32

725 164 49
                                    

SIAPA YANG KANGEN?

Aku kangen kalian 🥺 maaf aku ngilang lagi ya 😞

Kalian apa kabar?


Happy reading!^^



~°~°~



Aku ingat setiap detail ketika aku tenggelam. Kejadian paling mengerikan yang mengubah hidupku selamanya menjadi kelam dan lebih kelam.

Hari itu adalah pertengahan musim panas. Sejak pagi cuaca sudah panas. Aku dan Jeonghan berinisiatif membantu Ibu menyiram tanaman di halaman rumah sementara Ibu dan Ayah menanam bibit-bibit bunga di rumah baru kami. Kebetulan Ayah mendapat waktu libur sehingga kami bisa menghabiskan waktu bersama-sama.

"Panas sekali deh," keluhku. Meski sinar mentari amat menyengat, senyuman lebar masih menghiasi wajah polosku. Selama ada kakakku di sana, tak ada satu hal pun yang bisa membuatku takut, lelah, ataupun sedih.

"Mandi dong!" ledek Jeonghan sambil menghadapkan tubuhnya ke arahku. Selang di tangannya ikut bergerak sehingga rok merah mudaku terciprat air.

"Kakak! Jangan siram aku!" protesku sambil melompat.

Jeonghan tertawa keras. "Maaf, tidak sengaja!"

"Ihh! Pegang yang benar! Basah tahu!" protesku lagi karena air dari selang terus mengenai tubuhku. Karena kesal, aku berlari mendekatinya dan mengarahkan selang padanya untuk membalas dendam.

"Hey! Basah! Aduh!" protesnya.

Aku tak memedulikan protes itu, malah tertawa terbahak-bahak. Jeonghan pun tak marah. Ia ikut tertawa. Akhirnya kami perang air sampai basah kuyup. Orang tua kami menyaksikan sambil tertawa.

"Kak! Sudah! Aku menyerah!"

Aku menjatuhkan diri di atas rumput dan menarik napas panjang-panjang. Bersikap agak dramatis kalau dipikirkan. Jeonghan pada saat itu mengikutiku sambil tertawa.

"Sudah mainnya anak-anak?" tanya Ibu seraya menghampiri kami. Kami segera beranjak duduk.

Ayah ikut menghampiri. Satu tangannya merangkul bahu Ibu, sedang satunya berkacak pinggang. "Nah, berhubung sudah basah, bagaimana kalau kita main di kolam renang kompleks?"

"Yeay! Ayo! Ayo!"

Aku dan Jeonghan bergegas menuju kamar masing-masing dan membawa perlengkapan berenang. Dulu aku selalu berpikir bahwa pindah ke kota adalah hal yang menyenangkan. Rumah kami jauh lebih besar, aku punya kamar sendiri, ada kolam renang dan lapangan olahraga satu blok dari rumah kami.

"Kak! Tangkap!"

Aku melempar bola karet merah muda ke arah Jeonghan. Kami bermain-main di kolam renang yang dalamnya hanya sebatas pinggangku, belajar berenang bersama Ayah, bermain cari koin, dan makan bekal dari Ibu.

"Kak! Basah!"

Aku ingat tertawa sangat keras ketika kami duduk di pinggiran kolam. Jeonghan menghentakkan kakinya kuat-kuat ke air sehingga tubuh kami terus terciprat air.

"Kita, kan, sedang berenang. Sudah tanggung basah."

"Kalian masih bersemangat ya?" tanya Ayah sambil terkekeh. Ia beranjak, membuat perhatian kami langsung beralih padanya. "Kalian main-main berdua ya? Ayah beli minum sebentar."

Perginya Ayah adalah awal mula petaka. Aku ingat berinisiatif melompat ke dalam kolam sendirian setelah bosan duduk di sisi kolam. Ada yang aneh. Usiaku saat itu masih lima tahun, tapi aku pun peka akan perubahan yang tiba-tiba.

Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now