SHALLS OF THE PALACE

5 1 0
                                    

2

"Reff ...," panggil seseorang dari ujung singgah sana.

Pemilik nama yang datang dengan merundukkan wajah menuju lantai itu tak mendengarkan suara tersebut. Ia tetap berjalan seraya memasang wajah penuh kekecewaan, sejak #kemarin, ia tak pulang ke istana langit.

Mendapati siluet putra mahkota dari kerajaan langit yang akan meneruskan takhta sangat berbeda, sang Raja turun dari singgah sana dan berjalan menemui putranya. Ia pun menyentuh pundak pemuda itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Reff ... kamu kenapa? Apa yang terjadi padamu saat ini?" katanya seraya menatap penuh.

"Ayah ... apa perlu jika saya mengulang pembahasan yang engkau sudah tahu isi dari hari saya? Bukankah, jiwa itu ada karena titisan darimu."

Mendengar ucapan putranya yang sangat lantang, sang Raja menatap tembok seraya membungkam mulut. Kendatipun itu sudah menjadi pilihannya untuk melanjutkan perjodohan yang sejak lama ia rencanakan dengan seorang putri dari raja istana matahari.

Demi untuk menyelamatkan dunia mereka dari serangan iblis kegelapan. Sehingga, perjododohan tetap harus dilanjutkan.

"Reff ... ayah tahu dengan apa yang kamu rasakan saat ini, kamu mencintai wanita yang berasal dari bumi, bukan?" tanyanya untuk memastikan perasaan putranya yang dikepung badai cobaan dunia percintaan.

Dari samping kiri, pemuda bermahkota biru itu berjalan dua langkah. Ia membuka sayapnya lebar-lebar hingga setiap sudut ruang istana dipenuhi dengan kedua sayap yang sangat istimewa miliknya itu.

Para penjaga istana pun turut kagum akan apa yang dimiliki Reff sebagai pewaris tunggal kerajaan langit, sangat pantas untuknya menjadi raja penerus.

Sementara dari belakang tubuh pemuda itu, sang ayah masih menatap kedua sayap yang sangat indah itu. Reff adalah pemilik jiwa dari raja pertama kerajaan tersebut.

"Yah ... jika saya patahkan sayap ini bagaimana?" tanya Reff dengan sangat melas.

Tanpa balas kata, dari belakang petir dahsyat itu mendarat di pundak pemuda yang sedang berbicara pada pemilik jiwa tersebut. Tak main-main dalam pemberian hukuman, sang Raja memukul Reff hingga menggelupur tak berdaya di atas lantai. Seketika ruangan menjadi hening, tak ada satu pun yang berani menghalangi kehendak dari Raja langit.

Ia pemegang segala bentuk hak yang ada di istana tersebut. Sementara Reff meringis dengan pundak yang terkena petir milik ayahnya, tak terbayang bahwa raja akan menyakiti putra pilihannya dengan memberikan pukulan itu.

"Kamu sudah berani melawan kehendak dari ayah, Reff!" pungkasnya dengan mendelikkan mata. "Berapa tahun saya sudah memperjuangkan jiwa itu agar dapat menghidupi tubuh barumu di istana," lanjutnya lagi.

"Ayah ... saya enggak pernah meminta untuk dihidupkan kembali. Kalau memang jiwa itu hanya untuk orang pilihanmu, kenapa kau memilih diriku sebagai pilihan," balasnya, kemudian. "Mulai detik ini, Reff bukan penerus dari kerajaan yang Ayah miliki."

Mendengar bantahan itu, sang Raja melemparkan petir kedua. Kumpulan dari hawa panas dan dingin menjadi satu dalam pukulan keras itu, dengan sekali tebasan, Reff memuntahkan darah sangat banyak dari mulutnya.

Lemah tak berdaya, itu lah yang sedang pemuda dengan mahkota biru itu rasakan. Ia menutup mata dan tak tahan akan kesakitan dari petir milik Raja Langit.

Seketika para perajurit istana membawa tubuh lemah Reff yang sudah tak berdaya di atas lantai. Deruji besi tempat penyekapan tahanan membuat pemuda dengan julukan The Gifted itu mendekam, bersama belenggu rantai di tangan kanan dan kiri.

"Reff ... maafin ayah, ini adalah hukuman untuk kamu yang berani melawan kehendak raja. Agar kamu enggak lagi membantah apa yang sudah ayah inginkan."

Malam itu, di istana langit. Arloji menunjukkan pukul 24:00, tepat tengah malam tiba. Dalam samar, pemuda yang seharian mendekam dalam deruji besi itu membuka kedua bola mata sedikit demi sedikit. Ia mendapati sebuah warna hitam menyelubungi area lokasi tempatnya tertidur, darah yang keluar dari bibir telah mengering.

Waktu berjalan dengan singkat di langit, tiga kali lebih cepat dengan waktu yang ada di bumi. Pemuda bermahkota biru itu duduk sendirian di dalam deruji besi, ia menatap mantap kedua tangannya yang telah terikat ketat besi berwarna merah.

Dari ujung ruangan, ia melihat para tawanan. Iblis yang terpenjara lebih dulu menatap putra mahkota raja, bisikan itu datang tuk menggoda Reff agar melakukan perbuatan kejam. Ya, itu adalah janji para iblis, terlahir hanya untuk menggoda siapa saja yang bisa mereka goda untuk menuju neraka.

"Ha ha ha ... putra kerajaan langit telah mendekam dalam penjara, berarti dia adalah iblis juga seperti kita," ledek para iblis, seketika emosi putra kerajaan langit itu memuncak.

Dari ujung deruji besi, Reff berucap. "Jangan bilang saya iblis." Seketika pemuda itu melemparkan kekuatan bola api yang ia punya mengarah ke iblis yang sedang berucap.

Sontak ruangan membunyikan lampu berwarna merah, sebagai pertanda tengah terjadi sebuah kekacauan. Para pengawal istana datang dengan sigap, mereka mendapati deruji besi telah gosong dan iblis yang menjadi sasaran dari pemuda kerajaan langit lenyap dan musnah.

"Reff ... apa yang kamu lakukan?" tanya kedua assasin yang kala itu menjaga di area penjara.

Sementara Reff, menelan ludah dan menarik napas panjang berulang-ulang. "Apa kalian berdua ingin merasakan hal yang sama dengan iblis itu?"

Sementara dua orang yang sedang menjaga di lokasi tersebut saling tukar tatap. Mendengar ancaman yang datang dari rajanya tersebut, mereka menelan ludah seraya mendekatkan tubuh di balik tembok.

"Reff ... kami hanya penjaga istana, jangan sakiti kami," celetuk penjaga tahanan dengan gemetar.

"Kalau kalian enggak mau musnah seperti iblis itu, bebaskan saya dari penjara ini," jawab ringan pemuda bermahkota biru itu.

"Tapi Reff ... jika Ayahmu mengetahuai itu semua bagaimana?"

"Saya enggak mau tahu! Kalau kalian tetap ingin mengunci saya, hari ini saya akan membuat kalian musnah dari alam," pungkas Reff lagi.

Mereka pun mengambil kunci dari gembok penjara tersebut, dengan penuh hati-hati, belenggu di tangan kanan itu terbuka. Akhirnya, Reff bebas dan ia membuka kedua sayapnya.

Berlari menuju koridor penjara, pemuda dengan paras tampan itu keluar istana. Akses yang dituju juga melintasi jalur belakang, agar kepergiannya tak diketahui oleh Raja langit.

Sampailah ia di sebuah pembatas antara langit dengan jalur tempuh menuju bumi, menatap mantap di area sekitar seraya membuka kedua sayapnya. Luka di bagian punggung pemuda bersayap itu sangatlah parah, insiden yang ia alami beberapa hari lalu, membuatnya tak mampu untuk turun ke bumi manusia.

Sesekali pemuda bermahkota biru itu meringis kesakitan. "Ach ... apa yang terjadi pada tubuh saya, kenapa luka ini tak kunjung sembuh," ucapnya sendiri di atas awan yang sudah jauh dari istana langit.

Darah segar keluar dari kedua sayapnya.

CROWN FOR MY ANGELOnde histórias criam vida. Descubra agora