B 25

3.3K 273 9
                                    

"Cuma ada satu kamar?" Tanya Biya mengamati seisi apartemen.

"Ada 2 sebenernya, tapi kamar sebelah dipakai buat ruang belajar."

"Jadi kita sekamar?" Biya kira saat pindah dia bisa pisah kamar dengan Derren.

"Kamu mau beda kamar?"

Biya menghela napas. "Yaudah,"

"Ntar aku tidur di ruang tengah." Ucap Derren mengingat 2 hari ini dirinya tidur di sofa. Jangan kira ia dan Biya tidur seranjang.

"Disini juga ada kasur lantai. Santai aja aku bisa tidur dimana aja."

"Hm,"

"Mau makan apa?" Tanya Derren berjalan menuju dapur yang hanya terpisahkan oleh rak.

"Dapur lo lengkap banget alat-alatnya." Ucap Biya mengikuti Derren ke dapur.

"Biy, kamu melanggar kesepakatan kita."

"Apa?"

"Kamu tadi bilang 'lo', hukuman gamau tau."

"Ish, kan gue belum terbiasa." Derren menatap Biya dengan senyum evil.

"Kamu bilang 'gue' barusan. 2 hukuman."

"Dereeennn," Rengek Biya tak terima.

"Aku mau apa ya? Ehm, ah iya. Ayo bikin instastory."

"Nggak mau." Jawab Biya cepat.

"Ayo atuh Biy. Ini hukuman gabisa nolak-nolak."

"Aku nggak pernah bikin, nggak mau." Bertahun-tahun menggunakan sosial media, ia tidak pernah membuat story pribadi. Lagian dirinya membuat akun sosial media juga berawal dari kebutuhan sekolah yang mengharuskan memposting lewat sosial media. Selama kuliah ini pun, hanya beberapa kali ia mengunggah snap paid promote organisasi. Postingan juga cuma ada 2. Satu twibon yang menghadap ke belakang, ia ingin menghapus postingan itu sebenarnya, tapi kelupaan terus. Postingan kedua yang diunggah Derren 3 hari yang lalu.

"Ga ada penolakan. Satu di akunku, satu di akun kamu."

"Permintaan yang lain, kalau kamu bukan selebgram oke-oke aja."

"Kamu sekarang juga selebgram." Followers Biya sekarang memang sudah belasan ribu. Karna banyak yg memfollownya 3 hari belakangan, ponselnya sampai ngelag. Maklum ponsel kentang. Berkahir dengan dia uninstall instagram.

"Aku gaada IG."

"Di ponselku login akun kamu juga kok."

"Derrenn,"

"Nggak nampak muka. Candid aja kamu."

"Tapi ditag. Sama aja!"

"Ya kan nggak ada muka kamu. Nggak perlu malu."

"Gamau ah, yang lain aja."

"Belum kepikiran. Lagian banyak yang nanyain kita beneran nikah nggak, kok nggak pernah keliatan bareng."

"Dih, kurang kerjaan banget ngurusin hidup orang."

"Namanya juga netijen. Udah ayo buruan, pura-puranya lo lagi masak."

"Eh! Kamu nglanggar juga!" Derren mengerjap, iya kah?

"Tadi bilang 'lo', nggak mau tau hukuman!"

"Yaudah yaudah, mau apa?"

"Uploadnya di ig kamu aja, jangan tag akunku." Karena Biya masih tak sanggup memposting hal-hal seperti itu di akun pribadinya.

"Gabisa gitu dong,"

B [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang