B 30

3.3K 263 14
                                    

"Kram lagi?" Tanya Derren saat membuka pintu kamar dan melihat Biya jongkok di dekat ranjang. Derren ikut jongkok di hadapan Biya. Pemuda itu menyentuh bahu Biya lembut.

"Biy, ke doker sekarang ya?"

"Bentar lagi reda kok." Ucap Biya tanpa memandang Derren karna sedang menahan sakit.

"Aku takut ada masalah sama kandungan kamu. Kita periksa ya? Seenggaknya nanti dikasih obat atau apalah biar kramnya ilang."

"Ini udah malem Der," Derren membantu Biya duduk di ranjang.

"Wait aku telpon mama."

Beberapa saat kemudian Derren kembali dengan jaket tebal milik Biya.

"Yuk, mama ada kenalan dokter kandungan yang masih buka jam segini. Dokternya cewek jadi nggak usah khawatir, ok?"

***

"Derren," Derren yang sedang sudah menyentuh gagang pintu ruang periksa menoleh pada Biya yang berdiri di belakangnya.

"Kenapa?"

"Aku takut,"

"Nggak perlu takut, calon anak kita baik-baik aja." Jujur Derren juga takut terjadi sesuatu dengan calon anak mereka. Tapi ia tidak mungkin membuat Biya semakin gelisah.

"Derren dan Biya ya?" Sapa dokter perempuan paru baya saat keduanya memasuki ruang periksa.

"Iya dokter."

"Panggil tante aja. Mungkin kamu udah lupa Der sama tante Rini. Padahal dulu sering banget main bareng sama Gilang kalau nunggu sift mama kamu selesai."

"Tante Rini? Mamanya Gilang yang dulu suka rebutan robot sama Derren itu?"

"Masih inget ternyata rebutan robotnya."

"Owalah, tante apa kabar?" Tanya Derren sok akrab. Kebiasaanya kalau bertemu orang yang pernah ia kenal. Sementara Biya hanya bisa diam menunggu acara nostalgia mereka selesai.

"Nah kalau yang ini Biya kakaknya Bila kan? Dulu kamu sering ikut kalau Bunda kamu periksa kandungan waktu hamil Bila." Biya hanya tersenyum canggung. Dirinya bukan Derren yang mudah akrab dengan orang baru apalagi yang lebih dewasa. Belum lagi dia sama sekali tidak mengingat siapa beliau.

"Tadi mamamu udah nelpon kalau kalian mau kesini. Silahkan duduk dulu, ada keluhan kah?"

"Eng, belakangan ini perut saya sering kram dok,"

"Usia kandungannya berapa minggu?"

"Masuk minggu ke 9."

"Selain kram ada keluhan lain?" Derren menatap Biya. Biya menggeleng.

"Flek?" Biya kembali menggeleng.

"Tanda awal kehamilan masih dirasakan?" Biya lagi-lagi menggeleng. Sejak menikah ia sudah jarang mual.

"Dulu tes awal kehamilan di rumah sakit?"

"Diperiksa mama tan, sama pake tespack." Jawab Derren yang sudah gatal ingin bicara karena sejak tadi hanya diam.

"Belum pernah cek ke rumah sakit?"

"Pernah waktu Biya opname di rumah sakit dok."

"Sudah pernah USG?" Biya menggeleng.

"Okay. Kalau dari pemeriksaan awal oleh suster tadi nggak ada masalah serius. Kita coba periksa lebih lanjut ya." Ucap Dokter Rini setelah membaca kertas hasil pemeriksaan awal.

"Mari Biya berbaring disini."

"Derren ngapain disitu, sini mau liat juga engga." Dengan canggung Derren ikut masuk ke ranjang periksa yang dibatasi gorden.

B [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora