawan bicara, kemudian. "Kita beda alam, dunia kita tidaklah sama. Jangan paksa keadaan ini untuk turut serta dalam ego."

Merumuskan peryataan yang datang dari wanita di sebelah. Pemuda bermahkota sedikit kebiruan itu membuang tatapan datar menuju langit indah dan cerah.

"Kamu tahu kenapa bintang sangat setia pada rembulan?" tanyanya seketika membuat gadis di sebelah menatap juga keindahan langit malam itu.

"Saya enggak tahu pasti kenapa bintang bisa setia pada rembulan."

"Hanya matahari yang mampu memisahkan mereka berdua. Jika memang pemisah dari hubungan kita adalah wanita itu, saya bersedia akan mematahkan kedua sayap saya dan hidup bersama kamu di bumi manusia."

Wanita berbandana merah terdiam, ia menatap serius menuju pemuda yang memasang wajah kecewa luar biasa.

"Enggak, Reff ... Kamu jangan lakuin itu, saya enggak setuju jika kamu akhirnya menderita hidup dengan saya permintaanmu bukanlah #awal yang baik."

Suasana menjadi hening, sementara di atas atap rumah, Pharsa meneteskan air matanya, rupanya ia baru tahu kalau pemuda yang paling ia cintai telah memiliki kekasih dari bangsa manusia. Seketika gadis bertongkat hitam itu kembali merubah wujudnya dan pergi meninggalkan dua pasangan yang sedang bersiteru di atas balkon.

Kepergiannya meninggalkan bulu yang jatuh perlahan mengenai kepala gadis berkacamata bulat, ia pun mengambil bulu hitam itu dan menatap mantap.

"Benda apa ini? Sejak kapan di rumah saya ada bulu gagak," ujar Reka penasaran.

Mendengar ucapan itu, sontak pemuda bersayap putih merebut bulu yang tengah dipegang oleh Reka. Ia mencium benda tersebut untuk memastikan dari mana bulu itu berasal. Reff pun mengetahui akan bau dari bulu hitam itu, seketika ia terdiam.

"Kamu kenal dengan bulu itu, Reff?" tanya gadis bermata sedikit kecokelatan.

Lawan bicara mengangguk dan membentang kedua sayapnya lagi, seketika ia pergi dari balkon dan terbang menuju langit. Dalam hitungan detik, wujudnya hilang begitu saja. Meninggalkan gadis yang sedang dilanda pertanyaan datang seketika dari dalam otaknya.

Seseorang datang dengan menyentuh pundak gadis berbandana merah muda. "Rek! Jadi dia sosok yang selama ini membawa jasad lu pergi?" tanya seseorang bernama—Sella di belakang tubuhnya.

Ia pun menoleh tajam dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah.

"Ah, eh, hmmm ...."

"Sudahlah, Rek! Gue udah lihat semuanya, gue memiliki indra keenam dan bisa menembus yang namanya makhluk seperti itu."

Sontak Reka bangkit dari tempat duduknya.

"Apa lu akan membuat hidup gue hancur, Sell? Setelah Lu mendapati siluet pemuda bersayap yang orang-orang sedang bicarakan."

Dari depan wanita bertubuh mungil itu menyentuh pundak sahabatnya. "Rek, gue enggak seperti yang lu pikirin. Gue akan simpan rapat-rapat seputar peristiwa yang gue lihat malam ini, percaya sama gue," sambarnya lagi membuat gadis berbandana merah itu memeluk erat.

"Gue enggak tahu lagi harus ngomong apa malam ini, yang pasti ... hati gue hancur setelah beberapa hari dilanda gosip."

"Lu sabar, Rek. Semua pasti ada jalan keluarnya, jangan patah semangat."

"Thanks supportnya."

2

Melintasi langit dan kembali pulang, pemuda yang sedang dimabuk kelecewaan itu menatap tajam awan putih sebagai lantai menuju istana langit. Berjalan dengan kekesalan yang sudah berada pada tahap keterlaluan, seraya membayangkan sosok wanita yang paling ia cintai tak mau menuruti ajakannya untuk berjuang hidup bersama di bumi manusia.

Padahal ia sudah memberikan janji suci pada wanita tersebut, rela mematahkan sayapnya dan hidup dalam cengkeraman dunia yang penuh tipu daya. Akan tetapi, semua itu tak mampu membuatnya terkesima, malah yang ada hanyalah sebuah pengorbanan sia-sia berlalu begitu saja.

Dari depan pintu, para pengawal istana sedang berbincang dengan wanita berwujud gagak hitam yang merupakan wanita jodohan raja langit untuk menemani Reff menghadapi peperangan dengan Ratu Iblis dunia kegelapan.

Sampailah pemuda itu di depan pintu istana dengan wajah masam, dari sebelah kiri Selena berucap. "Reff ... kamu kenapa? Kok, wajah kamu seperti tengah kesal banget?"

Pemuda bermahkota menatap mantap sosok yang sedang bertanya. "Enggak, mungkin saya kurang istirahat saja."

Sementara dari sebelah kanan, Karina menyambar. "Atau kamu sedang jatuh cinta dengan wanita dari bumi, Reff?"

Pemuda itu membulatkan kedua bola matanya dan menatap sangat serius pada assasin penjaga istana langit.

CROWN FOR MY ANGELWhere stories live. Discover now