27. Setajam Tatapan Medusa

146 23 10
                                    

"Kenapa aku ngerasa kalo akhir-akhir ini Kakak jadi suka ikutan nimbrung di sini?" tanya Ranita sambil memicingkan matanya curiga saat Valdy baru saja meletakkan seporsi sate lengkap dengan lontongnya di meja panjang yang mereka tempati

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Kenapa aku ngerasa kalo akhir-akhir ini Kakak jadi suka ikutan nimbrung di sini?" tanya Ranita sambil memicingkan matanya curiga saat Valdy baru saja meletakkan seporsi sate lengkap dengan lontongnya di meja panjang yang mereka tempati. "Kalo Kak Kenan sih jelas, sering ikutan nimbrung karena suka Nayya. Nah, kalo Kakak ngapain?"

Valdy sempat menatap Ranita dengan tatapan tajam sebelum menjawab dengan raut wajah cueknya, "Mejanya kan, panjang. Bisa dipakai buat sama-sama." Ranita hanya bisa melongo bingung. Pada akhirnya cewek itu hanya bisa manggut-manggut saja.

"Ini juga, kenapa Kak Yasa ikutan dibawa ke sini? Bikin rusuh aja!" protes Lalita yang sejak tadi sibuk sikut-sikutan dengan Yasa yang duduk di sebelahnya.

"Loh, di mana ada Valdy, ya jelas akan ada aku di situ." Yasa menaik turunkan kedua alisnya dengan sikap penuh percaya diri sedangkan Lalita mengerlingkan matanya malas.

Nayya yang sejak tadi hanya jadi pendengar sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Tentang ucapan Valdy semalam, saat cowok itu bertanya pendapatnya kalau Zelia berada dekat dengan cowok itu. Sialnya orang yang sedang Nayya pikirkan kini muncul di hadapannya dengan sikap seperti biasanya. Seperti tuan putri yang harus selalu diperhatikan, cewek itu langsung mengambil alih atmosfer di sekeliling Nayya.

"Ternyata kamu di sini. Dari tadi aku nyariin kamu, loh!" kata Zelia saat menghampiri Valdy dan mulai menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin.

"Kenapa?" sahut Valdy singkat.

"Ditungguin yang lain di lapangan. Bentar lagi mau mulai latihan." Zelia yang berdiri di samping Valdy meletakkan tangannya di bahu cowok itu. Hal ini membuat mata Nayya melebar. Otaknya kembali mengulang kata-kata Valdy semalam.

Hah! Mana mungkin aku cemburu. Nayya mendengkus pelan sambil memalingkan wajah agar matanya tidak terkontaminasi pemandangan yang mencemarkan ketenangan batinnya.

Namun di menit selanjutnya, mata Nayya tanpa sengaja melihat Zelia menundukkan kepala dan berbisik di telinga Valdy. Entah apa yang sedang cewek itu bisikkan pada Valdy yang jelas raut wajah cowok itu terlihat biasa saja bahkan tidak ada tanda-tanda merasa risih atau canggung.

Pemandangan yang seperti ini memacu detak jantung Nayya lagi. Tiba-tiba saja dadanya terasa penuh seakan dialiri lahar panas yang bergolak. Nayya menarik napas panjang berusaha meredakan rasa panas yang mengalir dari dada hingga ke wajahnya. Sayangnya Nayya salah mengambil napas. Di mulutnya masih ada sisa makanan yang sedang dikunyah dan alhasil Nayya terbatuk-batuk kencang karena tersedak.

Valdy yang berada tepat di samping Nayya langsung mengalihkan fokusnya. Valdy segera menyodorkan es teh manis miliknya dan menepuk pelan punggung cewek itu.

"Gimana? Udah enakkan? Makannya pelan-pelan, Nay!" ucap Valdy khawatir. Cowok itu menatap Nayya dalam jarak yang sangat dekat kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap ujung bibir cewek itu. "Mana makannya juga belepotan gini."

Peretas Hati (Terbit) Onde histórias criam vida. Descubra agora