B 35

3.2K 286 8
                                    

"Aaaa Biya congratulations! Sumpah ngeri sih, lo sidang ga ajak-ajak. Dua bulan lalu masih stuck bab 2 sekarang dah kelar aja. Mana ninggalin gue lagi." Biya terkekeh.

"Makasii Aidaa, makanya yang serius ngerjiannya. Jangan ditunda-tunda mulu."

"Lo ada kawan skripsian bareng 24/7, nah gue? Aaa mau punya pacar." Biya terkekeh sebagai tanggapan muka cemberut temannya.

Ya akhirnya skripsi Biya selesai. Sidangnya pun dihari yang sama dengan Derren. Saat ini Derren tengah sidang di dalam ruangan yang Biya gunakan tadi. Setelah percakapan malam itu, Biya benar-benar serius mengejar ketertinggalannya. Beruntung ia punya partner diskusi dan mengerjakan skripsi 24/7 kalau kata Aida.

"Bucket duit gue mana?" Tagih Biya karena Aida pernah berjanji akan memberinya bucket uang, bukan bunga ataupun makanan.

"Gue janjinya waktu lo wisuda ya, ini kan baru skripsi, whehe."

Biya mengangguk, "Awas aja kalau besok gue wisuda nggak dibawain. Yang nominalnya 100 ribuan ya."

"Ngawur, duit dari mana gue. Lo juga harus kasih gue bucket duit. Dengan nilai yg sama."

Biya berpikir sejenak.

"Kita nggak usah sama-sama ngasih aja gimana?"

"Nggak, ntar nggak ada yabg ngasih gue bucket buat foto-foto, nyesek banget kan."

"Hahah, iyaa. Kantin yuk, gue traktir."

"Aaa traktirannya kirim g*food ntar malem gimana? Gue ada janjian sama dosbing ini." Biya mendengkus.

"Itu mah lo minta dibeliin makan malam."

"Iyups benar sekali." Jawab Aida tanpa ragu.

"Ntar malam mau makan malam keluarga, lo ikut aja, makanannya pasti banyak plus enak-enak."

"Yakali Biy gue tiba-tiba ikut, aneh lah." Tolak Aida. Membayangkan berada di tengah-tengah keluarga Biya dan Derren pasti akan canggung.

"Yaudah ntar sisanya gue kirim ke kos lo." Jawab Biya bercanda. Mungkin nanti malam ia akan g*food makanan kesukaan Aida, atau meminta Derren delivery dari kafe saja.

"Ihh Biyaa. Dahlah gue mau ke ruang dosen dulu."

"Ok, good luck yaa, jangan kebanyakan sumpah serapah dalam hati, keluarin aja biar beliau tau."

"Gila lo, yang ada nggak jadi lulus gue."

***

"Aku kira kamu balik duluan." Ucap Derren duduk di depan Biya.

"Kan tadi kamu nebeng motor, kalau aku duluan ntar gimana baliknya."

"Gampang sih sebenernya, tapi thanks udah nungguin."

"Gimana tadi, lancar?" Tanya Biya saat Derren menyeruput es jeruknya.

"Huum, agak nyebelin sih dosen pengujinya, tapi alhamdulilah kelar." Biya mengangguk.

"Mau langsung ke kafe?"

"Aku izin hari ini, mau masak buat ntar malam aja." Jawab Derren kali ini mengambil alih soto Biya yang belum habis.

"Aku kira ntar malam mau delivery, by the way itu pedas, nggak tanggung jawab kalau kamu diare." Peringat Biya. Derren itu tipe yang bisa menahan pedas di mulut tapi tidak dengan perut.

"Mubazir nggak dihabisin."

"Mana ada, kamu aja yang langsung serobot, padahal tadi masih mau aku makan."

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang