31

1K 198 65
                                    

HAIIII!!!

Peluk dulu kangen 🤗


Happy reading!^^



~°~°~



Aku menatap pantulanku di cermin. Gaun ungu, sepatu ungu, dan perhiasan bernuansa ungu membalut tubuhku. Hadiah dari Scoups tempo dulu.

Aku tidak bisa tersenyum. Sudah beberapa hari ke belakang aku banyak diam di kamar. Menghindar dari orang lain agar terlihat canggung dan tak nyaman. Supaya orang-orang berpikir bahwa aku masih belum mengingat apa-apa.

Ohh ... sebenarnya bukan itu alasanku tak bisa tersenyum.


Aku memikirkan dua hal: keadaan Scoups yang tak kunjung membaik, juga mimpiku mengenai Jeonghan.

Kenapa aku tiba-tiba memimpikannya?

Padahal aku sudah hampir lupa. Lupa akan kehidupanku di dunia manusia biasa, keluarga yang pernah kumiliki, juga kepedihan yang melandaku selama bertahun-tahun tinggal di sana.

Aku tidak ingin memikirkannya, namun hal tersebut bersarang di kepalaku dalam jangka waktu yang sangat panjang. Itulah mengapa aku kesulitan untuk tersenyum. Bahkan sekarang saat aku duduk bersama ketiga kakakku di meja makan.

Aku hanya diam, mencoba menikmati makanan yang tersaji di piringku. Padahal yang lain berusaha keras menghidupkan suasana dengan pembicaraan sederhana dan hangat.

"Apa yang akan kalian lakukan hari ini?" tanya Lizy.

Xu menjawab, "Tidak ada yang spesial hari ini. Hanya latihan biasa. Mungkin juga aku ikut patroli sore nanti."

"Aku harus menghadiri rapat penting di batas kota, tetapi kursi Raja tidak boleh ditinggalkan terlalu lama," balas Josh, "aku masih mempertimbangkan mana yang mesti diprioritaskan."

"Kebetulan aku kosong hari ini. Bagaimana kalau aku yang turun ke batas kota? Aku akan mengirimkan laporannya padamu nanti," usul Lizy. "Lagipula kursi itu tidak boleh kosong. Apalagi ada banyak hal yang perlu kita urus akhir-akhir ini."

"Aku akan sangat berterima kasih," balas Josh.

Lizy kemudian bertanya padaku, "Bagaimana denganmu, Dik?"

Aku langsung mengangkat kepala. Mendapati diriku sudah menjadi pusat perhatian. Kugigit bibir dengan gugup. Takut hal yang kukatakan akan menjerumuskan diriku sendiri. Aku masih perlu berpura-pura tidak ingat apa-apa mengenai kerajaan ini.

"Aku tidak tahu," balasku berusaha terdengar polos dan bingung. "Mungkin aku harus mulai memeriksa tempat kerjaku? Tidak mungkin selamanya aku hanya duduk diam di kamar dan mengabaikan kewajibanku."

"Langkah yang bagus," balasnya sambil tersenyum. Ia meraih tanganku dan mengusapnya pelan. "Jangan terlalu memaksakan diri. Jika kau lelah, segera istirahat. Tidak papa .... Pelan-pelan saja. Kau punya tim yang hebat. Sejauh ini mereka mampu mengisi kekosongan posisimu dengan baik."

Aku hanya mengangguk sebagai balasannya. Sudah kubilang aku sulit tersenyum bukan? Selain memikirkan mimpiku tempo hari, aku juga terus mencurigai semua orang. Aku tidak tahu mana dari mereka yang memberiku perhatian palsu, jadi aku tidak bisa mencegah diriku untuk berhati-hati. Terlebih saat ini aku sendirian.

"Ini ...." Aku menoleh ketika Josh menggeser piringnya ke arahku. "Kau suka makanan manis, jadi aku sengaja tidak menyentuhnya. Habiskan ya? Semoga bisa memberimu semangat untuk hari ini."

"Terima kasih," balasku kemudian meraih sendok dan memakan jatah kue miliknya. Toh semuanya disajikan oleh koki yang sama, jadi tidak mungkin beracun. Juga, aku perlu sesuatu untuk menambah mood.


Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now