20

1.6K 365 50
                                    

Kangen gak?

Soalnya aku kangen banget 🤗


Happy reading!^^



~°~°~




Hari baru, awal baru.

Ya, kurang lebih begitulah hari ini. Aku akan bekerja untuk pertama kalinya! Wow, aku tidak siap meluncurkan serangan super untuk menunjukkan bahwa aku kuat dan mampu menjadi penerus Araceli!

"Pagi," sapa Xu yang kebetulan baru keluar dari kamar. "Wah, kau terlihat berbeda hari ini."

"Benarkah?" tanyaku sambil menghampirinya. "Kurasa biasa saja."

"Tidak," balasnya sambil terkekeh. Ia merangkul bahuku sambil berjalan menuju ruang makan. "Kau lebih bersinar. Pasti karena ini hari pertamamu memulai project."

"Ohh, itu," balasku sambil terkekeh. Kurapikan rambutku ke belakang. "Iya, aku tidak bisa tidur karena senang sekali."

"Selamat ya, adikku," ucap Xu sambil menghentikan langkah. Membuatku ikut berhenti. "Aku punya hadiah sebagai ucapan selamat, sekaligus hadiah ulang tahun."

Xu merogoh saku dalam jasnya kemudian mengeluarkan sebuah kotak sederhana berwarna hitam. "Semoga kau menyukainya."

"Terima kasih banyak, Kak," sahutku senang sambil menerimanya. "Padahal kau tidak perlu repot-repot."

"Tidak sama sekali," balasnya sambil sedikit membungkukkan tubuh dan mengusap kepalaku. Senyuman tipis terukir di wajahnya. "Jaga baik-baik, ya, (Y/n)."

Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. Kami kemudian kembali melanjutkan langkah menuju ruang makan untuk sarapan bersama.

Setelah sarapan, aku buru-buru ke lantai tiga; tempat di mana para calon bangsawan belajar. Untuk apa? Tentu saja melakukan langkah pertama membuat organisasi; mencari anggota.



Tok Tok Tok


Aku mengetuk pintu aula pelajar kemudian membukanya. Anak-anak muda tengah berkumpul membentuk formasi lingkaran. Tampaknya tengah mendiskusikan hal serius sampai aku datang dan merebut atensi mereka.

“Ohh ... maaf, aku tidak bermaksud mengganggu. Hanya saja ada kondisi darurat,” ucapku gugup karena tak satu pun dari mereka bereaksi.

Serentak, empat sampai lima puluh orang di ruangan itu berdiri dan membungkukkan tubuh. "Salam, Putri Halyna."

Aku mengangguk kemudian masuk ke ruangan itu karena sebelumnya hanya mengintip dari celah. Kulangkahkan kakiku lebih jauh, mendekati orang-orang.

"Apa kalian sedang mendiskusikan sesuatu?" tanyaku.

Seseorang di posisi sentral, terlihat paling dewasa dan berwibawa—kuasumsikan sebagai ketua—seorang pria tersenyum. "Ya, Tuan Putri. Kami sedang mempertimbangkan tindakan yang tepat untuk mengembangkan kota yang tertinggal."

"Boleh aku bergabung?" pintaku.

Pria itu langsung menyingkir dari tempat duduknya, mempersilakanku untuk duduk. Namun, semua kursi sudah penuh jadi kuputuskan akulah yang akan berdiri.

Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now