1. Hari Yang Buruk

1.2K 106 5
                                    

Gudang?! Kampret tuh cowok!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gudang?! Kampret tuh cowok!

Nayya mengumpat dalam hati sambil memandang bangunan kecil sederhana dengan pintu kayu tua dan papan nama usang di atasnya. Bukannya tiba di tempat yang ingin dia tuju, tetapi malah tersesat di bagian belakang kampus tempat bangunan gudang berada. Lengkap sudah kesialan yang dialaminya hari ini. Sudah bangun kesiangan, terlambat di hari pertama praktikum dan kini bahkan tersesat di sudut paling belakang kampusnya.

Nayya segera membalikkan badan dan melangkah cepat kembali menyusuri jalan yang tadi dia lalui. Untung saja seorang petugas kebersihan kampus lewat di depannya dan memberitahukan arah yang benar ke gedung lab komputer. Tentu saja dengan secepat kilat Nayya berlari menuju gedung yang dimaksud, berkejaran dengan waktu yang tersisa lima menit lagi sebelum jam praktikum di mulai.

Untunglah Nayya tiba tepat waktu meski dengan napas yang nyaris terputus akibat berlari menaiki tangga hingga ke lantai empat.

"Pas banget!" Suara Ranita, sahabatnya sejak masa orientasi itu terdengar menyapa gendang telinganya pertama kali. Sang sahabat menatap prihatin kondisi Nayya sambil mengusap pelan punggungnya.

"Kamu enggak apa-apa, Nay?" tanya Lalita khawatir.

Nayya mengatur napas dan menegakkan tubuhnya sambil melambaikan tangan tanda dia baik-baik saja. Baru saja Nayya melangkah maju menuju pintu ruang lab komputer, saat seseorang menabraknya. Nayya oleng ke kiri nyaris terjatuh kalau saja Ranita tidak menahannya.

Nayya meringis pelan mengusap bahunya yang nyeri bersamaan dengan kalimat maaf terdengar dari cowok yang menabraknya. Nayya mendongak dan membelalak saat melihat siapa cowok tersebut.

"Lain kali jangan berdiri di dekat pintu masuk!" ucap cowok itu dengan nada yang membuat siapa saja yang mendengarnya menjadi jengkel. Belum lagi tatapan matanya yang dingin dilengkapi sikap tak acuhnya yang membuat Nayya makin menggertakkan giginya geram.

"Kamu kan si pemberi informasi palsu tadi!" todong Nayya dengan telunjuk mengarah pada wajah cowok di depannya. "Gara-gara kamu aku kesasar dan hampir terlambat datang ke sini, tahu!" sungut Nayya kesal.

Cowok itu tak langsung menanggapi tuduhan Nayya. Dia terlihat berpikir sejenak hingga sadar akan suatu hal. "Ah, jadi kamu cewek kacau yang tadi itu," gumamnya pelan sambil menyeringai tipis. Tatapan matanya yang seperti elang menyelisik cewek yang sedang mendelik marah ke arahnya. "Bukan salahku kamu jadi tersesat. Kamu sudah lari lebih dulu sebelum aku memberikan arah yang benar."

"Apa maksudmu? Jelas-jelas kamu menunjukkan arah yang salah!" sembur Nayya masih tak terima.

"Apa aku sudah mengatakan di mana letak gedung yang kamu tanyakan?" tanya cowok itu dengan wajah tenang, tak termakan suasana panas yang ditimbuklan Nayya. Sebaliknya, cewek yang sedari tadi memasang wajah masam kini mulai berubah pucat. Gelengan pelan terlihat di kepalanya.

Nayya kembali mengingat detail kejadian tadi dan memang benar kalau cowok itu belum mengucapkan sepatah kata pun. Nayya saja yang salah mengartikan tengokan kepala cowok itu yang dia pikir sebagai isyarat untuk menunjukkan arah gedung yang sedang ditanyakannya.

Peretas Hati (Terbit) Where stories live. Discover now