BAB 53

3.4K 146 15
                                    

"Eh kenapa?" tanya Adam yang engan berjauhan dengan Dellia.

"Dellia baru ingat, nanti Mas ketularan," Dellia tidak boleh egois jangan sampai Adam ikut sakit.

"Nggak lah, biasa juga Mas nggak ketularan."

Dellia hanya menatap Adam dalam diam, benar Adam memang tidak pernah ketularan penyakitnya.

"Maafin Dellia ya udah ngerepotin Mas terus," Dellia mencium sekilas pipi Adam.

"Nggak ngerepotin sama sekali, kamu juga gini karena lagi hamil."

"Anak Ayah, sehat sehat ya di sana," Adam menegakkan tubuh yang tadi memeluk Dellia, ia mengelus perut Dellia pelan lalu mencium perut Dellia yang sudah mulai membesar.

"Cium," pinta Dellia pelan.

Adam kembali memcodongkan badannya, ia memberi lumatan kecil ke bibir Dellia, lalu mengecup kedua pipi Dellia, begitu pun dengan dahi yang tidak luput dari ciuman Adam.

"Ium Kala."

Adam dan Dellia terperanjat dengan suara anak mereka. Mereka lupa dengan kehadiran Sankara yang berada di kamar mereka juga. Dellia menutup wajahnya yang memerah, bagaimana bisa Dellia meminta hal seperti itu disaat ada anak mereka yang masih berada di kamar.

"Iya sini Ayah cium," Adam menarik Sankara mendekat dan memberikan ciuman mengebu di wajah sang anak. Sankara pun tertawa terbahak-bahak.

"Semoga, Kara nggak ingat ya Mas pas besar nanti," ucap Dellia pelan.

"Nggak, paling lupa kan Kara masih kecil," lanjut Adam. "Kara sapa dulu adiknya."

Kara mendekat ke perut Dellia dan langsung memeluk perut Dellia.

"Ma cucu."

"Mas tolong buat susu buat Kara ya."

"Oke."

***

"Mas sakit," Dellia menepuk keras lengan Adam pada malam hari. Perutnya sangat sakit, apa ini sudah waktunya malahirkan?

Adam terbangun dari tidur, ia menatap Dellia panik. Adam yang mengerti apa yang terjadi mambuat Adam langsung memboyong Dellia ke rumah sakit. Dellia yang sudah hamil tua membuat Adam yakin jika sekarang adalah waktunya istrinya melahirkan anak kedua mereka.

Adam lemas seketika saat tahu bahwa Dellia harus dioperasi.

Keadaan rumah sakit semakin mencekam apalagi sudah tengah malam seperti ini. Adam menunggu di luar sendirian.

Adam sendirian karena belum mengabari keluarga mau menelepon pun Adam juga tidak membawa ponsel. Adam tidak membawa ponsel karena tadi terlalu terburu-buru.

Tangan Adam bergetar karena terlalu panik, ia mencoba tenang. Adam menunggu puluhan menit dengan perasaan yang sangat tidak tenang.

Kegelisahannya pudar saat suara bayi yang menangis kencang. Teriakkan bayi membuat Adam lega sekaligus bertanya-tanya karena ia belum tahu bagaimana keadaan Dellia dan anaknya sekarang.

Setelah operasi selesai, baru Adam bisa bertanya tentang keadaan anak dan istrinya. Alhamdulillah, keadaan mereka baik baik saja. Dan kali ini anak mereka berjenis kelamin laki-laki lagi.

Setelah mengazankan anaknya. Adam langsung menelepon keluarganya dengan meminjam alat komunikasi dari rumah sakit.

Saat dikabarin, Keluarga Adam dan Dellia protes dengan Adam yang tidak mengabari lebih awal. Dan menjelaskan jika ia lupa membawa ponsel.

Tidak lama keluarga Adam datang lebih awal, ini juga dikarenakan rumah mereka lebih dekat dengan rumah sakit dari pada rumah keluarga Dellia.

Adam menatap anaknya dengan senyuman, Sankara berjalan dengan digandeng oleh Kakeknya.

Bad Husband |END|✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن