Bab 09

0 0 0
                                    


Setibanya di istana agung Kekaisaran Glatina, Zen dan Kaori segera disambut oleh para prajurit yang berbaris di sepanjang jalan setapak menuju pintu masuk bangunan istana. Zen dan Kaori berada dalam keadaan canggung setelah apa yang terjadi di kereta kuda beberapa waktu lalu.

Zen bahkan tak sanggup untuk menanggapi perkataan wanita itu, usai Kaori melepaskan ciuman dari bibirnya. Zen jadi tampak seperti pria tidak bertanggung jawab setelah menyulut api ke hati seorang wanita. Sejujurnya ia mengerti dan paham akan rasa kekhawatiran yang dirasakan Kaori.

Namun, Zen sengaja tidak memperdulikan hal itu, agar Kaori tidak terlalu berharap pada dirinya. Sungguh, menyambut perasaan Kaori dan mengungkapkan perasaannya kepada wanita itu, adalah sesuatu yang mustahil untuk Zen lakukan.

"Zen Takizawa, Nakamura Kaori. Selamat datang di istana," sambut sang raja ketika Zen dan Kaori sudah bersimpuh di depan singgasana.

"Terima kasih Yang Mulia," balas Zen dan Kaori secara bersama. Mereka pun berdiri bersisian menunggu apa yang sang raja akan katakan selanjutnya.

"Elliot yang akan memandu kalian ruang rapat. Para petinggi dan pimpinan pasukan Dragon Slayer sedang menunggu kedatangan kalian," ujar sang raja. Seorang pemuda berzirah perak mengangguk singkat sebelum berjalan mendekati Zen dan Kaori.

"Tuan Zen, Nona Kaori. Mari ikuti saya," ujar pemuda berzirah itu. Tanpa banyak bertanya, Zen dan Kaori pun mengikutinya dengan kepala dipenuhi oleh tanya.

"Elliot, apa kau tahu agenda yang akan mereka bicarakan hari ini?" tanya Zen pada pemuda di depannya. 

"Sesuatu yang buruk terjadi, Tuan. Kami mengundang Anda dan Nona Kaori ke istana untuk mendiskusikan hal tersebut," jawab Elliot tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Hal buruk? Apa itu?" tanya Kaori dengan dahi berkerut.

"Mohon maaf, Nona. Saya tidak berhak untuk mengatakannya. Setelah mengikuti rapat Nona dan Tuan akan mengerti situasinya," ujar Elliot dengan sopan.

Zen berdehem singkat tanda mengerti. Pria itu dan Kaori pun tidak bertanya lebih lanjut mengenai agenda hari ini. Namun, entah mengapa sepanjang jalan menuju ruang rapat, pikiran dan hati Zen benar-benar tidak tenang.

Sesampainya di depan ruangan rapat, dua prajurit yang berjaga di depan pintu setinggi 10 meter dengan ukiran kuno, membuka pintu tersebut mempersilakan Zen dan Kaori untuk segera masuk. Elliot mengangguk kecil sebelum pamit undur diri.

Zen dan Kaori memasuki ruangan gelap itu. Hanya ada cahaya di tengah-tengah ruangan rapat. Di tengah-tengah ruangan tersebut terdapat meja bundar yang cukup besar. Para petinggi istana dan para pimpinan pasukan Dragon Slayer duduk melingkari meja bundar tersebut. Zen dan Kaori lantas mendudukan diri di dua kursi kosong yang tersisa.

"Mohon maaf atas keterlambatan kami. Silakan dimulai," ujar Zen sembari mendudukan kepalannya secara singkat.

"Terima kasih atas kehadiran Tuan Zen dan Nona Kaori. Saya Kazuki Kitamura, pimpinan pasukan Dragon Slayer devisi satu yang akan memandu jalannya rapat kita pada hari ini," ujar seorang pria tampan dengan seragam resmi Dragon Slayer. Usianya kira-kira di akhir 20 tahunan. Sama seperti Zen.

Semua pasang mata tertuju pada pria tampan itu. Rapat pun dimulai. Sebuah peta berukuran besar dibentang di tengah-tengah meja bundar. Kertas peta tersebut berwarna kekuningan. Gambarnya pun ditulis dengan tinta hitam pekat. Kazuki mulai menunjuk sebuah gambar pegunungan pada peta.

"Greenwall, hutan terlarang tingkat misterius.   Menurut pengamatan dari devisi deteksi, terdapat aliran energi spiritual bertekanan tinggi di area ini. Mereka pun mengumpulkan sampel energi tersebut untuk diteliti oleh devisi pengurai energi sihir. Data yang mereka dapatkan pun menunjukkan, bahwa energi tersebut sama persis dengan energi yang dimiliki oleh Seiryu. Sang Naga biru yang telah memporak-porandakan Benua Barat dan Selatan."

Semua orang di dalam ruang rapat tertegun. Jika hal ini benar adanya, maka ibu kota Kekaisaran Glatina pasti berada dalam zona bahaya. Sebab, jarak Greenwall dan ibu kota hanya sekitar 4000 km, sedangkan serangan naga biru tersebut mampu menghancurkan satu benua yang luasnya mencapai 120.000 km.

"Apa kau sudah memastikan hal itu?" tanya Zen dengan dahi berkerut samar. Jantung berdetak dibatas normal.

"Melalui mata burung varmilion yang terhubung dengan mata saya, saya sudah memastikan hal tersebut, Tuan. Sepanjang area di bawah pegunungan, sudah dipenuhi dengan ratusan ribu telur naga berukuran besar. Hawa keberadaan Seiryu pun semakin kuat dan jelas. Tak salah lagi, di salah satu gua atau tempat lembab lainnya, dia pasti bersarang di sana," jawab Kazuki dengan wajah seriusnya.

"Ini masalah besar. Jika telur-telur itu menetas, Glatina pasti akan menjadi destinasi penyerangan mereka untuk yang pertama kalinya," ujar seorang pria paruh baya. Nakamura Sato, ayah kandung Kaori yang menjabat sebagai penasihat sang raja.

"Yang lebih parahnya, jika ada yang memprovokasi Seiryu. Kita tidak boleh membiarkan naga itu mengeluarkan kekuatannya. Semua akan musnah," sahut petinggi kekaisaran lainnya.

Zen menghela napas berat. Situasinya cukup berbahaya. Ia juga tidak akan bisa jika langsung turun tangan ke Greenwall untuk membasmi telur-telur naga. Itu malah akan berdampak buruk bagi Glatina. Seiryu bisa saja mengamuk karena anak-anaknya dibasmi dengan begitu keji. Namun, jika tetap dibiarkan begitu saja, maka Glatina akan menghadapi invasi yang lebih mengerikan daripada invasi 10 tahun yang lalu.

"Kabar buruknya, beberapa telur bahkan sudah menetas," ungkap Kazuki, sembari menunjuk satu wilayah lagi di permukaan peta. "Satu-satunya cara adalah dengan membawa Seiryu sejauh mungkin dari Greenwall ke benua tak berpenghuni dan membinasakannya. Namun, siapa yang mampu melakukan itu? Ini sudah berada diluar kuasa para Dragon Slayer."

"Zen, bagaimana menurutmu mengenai situasi ini?" tanya Nakamura Sato sembari menoleh pada pria itu.

Zen menghela napas untuk yang kesekian kalinya sebelum berkata, "Situasi ini benar-benar buruk. Saya sendiri bahkan tidak bisa membunuh Seiryu tanpa mengalami pertempuran dan pertumpahan darah. Semua memiliki risiko yang sangat fatal."

"Bagiamana dengan barrier pertahanan? Kurasa kita perlu menggunakan itu untuk melindungi Glatina," usul Kaori. Para petinggi dan juga Zen menatap serius ke arah wanita cantik itu.

"Nona Kaori, jangan berkata hal yang mustahil. Barrier pertahanan sekali pun tidak akan cukup menahan efek serangan dari Seiryu dan anak-anaknya," timpal salah satu pimpinan Dragon Slayer.

"Tidak. Saya rasa Kaori ada benarnya juga. Kita bisa kerahkan semua penyihir yang memiliki kemampuan barrier pertahanan untuk menutupi seluruh wilayah Glatina." Zen menyetujui usulan Kaori. Pria itu juga berpikir demikian. Mungkin ada baiknya meminimalisir serangan dengan barrier pertahanan.

"Tapi itu sangat berbahaya, Tuan. Jika kita mengerahkan semua penyihir untuk membuat barrier pertahanan, lantas bagaimana dengan penyerangan? Naga-naga itu bahkan bisa mengendus bau manusia dari radius 1000 kilometer. Begitu mereka bisa terbang, tujuannya pasti ke negeri ini. Kita benar-benar menemukan jalan buntu." Petinggi lainnya ikut mengeluh.

Zen paling malas berhadapan dengan para tetua ini. Mereka selalu saja mengeluh, tanpa memikirkan kemungkinan yang bisa saja mereka gunakan untuk mempertahankan negeri ini.

"Zen, apakah kamu tidak bisa memikirkan cara untuk keluar dari situasi buruk yang bisa terjadi?" tanya Ayah Kaori sembari menatap penuh harap kepada pria dengan kemampuan luar biasa itu.

"Saya sedang memikirkannya. Kita tidak boleh bertindak gegabah. Seiryu sangat berbeda dari naga-naga biasa lainnya," jawab Zen dengan mempertahankan ekspresi tenangnya.

"Tapi kau sudah berhasil membunuh Ratu Naga. Apa kau juga tidak bisa membasmi Naga biru dan anak-anaknya?" Seorang petinggi berkepala plontos berseru dengan nada suara meninggi.

Zen menoleh ke arah sumber suara. Pria itu berdecak pelan sebelum berkata, "Ratu Naga dapat saya kalahkan karena dia sudah terlalu tua. Lagipula, apa Anda pikir membunuh naga sama seperti menepuk nyamuk? Jika semudah itu, Anda sendiri bisa melakukannya." Nada sarkasme terdengar jelas dari kalimat yang pria itu lontarkan.

Semua petinggi kekaisaran dan pimpinan pasukan Dragon Slayer terdiam. Mereka semua berharap pada Zen Takizawa, selaku manusia terkuat yang ada di benua ini.

CROWN FOR MY ANGELحيث تعيش القصص. اكتشف الآن