BAB 25

4.2K 145 4
                                    

Adam menyentuh bahu Dellia pelan, dan wanita itu terkejut bahkan hampir terjungkal ke belakang jika saja Adam tidak memegang bahu itu.

"Ke kamar," ucap Adam. Sindiran dari Adam langsung bisa Dellia tangkap.

"Ma, Dellia temanin Mas Adam dulu ya."

"Iya, nanti kalau udah siap langsung ke bawah ya kita makan sama-sama," ujar Sarah.

"Nggak perlu Ma, kami mau ke Mall hari ini," timpa Adam menolak tawaran Sarah, karena jujur Adam malas jika makan bersama dengan keluarga ini.

"Yasudah hati-hati ya. Mama sebenarnya pengen ikut tapi nggak enak jadi nyamuk," balas Sarah disertai kekehan pelan.

Dellia ikut tersenyum, setelahnya Dellia dan Adam langsung berjalan menuju kamar mereka.

"Mas, kok nggak bilang dari awal mau ke Mall. Maunya kan aku udah siap, jadi kamu nggak perlu nunggu."

"Ini juga mendadak De, kamu pakai baju terus, aku tunggu."

Dellia mengangguk dan segera berpakaian yang rapi dan bagus. Ia ingin tampil cantik dan tidak ingin mempermalukan Adam nantinya.

"Ngapain dandan?" tanya Adam saat wajah Dellia yang tampak berbeda hari ini.

"Hm, biar cantik. Mas nggak suka? Apa aku hapus aja?" Dellia menampilkan wajah sedihnya, Adam yang melihat itu langsung menggelang. Bisa gawat jika Dellia akan marah.

"Bagus kok," jujur dandanan Dellia memang bagus, hanya saja ada perasaan yang tidak bisa ia jabarkan jika wajah Dellia diperhatikan oleh pria di luar sana.

"Yaudah ayo Mas," Dellia langsung memegang lengan Adam dengan perasaan senang. Adam dapat merasakan kebahagian wanita ini, tidak sia-sia Adam mengikuti saran Hito.

Benar ia harus bisa membuat Dellia mencintainya, agar perempuan itu tetap bersamanya setidaknya selama dua tahun. Setelah dua tahun ia akan membuat hidup Dellia menderita hingga Dellia tidak sanggup hidup dengannya agar wanita ini meminta cerai.

***

Karena terlalu tidak sabaran perjalanan yang hanya selama tiga puluh menit terasa seperti satu jam. Ini memang bukan pertama kali Dellia ke Mall, tapi ini pertama kali Dellia ke Mall dengan suaminya. Ia senang, sangat senang.

"Ayo Mas," Dellia segera menarik lengan Adam agar segera masuk, karena Adam terlalu lama karena asik dengan ponselnya. Sedangkan Adam hanya pasrah ketika tangannya ditarik. Dan sekarang Adam hanya terpaku dengan wajah Dellia yang bertambah cantik hari ini apalagi dengan senyuman manis Dellia.

Suasana Mall hari ini sangat ramai. Terkadang banyak yang memandang mereka kagum, seperti pria yang kagum dengan Dellia yang cantik dan wanita yang kagum dengan Adam karena katampanannya. Tapi Adam dan Dellia tidak sadar, karena Dellia yang terlalu senang hingga tidak melihat kesekeliling dan Adam yang terlalu asik saat memandang Dellia.

"Eh, kita emang mau ke mana?" langkah Dellia langsung terhenti saat ia sadar mereka jalan sudah terlalu jauh tapi tidak ada tujuan. Ini salahnya sudah tahu tidak tau ke mana, tapi ia malah menjadi pemimpin jalan.

Adam melihat ke sekeliling mencari tempat untuk mereka singgahi. "Di sana saja," Adam menunjuk sebuah tempat makan."

Dellia mengangguk dan berjalan duluan meninggalkan Adam. Ia sudah sangat lapar.

"Selamat makan Mas, jangan lupa baca doa," ucap Dellia saat makanan yang mereka pesan sudah tiba. Adam membalas ucapan Dellia dengan mengangguk pelan. Setelahnya hanya kediaman yang melingkupi mereka.

"Alhamdulillah," Dellia mengucap syukur setelah nasi gorengnya tandas, ia juga melihat Adam yang juga sudah selesai memakan nasinya.

"Sekarang kita pulang Mas?" tanya Dellia.

"Nggak mau shopping?"

"Nggak papa Mas, baju aku masih lumayan ada di rumah."

Adam menatap Dellia aneh, tidak biasanya ada wanita yang menolak saat di ajak membeli baju. Padahal biasanya Adam selalu di ajak mantan kekasihnya untuk berbelanja.

"Kita belanja, ayok," Adam menarik tangan Dellia menuju tempat pakaian wanita.

Tiba di sana, Dellia melihat-lihat baju apa yang harus ia beli. Jujur saja Dellia juga memilik jiwa yang suka berbelanja banyak tapi Dellia berusaha untuk tidak riya. Dan akhirnya Dellia memilih baju gamis bewarna pink dan baju gamis bewarna coklat.

"Mas suka baju ini?" tanya Dellia.

"Suka, ini aku mau beli ini buat kamu," Dellia membulatkan matanya saat melihat baju kurang bahan yang dipilihkan oleh Adam. Sungguh itu pakaian yang tidak pantas untuk dipakai menurut Dellia.

"Mas, aku nggak mau pakai baju kayak gitu Mas. Itu dosa aku malu."

"Ya ampun De, ini tu baju buat suami," balas Adam.

"Hah? Suami?" Dellia jadi berpikir yang tidak-tidak. Apa suaminya akan memakai baju seperti itu?

"Ini lingerie, baju yang di pakai cuman untuk suami doang. Jadi nanti malam kamu pakai ya."

Dellia hanya bisa diam tidak sanggup membantah. Ya ampun, Dellia harus ke mana mencari keberanian untuk memakai baju kurang bahan seperti itu.

"Ayo bayar," ajak Adam, dan Dellia hanya bisa mengikuti langkah Adam.

"Mas kok banyak banget?" Dellia menatap Adam tidak habis pikir, pria itu mengambil dua lusin lingerie dengan warna yang berbeda-beda.

"Ya gitu," balas Adam singkat.

"Apa nggak boros Mas?" tanya Dellia lagi.

"Ya, enggak kan nanti kamu pakai terus."

Dellia melihat ke arah pekerja di tempat jualan baju ini, ia malu. Lebih baik Dellia diam daripada ia bisa lebih mempermalukan dirinya sendiri.

Setelah membayar semua pembelanjaan, Dellia mengajak Adam memasuki baju khusus muslim. Dellia memilih mukena dan baju koko yang couple.

"Mas ini cocok banget buat kamu," Dellia menatap baju koko putih itu sambil melirik badan Adam. "Lagi pula Mas nggak ada baju muslim begini." Dellia mengambil tiga baju koko dan tiga sarung untuk dibeli.

Dan Adam hanya diam dan menurut dengan apa yang ingin Dellia beli untuknya.

Setelah selesai membeli keperluan, mereka langsung kembali ke rumah.

***

Dellia yang berada di depan teras, menatap Aya dan Ayi yang sepertinya baru pulang dari sebuah acara. Adik iparnya itu sangat tampak tidak perduli dengan kehadiran Dellia, ia bingung apa salahnya hingga membuat mereka tampak sangat tidak suka dengannya.

Walaupun ada rasa segan, tapi mereka tidak boleh seperti ini terus. Sudah jelas Dellia dan mereka berdua sudah menjadi keluarga.

Aya dan Ayi duduk di ruang keluarga berdua sambil bercerita, sampai sekarang pun Dellia tidak bisa membedakan keduanya.

"Kalian lagi apa?" tanya Dellia membuka pembicaraan.

Mereka berdua tampak kaku sambil meliruk satu sama lain.

"Lagi ngobrol," jawab mereka secara bersamaan.

"Hm, kalian marah ya? Atau Kakak ada salah?" Bukan tanpa sebab Dellia bertanya seperti ini, sebab saat perkenalan keluarga mereka tampak mau berbicara dengannya tapi sekarang terkadang mereka tidak menjawab apa yang Dellia ucapkan kepada mereka.

***

Votmen ges:(

Bad Husband |END|✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang