29. Drama Pun Dimulai

148 22 4
                                    

Sepertinya hari ini suasana Valdy sedang baik, karena menurut Nayya kakak aslab yang satu itu tidak segalak sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepertinya hari ini suasana Valdy sedang baik, karena menurut Nayya kakak aslab yang satu itu tidak segalak sebelumnya. Bahkan ketika Nayya kesulitan memahami materi yang dia sampaikan, cowok itu dengan sabar membantu menjelaskan. Hari ini sungguh hari pertama dalam hidup Nayya bisa menyelesaikan kelas praktikum pemrograman dengan amat tenang.

Akan tetapi, memang agak sedikit aneh. Nayya sampai beberapa kali melirik ke meja Valdy di depan ruang praktikum. Cowok itu terlihat tenang membereskan berkas materi. Hingga tiba-tiba cowok itu mengangkat kepalanya dan bertemu pandang dengan tatapan Nayya. Valdy tersenyum. Apa?! Senyum?

Mata Nayya membulat. Kaget juga walau hanya sebuah senyuman, tetapi ini pertama kalinya Valdy melemparkan senyuman seperti itu. Di depan umum pula, karena belum semua teman sekelas Nayya keluar ruangan sehabis praktikum.

"Eh, barusan Kak Valdy senyum sama siapa?" tanya Lalita yang kebetulan sedang menatap ke depan ruangan. "Ke kamu ya, Nay? Aku nggak salah liat kan, Nay?" tanyanya lagi sambil menarik-narik lengan Nayya.

"Mana kutahu," sahut Nayya singkat.

"Ayok ah, buruan ke kantin. Lapar, nih!" Ranita yang sudah selesai merapikan bukunya pun mencolek kedua sohibnya yang masih sibuk ngobrol.

Nayya dan Lalita bergegas merapikan buku mereka dan berjalan beriringan keluar dari ruang praktikum. Di depan ruangan mereka sempat berpapasan dengan Zelia yang baru saja masuk ke ruangan lab Valdy. Cewek cantik itu terlihat tergesa-gesa. Raut wajah khawatir terlihat jelas tercetak pada paras cantik yang tertutup riasan sempurna tersebut.

"Val, kenapa telepon aku nggak kamu angkat semalam? Kenapa kemarin ngilang gitu aja? Apa bahu kamu sakit lagi?" tanya Zelia tanpa jeda.

"Aku nggak apa-apa." Zelia tak puas mendengar jawaban Valdy yang singkat. Cewek itu lalu mengulurkan tangannya menekan bahu Valdy dan alhasil cowok itu seperti meringis menahan nyeri.

"Kamu tau, Val? Jangan pernah berpura-pura kuat di depanku, karena aku pasti akan tau kalau kamu nggak baik-baik aja." Zelia menatap Valdy lekat-lekat. Cewek itu sungguh-sungguh mengkhawatirkan Valdy, terlihat dari bagaimana cara Zelia menatapnya barusan.

"Aku benar-benar nggak apa-apa, Zel. Ini cuma nyeri karena semalam aku salah posisi tidur, bahuku kaku."

"Oke, kalo memang kamu bilang gitu. Tapi kenapa sih kamu nggak pernah kasih tau aku kalau ada sesuatu terjadi sama kamu? Aku selalu bilang kan, sama kamu. Aku akan jadi orang pertama yang peduli tentang kamu, karena ... aku sayang kamu, Val. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."

Suara ketukan di pintu menginterupsi percakapan serius keduanya. Kepala Nayya menyembul di balik pintu.

"Maaf ... aku mau ambil bukuku yang ketinggalan," ucap Nayya hati-hati. Ngeri sendiri melihat bagaimana Zelia menatapnya barusan. Cewek itu seakan ingin mencekik Nayya karena mengganggu momen pentingnya.

Peretas Hati (Terbit) Where stories live. Discover now