6. Sang Idola

237 46 0
                                    

Suara peluit yang menandakan usainya pertandingan tenggelam oleh gemuruh suara teriakan para penggemar bintang basket yang terlihat bersinar di tengah lapangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara peluit yang menandakan usainya pertandingan tenggelam oleh gemuruh suara teriakan para penggemar bintang basket yang terlihat bersinar di tengah lapangan. Dari atas tribun Nayya bisa melihat dengan jelas cowok yang selalu membuatnya dongkol itu sedang menyugar rambutnya yang basah karena keringat. Kalau diperhatikan memang terlihat tampan. Pantas saja semua mahasiswi rela meninggalkan jam perkuliahan demi menontonnya bertanding.

Seruan dan teriakan yang memberikan semangat serta selamat masih menggaung dan menggema memenuhi gelanggang olahraga tersebut. Beberapa cewek di tribun bawah bahkan meneriakkan kata cinta untuk Valdy. Berbeda dengan para mahasiswi itu, Nayya memilih untuk segera keluar dari stadion. Namun Ranita lebih cepat menahan lengannya dan menarik Nayya turun mendekati lapangan. Langkah lebar Ranita yang penuh semangat bahkan nyaris membuat Nayya ikut terseret. Belum lagi harus berdesakan dengan para penggemar tim basket.

"Kita mau ngapain sih, Ta di sini?" tanya Nayya sedikit kesal karena terdorong ke kanan dan ke kiri oleh barisan para penggemar tersebut.

"Mau kasih ini buat Kak Davon!" kata Ranita dengan mata berbinar mengacungkan sebotol air mineral.

"Ya ampun, aku kira mau ngapain. Udah ah, aku tunggu di luar aja ya!"

"Eh, jangan. Temenin aku dulu, biar enggak terlalu grogi," sahut Ranita sambil menggigit bibirnya.

Tak tega meninggalkan Ranita, akhirnya Nayya pasrah terjepit di dalam barisan penggemar di tepi lapangan. Hingga barisan yang rapat itu membelah dua untuk memberikan jalan pada tim basket yang hendak keluar gedung. Dari ujung barisan, Nayya melihat Valdy berjalan paling depan diikuti oleh timnya. Kesempatan ini tentu saja segera dimanfaatkan para penggemar untuk menarik perhatian Valdy. Dari mulai memberikan minuman, handuk, cokelat bahkan surat cinta. Sebegitu banyak hadiah tak ada satu barang pun yang Valdy ambil.

Namun tiba-tiba Valdy melangkah cepat menghindari kerumunan yang mengelilinginya dan merebut botol air mineral yang sedang Nayya pegang. Seketika saja suasana menjadi hening. Semua mata tertuju pada Nayya dan Valdy. Nayya yang terkejut hanya bisa menganga lebar walaupun ingin protes karena minumnya diambil tanpa izin. Ranita bahkan harus menyikut Nayya dengan keras untuk menyadarkan sahabatnya kalau Valdy sedang mengucapkan terima kasih sambil meneguk minuman yang diambilnya dari Nayya.

Ketika kesadaran Nayya sudah sepenuhnya kembali, Valdy sudah melangkah jauh meninggalkan barisan penggemar yang kini menatap Nayya dengan tatapan penuh sinar laser. Menyadari ada aura membunuh dari tatapan seluruh penggemar tim basket, Nayya segera menarik Ranita keluar gedung dan menjauh sejauh-jauhnya dari area gelanggang olahraga. Dengan begitu Nayya baru bisa bernapas lega.

"Sejak kapan Kak Valdy jadi sedekat itu sama kamu, Nay?" tanya Ranita heran.

"Apanya yang dekat? Dia tuh nyuri minum aku, Ta!"

"Tapi kamu emang beruntung banget, Nay! Kak Valdy gitu loh!"

"Apanya yang beruntung?"

"Kamu enggak dengar tadi teriakan cewek-cewek di stadion? Kak Valdy tuh bukan cuma paling cakep satu angkatan, dia idolanya kampus Gunadhya, Nay!"

Peretas Hati (Terbit) Where stories live. Discover now