12. Invasi Valdy

191 42 4
                                    

"NAY

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"NAY... NAY... NAY!"

"Ada apaan sih?" Teriakan Lalita dan sikutan tangannya di lengan Nayya membuat cewek itu geram. Masalahnya sikutan Lalita bisa membuat tangan Nayya lebam-lebam.

Pasti Lalita baru saja menemukan gosip terhangat di Gu-date. Kalau sudah menemukan berita terbaru yang meledak di Gu-date (Gunadhya Update), situs informasi mahasiswa Gunadhya, Lalita pasti bereaksi seheboh dan segila ini. Entah gosip terhangat seputar para idola kampus atau berita terbaru di setiap fakultas pasti akan Lalita baca sampai puas lalu menceritakannya kembali kepada teman-temannya dengan penuh semangat. Memang dasar si biang gosip. Setiap ada gosip baru, Lalita lah yang akan pertama tahu.

"Ini foto kita kemarin di kantin, kan?" Lalita menyodorkan ponselnya ke tengah-tengah agar Ranita dan Nayya bisa melihatnya.

"Kok bisa masuk Gu-date?" tanya Nayya heran. "Mana foto aku yang paling jelas lagi. Emang ini berita tentang apaan sih?"

"Jelas pasti bakal masuk Gu-date, lah! Kemarin yang duduk di sampingmu itu siapa?" kata Lalita balik bertanya.

"Kak Valdy," jawab Nayya cepat. Masih bingung antara duduk di samping Valdy dan masuk Gu-date itu apa.

"Helooow... Valdy kan bintangnya kampus dan selama ini nggak pernah ada yang diizinkan duduk di samping dia selama di kantin. Sedangkan kemarin dia justru inisiatif duduk di samping kamu, Nay! Gimana nggak jadi berita heboh di Gu-date?" jelas Lalita panjang lebar dengan semangat menggebu-gebu.

"Cuma gitu doang kenapa heboh banget, sih?" Nayya tak mau ambil pusing karena ada suara yang sejak tadi mengusik pendengarannya.

Cewek itu memandang sekeliling mencari-cari asal suara dan menemukan si pemilik suara tersangkut di atas dahan pohon dekat bangku taman yang sedang Nayya duduki bersama teman-temannya.

"Kamu mau ngapain, Nay?" tanya Ranita ketika Nayya tiba-tiba berdiri sambil mendongak melihat keadaan di sekeliling pohon kersen di sampingnya.

"Ada kucing nyangkut di pohon. Dia nggak bisa turun kalo nggak ditolongin."

"Eh, buset Nay! Kamu beneran mau naik?" sergah Lalita saat Nayya meletakkan tasnya di bangku taman.

"Iya, La. Kesian tuh kucing ketakutan."

"Tapi itu pohon lumayan tinggi, Nay!" tambah Ranita dengan wajah cemas melihat kenekatan temannya yang satu itu.

Nayya tak mendengarkan larangan kedua temannya. Cewek itu naik ke atas bangku taman yang terbuat dari beton yang berada di samping pohon tersebut. Nayya berjinjit dengan kedua tangan memegang ranting yang paling rendah kemudian berusaha memanjat salah satu batang pohon kersen yang terlihat kokoh. Setelah kakinya menemukan pijakan yang aman, Nayya mulai mengulurkan tangan mengambil si kucing yang sedari tadi mengeong tanpa henti.

"Hati-hati, Nay!" teriak Lalita yang sibuk memperhatikan Nayya sambil berjalan mengelilingi pohon dengan khawatir.

Nayya berhasil meraih si kucing kecil yang ketakutan itu. Cakar-cakarnya yang tajam mencengkeram lengan Nayya dengan kuat hingga meninggalkan bekas luka baret. Nayya menggendongnya hati-hati dan berusaha turun dari pohon dengan perlahan. Sayangnya pijakannya meleset. Nayya terpeleset dan jatuh berdebam di tanah.

Peretas Hati (Terbit) Where stories live. Discover now