33. Apakah Tidak Apa-apa?

119 21 7
                                    

"Loh, aku kan nggak pesen es krim," kata Nayya saat Valdy meletakkan seporsi es krim vanilla stroberi dan susu UHT rasa stoberi di hadapannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Loh, aku kan nggak pesen es krim," kata Nayya saat Valdy meletakkan seporsi es krim vanilla stroberi dan susu UHT rasa stoberi di hadapannya.

"Bukannya kamu emang suka es krim rasa ini?" tanya Valdy kemudian duduk di samping Nayya.

Ranita dan Lalita sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Valdy yang sering tiba-tiba membawakan Nayya sesuatu ke kantin seperti ini. Berbeda dengan Malina dan Riana yang baru ikut bergabung dengan mereka lagi. Kedua cewek itu menatap Valdy heran.

"Kakak tau makanan kesukaannya Nayya?" tanya Malina heran sekaligus tak yakin dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.

"Jangan-jangan Kakak naksir Nayya?" celetuk Riana tepat sasaran. "Kayak yang kamu bilang waktu itu kan, Ta?" Riana mencari pembenaran kepada Ranita.

"Udah terbukti kok, Na," sahut Ranita santai.

"Maksudnya mereka berdua udah jadi passphhh ...." Nayya langsung menutup mulut Riana sebelum suaranya yang menggelegar terdengar ke seluruh penjuru kantin.

"Jangan berisik. Bisa mati aku kalo penggemarnya tau," kata Nayya dengan suara amat pelan sambil meletakkan telunjuknya di depan bibir.

"Ah, paham ... paham." Malina yang lebih cerdas langsung memahami situasinya.

"Kamu suka ngegosipin aku ya, Nay?" Valdy memicingkan matanya curiga.

"Ge-er banget. Apa bagusnya ngegosipin Kakak?" Nayya mencebik.

"Nggak ada bagusnya tapi kamu mau juga, kan?" Skak Mat, Nayya hanya bisa memalingkan tatapannya ke segala arah saat Valdy menatapnya dari jarak yang sangat dekat dari wajahnya.

"Kakak nggak ada jam ngajar apa? Rajin banget ke kantin?" celetuk Nayya seakan ingin mengusir Valdy yang selalu berhasil membuatnya salah tingkah setiap kali mereka bertemu.

"Ada nih, sebentar lagi." Valdy melirik jam tangannya lalu menepuk kepala Nayya pelan sebelum lanjut berkata, "Jangan manyun terus, nanti sore aku temenin kamu di perpus."

"Aaah⁓ Tolong jangan pamer di sini dong, Kak. Kasihan jiwa-jiwa jomlo kami ini!" protes Lalita sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Valdy hanya tersenyum sekilas lalu pergi meninggalkan mereka dalam kegalauan yang panjang.

"Kak Valdy nggak keberatan kamu sembunyi-sembunyi kayak gini?" tanya Riana penasaran. Nayya mengangguk pelan sambil memakan es krimnya. "Wuah, dia sabar banget ya?"

"Maksudnya?" Nayya menoleh menatap Riana.

"Ya ... pasti harus siap nahan sabar kalo lihat ada cowok deketin kamu, sedangkan dia nggak bisa bilang kalo kamu pacarnya."

Perkataan Riana seakan merasuk jauh ke dalam pikiran Nayya. Kalimat itu terus terngiang-ngiang bahkan sampai Nayya sudah berada di perpustakaan menunggu Valdy datang. Nayya menjadi tidak fokus menyelesaikan naskah gambarnya hari ini. Cewek itu hanya menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong, sedangkan tangannya sibuk mencorat-coret buku sketsanya sampai membentuk bulatan bola benang kusut.

Peretas Hati (Terbit) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora