22

1.4K 373 55
                                    

Hello, I'm back! Do you miss me?


Happy reading!^^



~°~°~



Hari ini aku merasa tidak enak badan, jadi tidak bekeja. Aku sudah mengontak Ravn untuk sementara memimpin persiapan pembangunan. Namun karena seharian ada di kamar—dan sialnya tidak ada satu pun orang menengok—aku memutuskan jalan-jalan sebentar di dalam istana.

Matahari sudah hampir tenggelam. Sorot oranye menerangi lorong-lorong istana yang kosong.

"Ke mana semua orang?" gumamku sambil melihat-lihat sekitar. Biasanya Xu atau Josh suka berlalu-lalang di lantai satu. Paling tidak bangsawan atau menteri-menteri terlihat di sekitaran ruang singgasana. Namun hanya ada beberapa penjaga dan pelayan yang kebetulan melintas.

Aku memutuskan untuk menghampiri salah satu prajurit. Tidak menyenangkan kalau hanya jalan-jalan sendirian, jadi aku ingin mengajak salah satu kakakku untuk menemani.

"Salam, Putri Halyna!" Prajurit itu membungkuk.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Apa kau melihat salah satu kakakku?"

"Semuanya sedang berkumpul di singgasana, Tuan Putri," balas prajurit itu, membuatku terkesiap.

"Ada masalah apa?"

"Saya kurang tahu, Tuan Putri. Singgasana ditutup rapat-rapat dan hanya dua prajurit yang boleh berjaga di sana," balasnya.

Perasaanku tidak enak.

"Terima kasih," ucapku kemudian mempercepat langkah menuju ruang singgasana. Dua prajurit yang berjaga di samping pintu terkejut ketika melihatku.

"Apa keturunan Araceli yang lain ada di dalam?" tanyaku buru-buru, tak memberi mereka waktu untuk menyapa.

Kedua prajurit saling melempar pandang. Salah satunya kemudian menjawab, "Benar, Tuan Putri. Sedang ada pertemuan darurat di—"

"Biarkan aku masuk."

Prajurit satunya berujar, "Mohon maaf Tuan Putri, tapi Pangeran dan Putri meminta kami untuk melarang siapa pun masuk."

"Buka pintunya," titahku.

Kedua prajurit itu kembali melempar tatap. Bahkan mulai berkeringat. Hal tersebut membuatku mulai naik darah. Aku merasa direndahkan.

"Aku juga seorang Putri! Berani-beraninya kalian menuruti mereka tapi tidak mau mendengarku?!"

Pecah sudah emosiku. Aku ingin beristirahat satu hari saja karena tenagaku habis selepas bertarung kemarin dan aku tidak ingin sekali pun memikirkan permasalahan istana. Tapi, bukan berarti aku berhenti menjadi Putri!

Aku memang anak bungsu dan jauh lebih muda daripada mereka semua. Tapi, apa itu membenarkan tindakan mereka dalam mendiskriminasiku? Apa mereka berhak mengesampingkan pendapatku?!

Aku yakin seratus persen mereka mengulangi hal yang sama; membicarakan nasibku tanpa kehadiranku.

Apa mereka pikir aku ini tidak punya akal? Apa mereka sangka aku ini bodoh dan tidak bisa mengurus diriku sendiri?!

Aku baru menginjakkan kaki di tempat ini, bukan berarti aku tidak tahu apa-apa!




"Kalian ini keras kepala sekali! Aku sudah memperingatkan kalian untuk tidak membiarkannya bekerja di luar istana! Lihat apa yang terjadi padanya sekarang!" Suara Josh yang menggebu-gebu tiba-tiba terdengar.

"Dia harus belajar menghadapi konsekuensi atas pilihan yang dibuat. Sungguh tidak benar menghentikan langkahnya seperti ini," sahut Lizy tenang, jauh berbeda dari pria itu. Namun karena ruangan itu kosong suaranya tetap terpantul ke luar meski terdengar pelan.

Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now