15. Badai Yang Belum Tiba

163 31 0
                                    

"Shita!" panggil Nayya begitu melihat sang peramal hendak memasuki gedung lab komputer

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Shita!" panggil Nayya begitu melihat sang peramal hendak memasuki gedung lab komputer.

Langkah Shita berhenti tepat di depan pintu masuk gedung. Cewek itu menoleh dan menunggu Nayya menghampirinya.

"Ini payung kamu. Kemarin sore nggak jadi hujan, cuma mendung. Lagipula hari ini juga cuacanya cerah, jadi aku kembaliin aja payungmu."

Shita tak langsung merespon. Cewek itu hanya mengamati wajah Nayya bukannya langit dan cuaca yang saat itu sedang dibicarakan Nayya. Setelah beberapa detik, terdengar helaan ringan saat Shita menarik napas.

"Kamu bawa aja dulu. Hujan badai itu belum tiba. Takutnya kamu malah nggak ada persiapan saat badai itu datang." Begitu menyelesaikan kalimatnya Shita berbalik melangkah pergi meninggalkan Nayya terbengong-bengong heran sendiri di depan gedung.

"Heh, kenapa ngelamun di sini? Kan udah aku suruh duluan buat cariin tempat!" Ranita yang baru saja tiba menepuk bahu Nayya untuk menyadarkan sahabatnya itu dari bahaya melamun di tengah jalan.

"Kenapa mukamu pucat gitu? Kamu masih belum sehat Nay?" tanya Lalita sambil mengamati keseluruhan ekspresi wajah Nayya.

"Enggak kok. Aku sehat, tapi lama-lama otakku yang jadi nggak sehat."

"Hah?"

"Itu tadi... aku ketemu Shita. Tadinya mau ngembaliin payung, eh dia malah bilang sesuatu kayak badai gitu. Bikin aku pusing!" gerutu Nayya sambil menggaruk keningnya yang tak gatal.

"Kayak baru kenal Shita sehari aja. Dia kan emang biasa ngomong aneh-aneh. Udah biarin aja. Masuk yuk! Kalo terlambat nanti kena semprot kakak aslab." Lalita pun menyeret Nayya masuk ke dalam gedung lab.

Kali ini mereka praktikum di lantai tiga, bukan kelas yang bisanya dijaga Valdy. Nayya sudah senang terbebas dari Valdy. Setidaknya lab ini favoritnya, lab multimedia. Nayya suka menggambar dan masuk lab multimedia membuatnya merasa percaya diri. Setidaknya dia sedikit mengerti tentang multimedia ketimbang pemrograman seperti yang diajarkan di lab Valdy.

Namun langkah riang Nayya harus terhenti saat memasuki ruangan lab. Baru masuk saja wajah yang tak ingin ditemui Nayya sudah terpampang jelas di depannya. Siapa lagi kalau bukan Valdy. Untuk sejenak Nayya tertegun dan merasa mood baiknya menguap begitu saja. Tiba-tiba alarm waspada dalam dirinya menunjukkan sinyal-sinyal bahaya.

"Loh, Val, tumben ada di sini?" Suara lembut yang syahdu terdengar di belakang Nayya diiringi ketukan irama heels beradu dengan lantai keramik.

"Hmm... aku yang bawa materi hari ini."

"Kamu? Bukannya hari ini jatahnya Melanie, ya?" Zelia, aslab penanggung jawab lab multimedia segera membuka buku daftar hadir aslab yang sejak tadi dibawanya. Meski wajahnya terlihat bingung tetapi binar matanya menunjukkan kalau dia senang melihat Valdy ada di labnya hari ini.

"Dia bilang ada urusan mendadak. Minta aku yang gantikan mengisi materi hari ini."

"Oke. Nggak masalah." Senyum manis mengembang di wajah Zelia dan membuat gadis itu terlihat semakin menawan.

Peretas Hati (Terbit) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن